2019

iklan

Tamu Prosa Blog Dbanik






Judul : Masih Sanggupkah Kau Bertahan?
Karya : Dian Ahmad 

Tatap mata yang kian meredup, menampakan duka yang sepertinya menoreh telalu dalam, terlalu pilu untuk bisa dihapus hanya dengan air mata. Berulang kuusap pelan bulir bening dari ujung matanya, yang seakan tak ada habis-habisnya. Sebegitu perihkah lara didalam dirimu, Puan?

Kurapikan helai rambut dari wajahmu yang semakin layu. Kusut rambut yang dibiarkan tergerai begitu saja. Hilang kemilau yang pernah kulihat di hari sebelumnya, dan hanya menyisakan lekuk derita dari tiap helai yang tak lagi beraturan. Inginku menggenggam tanganmu, tapi rasanya akupun tak berdaya untuk sekadar menggenggam rindu yang tengah berulah.

Aku tawarkan satu cerita tentang aku dan kerinduan, apakah kau mau mendengarnya?

Kau berbalik menatapku, tersenyum dan mengangguk pasti!
Kusodorkan sebuah kisah dengan lembar pertama, berwarna hitam pekat, dengan taburan bintang yang gemerlap menghiasi tiap sudutnya. Seketika, matanya berbinar--seperti binar mataku saat pertama kali menyaksikan panggung , malam, yang bertaburkan bintang , malam itu, bersamanya-- , perlahan senyum mengembang, seiring dengan rangkai cerita yang aku tuturkan.

Puan, nikmati setiap lembar dari cerita rindu yang aku punya, karena kisah ini, adalah juga kisahmu. Dan semoga di akhir cerita bisa kau dapati kisah yang indah, karena aku belum sampai di sana. mungkin nanti, di waktu yang entah!

.
Batam, 30 September 2019



Judul : Hakikat Rindu
Karya : R Danians 


Awalnya aku mengira, bahwa rindu hanyalah perihal waktu yang memberi jeda pada sebuah rasa. Tetapi aku salah, nyatanya... rindu adalah kesunyian yang bahkan tak mampu memberi spasi pada hati, untuk sekadar kupahami tentang arti sepi. Kekosongan begitu hampa, meremas-remas dada.

Ini bukan tentang kehilangan, seperti ratap Habibie kepada Ainun, ketika dua raga dipisahkan oleh ruang dan masa. Lebih dari itu. Sebab kita masih sama-sama di sini, melewati hari-hari dengan cara yang berbeda. Kau tahu? Tak ada yang lebih luka dari pahitnya penantian karena rindu yang sia-sia.

Aku masih menduga, jika ini adalah perkara ketabahan yang semestinya kutangguhkan, serupa tabahnya daun-daun gugur yang rela jatuh ditempa kekeringan. Hhhh..., nyatanya masih jua belum kumengerti, tentang isyarat angin tatkala membisikkan kecemasan dari kemarau yang teramat panjang.

Barangkali, inilah sesungguhnya rindu, membiarkan sepi mencabik-cabik dada sendiri. Dada yang denganmu ingin kubagi untuk sekadar mencicipi legitnya cinta, pun asinnya air mata. Tak pada siapapun, selain kepada namamu yang telah lama menjantungkan diri sebagai kekasih sejati.

Tasikmalaya, 13.09.19



Benih Cinta
Oleh: The Istorini
----------------------------

Cerita hari dahulu, padanya pernah tersemat impian syahdu.
Tentang dua benih cinta berupaya tumbuh di ladang harapan.

Semusim berhasil mekar bunga asmara aneka warna. Wanginya melenakan.
Mengajak terbang ribuan kupu-kupu di rongga dada. Tak sabar berebut mencicip nektar bahagia. Getar sayapnya menari menggelitik, menciptakan debaran eksotik.

Hingga segar berganti layu. Bukan lalai menuang pupuk kasih sayang, air merta jiwa pun telah tercurah menyiram.

Hanya enggan nyaman tumbuh terlalu lama; pada sepetak damba.

Satu benih mencabut paksa serat akar. Memangkas habis tangkai-tangkai janji manis. Mengeringkan aliran keinginan. Meninggalkan lubang tilas pernah bersemayam.

Tersisa benih cinta berbalut luka. Lunglai, merunduk sendiri, menanti satu tunas baru menghampiri. Sedia setia menemani tumbuh bersama. Saling menopang untuk tegak berdiri.

---
Surabaya_20190928



Judul : Lembaran Kenang
Karya : Rose Ega 

Aroma itu merayap dan menari lembut di udara. Semua indra terbangun lalu berkolaborasi, membuka peti berukir harapan. Menarik keluar lembaran indah cantik kenang. 

 Perlahan ingatan mengurai lipatan, garis-garisnya tertera jelas. Kiranya terlalu kuat ditekan paksa masuk kotak. 
Ahh ... garis-garis tak kurangi indahnya lembaran. Jemari takdir telah menenun dengan cermat benang-benang kisah. Serat-seratnya rapat, warnanya lembut serasi.

Duhai cermin, izinkan mematut diri. Biarkan ia membingkai ikal rambut, mendekap gemetar bahu meski sejenak. Untuk kembali melipat lalu menyimpannya lagi ke dalam laci. Air mata membuatnya sedikit lembab. 

Tak ada yang salah dengan kenangan. Tak apa sesekali menjumpainya, bahkan bisa jadi selalu bersama. Ia adalah guru sejati kehidupan. Menterjemah tanpa salah perihal sunyi, rindu dan ketakberdayaan.

#lif_cp, 55019



Judul : Potret Indonesiaku Saat Ini
Karya : Tsurayya Tanjung 

Ada anak kecil, tertatih melangkah, beberapa kali ia mengusap perut, dari kausnya yang lusuh. Sibuk menjajakan suara rombeng, tak sedap pun didengar. Tetapi dia tetap berjalan, menelusuri penatnya kemacetan. Sesekali tampak menyeka peluh nan mengucur hebat, akibat perut kosong nan melolong.

Di sudut lain negri ini, seorang ibu mengeluhkan tak mampu membeli beras. Sekadar menggantikan dengan ubi rebus pun senen kemis, miris. Tangisnya kini kecut tersebab terbiasa. Sementara cukong-cukong sibuk memperkaya diri dengan gabah-gabah melambung nan dibeli murah.

Sedangkan di penghujung bumi Indonesia, Bhineka Tunggal Ika terancam. Atas suara anak-anak bangsa nan kadung kecewa. Dibiarkan terlampau lama meranggas asa.

Di Ibu kota, para pemangku takhta, mojok bermain gaplek, perut buncitnya mengeluarkan sendawa kekenyangan. Selepas menggelar rapat-rapat tak jelas.
Sedang di bagian kota sana, para pemuda riuh berarak menyuarakan suara, dalam terik dan hujan, berjibaku dengan rasa penat. Meski diberondong gas air mata, di hajar dengan peluru karet dan pentungan. Tak secuil pun takut dan mundur. Tekad mereka bulat, mencoba mempertahankan kedaulatan nan tersisa.

Lalu di bagian bumi sana, tempat saudaraku bernaung. Flora, fauna, musnah, terbakar amuk amarah sang Aghni. Akibat dia salah dipergunakan, oleh mereka-mereka para kemaruk harta. Hutan menangis, menatap anak bumi lainnya bergelimpangan mati terpanggang kobaran api.

Awan pekat oleh bubungan asap, semakin menjauhkan berkat hujan dari kemarau panjang. Para cukong saling berbantahan, mereka tetap bebas menikmati madu dunia di ranjang empuk dalam kamar ber-AC. Ada sang buruh bayaran yang menjadi tumbal, kejahatan mereka, mereka hanya diperintah.

Semakin tercorenglah kini wajah Indonesia di warta Dunia. Semakin terpuruk rakyat, kembali mereka harus meranggas harapan.

Tsurayya, Bld 270919



Judul : Merawat Sunyi
Karya : Dini Amelia

Biarlah sedikit kuperjelas, jika belum paham mengapa aku sibuk merawat sunyi.
Meski waktu mewajibkan untuk berkorelasi menyembuhkan hati
Bukan perihal meratap, tapi sengaja menyendiri untuk luka tak ingin lagi menetap

Mungkin aku menyebutnya rela, meminang banyak pura pura bahagia
Menjamu tawa dengan suguhan canda
Menerima tawaran masa depan, untuk pergi dan tak ingin menoleh kebelakang lagi
Meski sedikit ada nyeri, mengiringi hampanya hati
Tapi berdiam dalam sunyi, menyeimbangkan rasa sakit dan rela
Untuk selalu bisa berkolaborasi dengan logika

Dibatas nisbi menjelang berputarnya waktu
Biarlah diam menjadi teman sejati
Meredakan beban rindu, dalam sunyi yang abadi
Menjamah ketegaran, agar kokoh dinding keikhlasan
Hanya sujud pinta dalam derai bening tirta netra
Membasuh kesucian hati
Tuk menjaga nya dari semua formula benci.

Weleri, 250919



Judul : Cinta Dalam Diam
Oleh : Cici

Kamu, sebuah nama yang kulangitkan dalam untaian selaksa doa di penghujung malam. Kubisikan namamu pada Sang Maha Cinta. Tak perlu kau tahu, cukup kuceritakan semua rasa pada Sang Penjaga Sukma.

Kulukis namamu dalam kanvas hati dengan tinta rindu di penghujung senja, menjadi bait-bait sajak cinta yang kudengungkan bersama sunyi. Kau tahu? Bagiku tak mengapa, tak bertegur sapa denganmu. Cukuplah menyapa dan mendekapmu dalam bait-bait doa.

Meski anak-anak rindu riuh mengganggu, tetap saja ku tak bisa menyentuhmu. Senyummu adalah candu yang selalu mampu membius sukma dan kau serupa senja yang membuatku selalu tergugu.

Wahai Tuan, sang pencuri hati. Kumencintaimu meski kusembunyikan dalam palung hati paling dalam. Diam bukan berarti tak mampu, tapi ku hanya menjaga perasaanku dan perasaanmu. Jika dirimu tercatat bukan untukku, sungguh aku yakin Allah akan menghapus rasa ini dalam diamku. Begitulah kuasaNya, Dzat yang membolak-balikkan hati hambanya.

25 September 2019



Judul : Bukan mauku menjadi madu
Karya : Cocom Ssi

Aku tersipu, di belahan langit biru dan deguran ombak yang mendayu. Tak kupungkiri, kini aku terbuai oleh bujuk dan rayu. Caramu yang berbeda untuk mencintaiku. Membuatku semakin lena, kaulah persinggahan terakhirku.

Bukan masalah waktu, warna merah jambu yang menyemburkan dipipiku. Sudah menjadi bukti ketulusan, saat kuterima persuntinganmu. Kau ikrarkan janji suci didepan penghulu. Membuatku terlepas dari ikatan rasa yang membelenggu. Kini terpatri sudah jiwaku. Saksi bisu buaian sang bayu, jadikan diri ini patuh dan berbakti padamu. Duhai suamiku. 

Tapi siapa? ... siapa sosok syar'i di kamarmu. Wanita berparas ayu yang tak pernah kau ceritakan padaku. Ngilu. Saat kau ucapakan, dialah istri pertamamu. Perempuan yang terbaring lemah dari setahun yang lalu. Remuk. Hati ini hancur menjadi partikel pilu bak tertusuk runcingnya paku-paku.

Rupanya aku tertipu, oleh kata-kata dan wajah arifmu. Sekalipun aku terlanjur sayang dan mencintaimu. Hati ini tak pernah membatu bersama egoku. Dia wanita ... sama sepertiku, dan aku tau rasa itu. Meski harus terpasung dan mengabu dalam api cemburu. Aku tetap tak mampu.

 Biarkan ku mundur. Berlalu dengan linangan air mata yang saling memburu. Karna bukan Mauku menjadi madu. Rasa ini akan membias, menjadi pendar-pendar cahaya yang menyemu. Entah sampai kapan, hingga aku menemukan penggantimu.

25-09-2019



Judul : Dingin yang Kesepian
Karya : Erlina



Ini dingin malam yang merindukan hujan. Basah dan kering berkelindan, menjelma aroma baru yang tidak terkomposisi. Lebih gigil dari jatuh cinta, lebih debar dari pertemuan, tapi lebih jahanam dari ciuman.

Pada tarian-tarian bayangan, dingin yang mulai kehilangan arah itu bergeming. Diam-diam menertawakan nasibnya sendiri. Hadirnya serupa gula dalam gelas-gelas kopi para penyamun. Ada dan tidak pernah dianggap. Akankah embusnya berujung bahagia? Atau nestapa berkepanjangan?

Lelah ... dia sungguh lelah. Menjadi satu-satunya alasan sumpah serapah di balik bilik-bilik bambu keropos. Dia mulai bosan berputar-putar, mengganggu setiap napas yang berusaha menghalau kehadirannya bahkan sebelum mendekat.

Padahal, dia hanya ingin berbagi cerita. Padahal dia hanya ingin dimengerti, betapa dirinya setengah mati menahan perasaannya sendiri. Betapa sang kekasih tidak pernah malu-malu menjadikannya beku.

Namun, bahkan langit begitu enggan membuatnya merasa diterima. Alih-alih mendapat dukungan, dia justru nyaris tenggelam dalam kebencian yang tidak pernah dipahaminya.
Dia tidak mengerti ... tidak akan pernah mengerti, dari sisi bagian mana keadaan ini bisa menjadi kesalahannya.

Alam seolah-olah mengutuk, menjadikan dirinya kesalahan terbesar yang pernah ada. Lalu pada akhirnya, dia memutuskan membubung menembus cakrawala. Jauh, semakin jauh dan tidak tersentuh.

Dia meninggalkan malam, meninggalkan ramalan-ramalan konyol pada almanak. Dia menyerah, membungkus dirinya pada atmosfer lalu hilang. Dia menjadi nakhoda yang menenggelamkan kapalnya sendiri.

Tidak ada yang pernah tahu, dia tengah pergi mengorbankan nyawanya sendiri, demi memaksa sang kekasih datang-- hujan yang teramat dirindukan.

"Tuhan! Ajari manusia mencintai kehilangan," bisiknya diam-diam.

Purworejo, 24 September 2019



Judul: Tentang Engkau; 26 Agustus
Oleh: NahDiy M

Kukabarkan pada bumi dan langit; perihal rindu akan hadirmu. Tanpa malu-malu, kubincangkan tentang engkau
bersama orang-orang. Telah begitu lama engkau menghilang. Kemarau semakin erat mencengkeram. Tanah bengkah, pohon jati semakin kuyu karena meranggas, mata air malu-malu beringsut surut, dan matahari semakin garang menyengat. Lalu ... rinduku pun semakin gebu--padamu. Dalam lelap, engkau menghiasi mimpi. Pun saat terjaga, menari begitu lincah di pelupuk mata.

Sungguh, sudah cukup lama engkau tak bertandang. Kutitipkan kangen ini dalam semilir angin, semoga sampai padamu. Juga dalam setiap helai sayap doa, terselip namamu di sana. Berharap agar Sang Penguasa Semesta, mengulurkan kasih-Nya; segera menghadirkan engkau.

Semalam ... kata mereka engkau datang. Namun, sayang aku tak melihatmu. Lelap telah memeluk, membawaku dalam buaian mimpi.

Pagi tadi, kulihat jejakmu masih tersisa.
Samar terlihat di jalanan dan begitu jelas di teritis rumah. Pun aromamu masih terhidu.

Kuusap jejakmu sambil berbisik 'maaf semalam aku tak menyambut kehadiranmu'. Seharusnya, kupeluk engkau sambil melantunkan do'a 'Allahumma Shoyyiban Nafi'an'.

Terima kasih Tuhan ....
Dia telah hadir semalam walau sebentar. Membasuh kemarau rinduku akan hadirnya. Menyisakan sedikit basah, di halaman rumahku.

Yogyakarta, 23 September 2019




Judul :Bisik Kesunyian
Karya : Sapta Jameela

Malam hening ... 

Dalam kehampaan yang rapuh, di sudut ruang berbisik lirih, bersimpuh tak henti mengesali diri. Hingga kuyup membasahi seluruhku. Terisak meratapi; sepi.

Betapa tidak? Aku yang larut akan fatamorgana, sedikit pun tak menyisakan ruang waktu sesaat, untuk kasih-Mu. Seakan lupa, bahwa kilaunya adalah hiasan semata. 

Ampunilah ... 

Sungguh aku tak berdaya. Ketika semu merajai hati. Seperti tak sadar bahwa meringis mengintai; perih. 

Ingin kutepis saja rasa-rasa yang ada. Namun terlambat. Aku terlanjur jatuh untuk mencintai, hingga patah arang melumpuhkan tegarku.

Tak ada yang bisa menduga, juga melarang. Sebab rasa ini adalah rasaku. Bahkan saat perjalanan hijrah, aku tersesat, terseok dan terjatuh di setapak jalan; Savana sunyi.

Wahai Sang Pemilik hayat ... aku bertanya kepada-Mu.

Pantaskah aku menggantungkan asa pada pundak sunyi, yang hatinya rimbun akan kasih semu.

Pantaskah aku sandarkan lelahku pada rongga, yang tak lagi tersisa ruang, untuk aku menjadi rusuknya. 

Pantaskah aku mengadu, segala dukaku pada raga hampa, yang mustahil kusentuh, apalagi memeluknya. 

Pantaskah aku memelas, pada tatapan kosong, bahkan raut wajah lain kerapkali tersirat, di setiap ia menatapku.

Pantaskah ... !?

Wahai Sang Pemilik hayat ... rangkul aku.

Betapa hati trenyuh; pilu. Teguhkanlah hingga ia tak goyah. Andai angan boleh merajut makna, aku hanya ingin mencari arti sejati yang sesungguhnya. 

Aku pasrah ... 

Atas apa yang Engkau tetapkan. Walau hasrat tak mampu melampaui batas ingin. Meskipun takdir menjadikan aku pemeluk sunyi, yang paling sunyi. 

Suatu ketika nanti, pasti akan aku temui arti. Hingga waktu terhenti; kelak.

***

Malaysia 🌹
23-09-2019



Judul : Engkau Saja
Oleh : HehiRa Aza

Sebuah rasa yang membuat kita selalu merindu, mengharap temu, selalu. Yakinlah Kang mas, hari itu, pasti 'kan kita rengkuh. Menyatukan hati dalam ikatan suci, penuh cinta dan kasih.

Kang mas, seutuhnya aku, pasti menjadi milikmu. Sekarang, besok dan sampai nanti, saat raga kita tak mampu saling sentuh.

Kesabaran dan kesetiaan cinta kita, sedang diuji Kang mas. Yakinlah, aral rintangan itu pasti bisa kita buat luluh, tak berdaya untuk sekadar menghalangi biduk kita berlabuh.

Semalam kau telah datang Kang mas. Bukan ilusi atau bayang semu penghias mimpi. Begitu nyata hadirmu. Kau merengkuhku dalam gelora cinta menggebu. Hanya ada kita, menyatu. Tak ada lagi jarak membelenggu. 

Detik waktu biarlah berlalu, tumpahkan segala rasa mengharu biru. Kuserahkan semua milikku, untukmu. Utuh. Aku tresno sliramu, Kang mas. Sungguh.


SBY, 220919





JUDUL : CINTA yang TAK LEKANG
OLEH : ERNA ALFARIZ PUR (RnA) 

Terima kasih, Tuhan. Engkau telah menitipkan aku pada satu hati yang begitu cinta. Rasa yang tak pernah mati, walau dihunjam ribuan belati.

Dia yang selalu hadir dalam setiap hela napas. Pemilik ragaku selain-Nya. Takdir yang sebenar-benarnya. 

Jodoh memang sudah tertulis, kamu, aku akan menjadi kita. Terikat dalam satu cinta, suci tanpa noda. Takkan pernah ada kata penyesalan, kecewa atau maki kebencian. 

Kita saling menerima apa adanya, karena aku begitu berarti bagimu, pun dirinya bagiku. Di setiap bulir air mataku yang jatuh, adalah untaian doa untukmu. 

Ketika mereka berkisah tentang senja. Senjaku adalah kamu, yang selalu datang membawa segenggam harapan, bukan janji yang semu. Kebahagiaan yang pasti. 

Tuhan ... jagakan dia untukku. Dia yang selalu bersemayam di hati, pemilik darah di setiap nadi, nama yang terpatri abadi; Ayah! 

Belitung, 22 September 2019




Judul : Satu Kenangan 
Karya : Elly Yulianthi 

Elegi rindu nan syahdu mengalun di sela-sela rintik hujan. Menepis angan yang hanya dinikmati sendirian. Mencoba menafikkan satu rasa yang pernah membuncah. Merobek tirai keangkuhan. Tanpa alasan. 

Desiran hangat di hati kala itu, ditingkahi deburan ombak di dada yang bermuara resah. Ketika sapa riang, tutur kata bijak bermakna terucap. Seribu lebah berputar-putar di kepala seakan memberi pesan. Tak ada kata yang tepat untuk disampaikan padanya. Apa yang terbaik, hanya memberi senyuman termanis yang mungkin sepadan. 

Bahana selalu teringat, "Apa yang kaulihat, tak selamanya benar dan nyata. Belajarlah menghargai siapa pun, meski dirimu tak suka." 

Namun, seberkas harap itu lindap bersama sinar rembulan tertutup awan mendung di atas sana. Saat mencari jejak di kedua netra, seketika merenda gundah dalam atma. Biarkan semua menjadi misteri tak terselami untuk sekian lama. Kiranya semua hanyalah sangka yang percuma. 

Rasa itu utuh sepenuhnya, hanya diri yang mengerti. Harap itu ada, terus meragu melayang di udara. Terlukis dalam berbait-bait aksara, terukir pada barisan doa, hanya untuk kembali bersua untuk sekadar mengurai tanya.  

Hingga satu masa. Sinarnya perlahan redup, bias tak mengarah. Angin mengembus, membawa kelana hingga ke ujung barat. Terhempas hingga kebas, bersama sang bayu ke utara. Menyisakan kisah kecil yang terkadang membuat hati tergelak. Menertawai lugu laku dan naifnya rasa. Mensyukuri karunia akal pikiran yang tetap menyala, bahkan kian benderang. Secerah asma-Nya yang hadir dalam bentuk kasih yang nyata, lembut sejukkan jiwa. 

Episode hidup manusia, memaksa untuk terus berjalan. Meninggalkan atau ditinggalkan orang-orang untuk kelak 'kan diingat, dalam bingkai terbaik, di satu sudut ruang bernama kenangan. 

Sudahlah ... tetap di situ. Tak perlu beranjak. Tak butuh lagi penjelasan. Agar selalu baik adanya dalam benak, seperti saat itu.  

Kota Hujan, 20.09.2019




Judul : Kabut Asap
Karya : Aini Dahlia

Kumpulan asap putih seakan mengepung raga yang terpaku di bumi. Inci demi inci sudut bumi terbelenggu kabut pekat kekuningan. Kabut itu melingkari leher dan memaksa masuk meracuni seluruh rongga pernapasan. 

Ingin rasanya berlari. Namun, kemana? Musim panas seolah bersahabat karib dengan kabut pekat ini. Sulut setitik api saja pada rimbunan dedaunan hijau maka api itu meliuk-liuk memamerkan kekuatannya.

Penghuni asli rimbunan hijau nan lebat menjadi korban. Pasrah meregang nyawa dengan tubuh kehitaman. Sedangkan kami anak cucu Adam mulai kehilangan kekuatan. Riang tawa anak kecil berganti dengan tangis menarik napas dengan berat. Para lanjut usia terbaring lemah di ranjang pesakitan. 

Lalu kami yang masih segar bugar tidak punya pilihan lain. Tetap mencari nafkah untuk mengisi perut agar tetap hidup. Hidup untuk menghirup udara penuh racun. Dihirup sekarat tak dihirup mati. 

Mereka bangsawan dengan jubah Fir'aun tertawa terbahak-bahak menikmati hasil jarahan. Kelak mereka akan mati kehabisan napas ketika kami menghirup udara dengan bebas. 

Kampar, 19 September 2019




Judu : Pupus

Oleh : Maulidhiya

Senja ini napasku tertahan pada biram cakrawala.
Sungguh, jika kau tanyakan pada sang surya, 'kan kau dapati separuh hatiku membeku tak terkira.

Tak mengertikah kau wahai pujangga? 
Secarik janji yang kau pintal pada jiwa rapuh ini dahulu. Kini menghambur melebur bagai anai-anai tambur ke segala penjuru. 

Pupus.

Lengkung di wajah merona tak lagi terbersit. Seiring goresan luka terbarut begitu sakit.

Betapa raga ini rapuh bak ranting terpenggal. Ketika bilah pedang dustamu mencabik asa yang tersengal. 

Menoreh jejak kebencian yang mencuat dari perut ancala rasa. Menutup peti maaf bagi lisanmu yang tak lagi kukuh kupercaya. 

Pergilah kau wira. Bulir air mata tak lagi untukmu. Muara perigi kering terlampau sendu. 

Kota Bercahaya, 18 - 9 - 2019



Judul: Aku dan Kenangan
Karya: Dini N. Rizeki 

Aku memang berjodoh dengan bangku taman dan mendung. Keluar dari Stasiun kota ini, aku berjalan menuju taman kota dipayungi mendung abu-abu. 
Gila memang, menempuh lima jam perjalanan dengan kereta hanya untuk mengenangmu di sini. 

Hmm, hawanya masih sama. Sejuk. Tidak terlalu penuh dengan polusi. Tapi taman kota ini cukup banyak berubah. Sudah banyak kafe-kafe bergaya metropolis di sekelilingnya. Ada beberapa bangku dan meja yang memang disediakan untuk nongkrong berlama-lama.

Kupilih satu bangku di tengah setelah memesan kopi robusta dan kopi susu. Kenapa dua macam? Iya, kopi susu untukku dan kopi robusta untuk(bayangan)mu. Dulu itu adalah menu wajib kita berdua. Sembari menyandarkan kepalamu di bahuku, kau akan mulai menebak parfum apa yang kupakai saat itu. "Kok parfumnya beda?" adalah pertanyaan andalanmu setelah menanyakan kabar. 
Lalu kita akan mulai saling bertukar cerita. Tentang kegiatanku di kantor, tentang aktivitasmu di beberapa komunitas, tentang tanaman-tanaman kesayangan bapakku yang sudah mulai berkembang, juga tentang kontes memasak yang diikuti ibumu. 

Kau tahu aku suka memasak layaknya ibumu, karena itulah katamu kau menyayangiku, mas. "Kamu suka membaca juga suka memasak. Perpaduan yang unik, Dek" ucapmu. Lalu kau mulai menunjukkan beberapa makanan yang terkenal di kotamu ini. Soto di depan pasar, bakso di sudut perempatan, juga sate ayam yang ada di komplek rumahmu. 

Dulu saat kita duduk di taman ini, kau akan mulai mematikan gawai punyamu juga punyaku. Kau tak ingin siapapun mengganggu momen kita berdua. Lalu kau akan mulai memainkan gitarmu dan bernyanyi. Suaramu tidaklah bagus, mas. Hahaha. Tapi aku suka. Dan detik ini, aku rela melakukan apapun bahkan membayar berapapun hanya untuk mendengar suaramu lagi. 

Aku mendatangi kotamu hanya untuk menziarahi kenangan. Kemarin saat memesan tiket, aku kira akan bisa merelakanmu dengan cara seperti ini. Tapi aku salah besar, mas. Lukanya semakin basah. Aku menikmati perihnya. Aku mungkin sudah kecanduan rasa sakitnya sehingga kubiarkan saja luka ini menganga. "Aku rindu kamu, Mas." kudentingkan cangkirku ke cangkirmu sebelum kusesap kopiku. 
Pedih. 


17-09-2019



Tentang Rasa

Karya : Jingga

Aku terjebak dalam ruang ketidakberdayaan. Mencoba meraba dalam bekunya rasa. Mengharap ada setitik peduli di jiwa yang mulai menepi. 

Ingin rasanya kutanyakan tentang hal ini. Namun, mulutku seakan terkunci. Hanya bulir bening saja yang menjadi saksi. 

Aku dan kamu hidup bersama. Akan tetapi, seakan ada sekat yang tercipta. Hingga membuat sebuah tanya. Haruskah aku terus mencintai, sedangkan dirimu kini berbeda. 

Aku ada, tetapi seakan tiada. Bagaikan sebuah hiasan belaka. Tak terjamah dan berbalut debu kecewa. Kau terpenjara dalam duniamu. Membiarkanku terkurung dalam jeruji sepi. 

Bekasi, 17 September 2019




Oleh : Siti Armalah
Judul : Sebuah Rasa

Malam gelap gulita tanpa cahaya, hampa
Pengap mengendap meratap kalap, menerpa
Rasa yang terukir terjungkir namun mangkir
Entah bagaimana akan berakhir

Gundah gulana memupus asa
Merogoh sukma cinta membara
Merenggut makna dalam setiap aksara
Mengambang tanpa ucap kata

Di mana harus kutemukan cinta yang nyata
Tulus tanpa ada dusta
Memadu kasih suci nan abadi
Dalam embusan napas kehidupan penuh arti

Sungguh rasa ini sangat menyiksa
Mengganggu tidur setiap malamku
Menunggu kepastian cinta tanpa syarat makna
Merajut kasih abadi nan suci darimu

Depok, 16 September 2019



Judul : Menjejak Rasa
Karya : Ecca Madika 

Jenuh menuai kata bersajak penuh makna. Beriring rima juga diksi menawan sukma. Masih tersisa impian semalam yang mengguratkan tanya.

Di manakah kini sapa yang dulu memenuhi ruang-ruang dialog?
Bencikah tuan, hingga menyapa pun kini enggan, sudah?

Lalu terbesit alunan vocal menembang sebuah kidung melipur lara. Jangan lagi kau pertanyakan, mengapa dua insan tak lagi beramah-tamah, setelah menjejak rasa dalam ikatan yang telah terberai.

Terguguh menatap fana akan kalimat pengingat. Benarkah semua yang berakhir tak lagi mampu bersahabat meski tak saling memiliki?
Picikkah pikirku bila berharap kita mampu berdamai dengan masa lalu?

Guratan tanya terus tersirat di ruang inginku.Terasa gamang, terasa gamang memang akhirnya jika memaksa semua harus pada tempatnya.

Mengapa kita bertemu bila kenyataannya perpisahan kembali sedemikian pogah memojokkan rasa.

Huuff ... kau tak pernah sekalipun menjawab, lelaki. Kau hanya terus berlalu tanpa mampu kuhenti meski sejenak. Ini arogan ketidakpuasanmu menerima kepergianku yang sepihak setelah kutahu kau menyimpan rasa pada dia.

Dia kekasih yang tak pernah kau beri kata pisah yang membuatku dalam ketidakjelasan rasa.
Kau memilih bungkam ketika pekikku memenuhi sekat maya yang berdepa pada kita.

Aku kecewa!

Huff ... kuhela napas bernada kesal di hening malam yang berjelaga. Terpejam mata menahan lelah menjaga semua amarah.
Aku masih berakal dan menjunjung etika malu. Mengejar cintamu sungguh buatku tertatih, namun kau tetap tak peduli
Kau bergeming demi arogan itu.

Lalu kuseka airmata yang menderas sembari menatap pantulan rembulan sepenggal di sudut jeruji jendela.
Aku rindu kesendirian ini, namun aku lebih merindu pada hadirmu yang pernah mengisi ruang hampa di hati.

Sebelum malam berganti pagi benderang berteman rasa yang tak lagi sama. Kembali kueja rindu juga balas atas semua pengorbanan.

Ternyata pada ucap janji semalam lalu yang bagai putu basi itu, maya dan nyatamu tak lebih dari pecundang rasa yang berkoar semata semu.

***

Kota Daeng, 15.09.19




Judul : Puing
Oleh : Sedayu Peni A

Masih saja gaduh rintihan rindu ini untukmu. Terbingkai haru dalam larikan luka. Pun getar rasa masih sama. Namun kelu, enggan mengungkap semua.

Terdiam. Aku tatap kembali siluet wajah di selembar kusam. Lengkung senyum manis itu, dengan sorot mata sendu serupa malam tiada gemintang. Dulu, pernah ada bayang senyumku di sana.

Bagaimana mungkin kini aku sendiri? Menyulam sepi tanpa buai darimu lagi. 

Degub jantung kian serasa terhenti. Aku, sekias mati! Kasih, kepergianmu merampas seraut mimpi.

Kisah kita memang telah musnah. Terlarung oleh angin, kemudian jatuh terkubur di dasar bumi.

Pada tubuh yang pernah aku dekap jiwanya, aku akan tetap sini ... dalam puing bersimbol hati.

Purbalingga, 16 September 2019





Judul : Lengang
Karya : Irum Wr

Kenapa harus menyesali hujan yang datang, jika ia mampu membenamkan kerasnya tangis yang pecah. Seperti saat dirimu mengulurkan tangan memohon pertolongan. Menarik angan dalam diam. Memohon kasihan. 

Bukankah kamu pernah berucap setia selamanya sampai tubuh renta menggerogoti raga? Apakah engkau telah lupa atau hanya pura-pura lupa? Lalu aku bertanya, "Sedangkal itukah sebuah akhlak seorang pecinta?"

Ingin rasanya kupetikkan berkas cahaya matahari yang membara. Melengkungkan besi lalu meletakkan ke dalam cawan cermin yang di depan sana. Agar meleleh memenuhi ruang ingatan. Yang kosong dan nampak sunyi dari sebuah kenangan. 

Pikirku, dirimu akan segera datang membawa kepingan candu harap. Mengetuk pintu rindu lalu memasuki dari arah yang sama. Menikmati malam yang merayap, diam di hati sunyi tanpa pekik suara. 

Barangkali kini diriku yang berpikir ulang. Saat engkau tengah gila kemasyuran. Menjilati ludah yang telah terbuang. Menunggu hingga bait terakhir kehidupan menjadi khatam. 

Maka saat itulah kau tak kan pernah temukan, orang yang selalu dekat di kala engkau terhisap lumpur kesengsaraan. 

Jember, 15092019


Yang Kutakutkan



Pernah suatu hari kita berbincang, saat bersua di satu malam yang tidak terlalu bersahabat. Di bawah langit yang mendung bergelayut, di kota tempat kita bertemu. Sesekali ada sambaran kilat yang pecah menyebar, membuat angkasa sejenak bercahaya.

Kau duduk di depanku, menghadap tepat ke wajahku yang terpapar temaram lampu kota. Aku tidak pernah bisa mengartikan senyum yang kau berikan untukku malam itu, yang kuinginkan itu bukan senyum lantaran rasa cinta. Rasanya, sudah cukup memiliki May, sebagai cinta terakhirku.

Kita memang seringkali bertemu dan aku hanya sebagai tempatmu bercerita, tentang semua keluh kesah yang kau hadapi, selepas Dion, suamimu pergi meninggalkanmu. Kemarahanmu kau lampiaskan, kekesalan demi kekesalan akan sebuah penghianatan, kau ceritakan begitu gamblang. 

Istriku tidak pernah tahu akan hal ini, bukan karena mau menghianatinya, bukan ingin menyakitinya. Akan tapi, aku lebih menjaga perasaannya, agar hubungan kami baik-baik saja. Bukankah apa yang sedang terjadi memang sebatas persahabatan semata. Aku juga menganggap perempuan itu benar-benar hanya butuh teman curhat, itu saja tidak lebih. 

Tahun kedua adalah masa-masa sulit yang kuhadapi, di mana hati ini muncul gejolak yang begitu hebatnya, rasa yang terlahir dari temu-temu yang seringkali terjadi. Tak dapat dielakkan, perempuan itu mencintaiku, dengan terang-terangan tanpa tedeng aling-aling.

"Mas, aku mencintaimu!"

Aku terdiam, mulutku kelu, ini yang aku takutkan dan akhirnya terjadi, di taman itu awal kita berjumpa sudah pernah kukatakan, agar kau tak menyimpan bara asmara untukku, berulangkali kukatakan itu kepadanya, namun apa? Malam itu kau dengan wajah memelas mengatakan seluruh isi hatimu.

"Aku sudah beristri, dan kau tahu itu!"

Ia menggeleng tanda tidak peduli dengan apa keadaanku, aku kelimpungan mendapati situasi seperti itu, kuhempaskan asap rokok setinggi mungkin. Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana, ingin rasanya berlari sejauh mungkin saat itu, jika saja perempuan itu tidak sedang berada dalam kondisi jiwa yang rapuh.

"Kita jalani saja seperti ini, Mas. Aku tidak akan menuntut lebih, aku tahu kau sayang sekali sama istrimu."

Apa aku harus berteriak menyalahkan ketololanku, jika pertemuan demi pertemuan, kenyamanan demi kenyamanan yang aku berikan kepadanya, pastilah akan melahirkan perasaan seperti apa yang sebenarnya tidak diinginkan.

"Baiklah, aku terima. Dengan catatan, kau tetap mencari pengganti Dion mantan suamimu."

"Aku setuju, Mas."

"Ingat, jangan pernah berharap lebih. Sebab, aku tidak mungkin pergi meninggalkan orang yang kucintai demi kamu."

Kau mengangguk, lalu menatapku dengan senyuman yang akhirnya aku tahu maknanya, jika kau sebenarnya sudah lama menyimpan perasaan itu, hanya saja kau masih mampu menahan untuk tidak mengatakannya kepadaku. Sekarang semuanya sudah sangat jelas, dan aku pun akhirnya mengerti.

Kita mengikrarkan diri menjadi sepasang kekasih, pada malam yang begitu larut, lewat pecahan tawa-tawa kecil yang keluar dari ponsel, hingga waktu ke waktu dan akhirnya kita pun menggila.

Aku semakin larut masuk ke dalam hubungan yang tak seharusnya terjadi, meski tidak berbuat yang tak senonoh, karena kita sepakat untuk saling menjaga itu, hingga perhatianku kepadanya, mengalahkan perhatianku terhadap istri yang setiap hari berada di dekatku, suami macam apa aku ini!

***

Aku tersentak saat kau menginginkan untuk hidup bersama, menginginkan adanya pernikahan. Katamu, aku begitu berarti untukmu. Sial! 

"Tidak! Aku tidak mau!"

Percakapan yang cukup memanas via ponsel, pada malam yang sepi dan lengang, tanpa ada siapa pun, hanya ada percakapan antara aku dan kau, hingga telinga terasa panas akibat terlalu lama menempelkan ponsel di telinga.

"Aku tidak bisa lepas darimu, Mas!"

"Ini di luar kuasaku! Aku tidak tahu harus ngapain?!"

"Kita menikah, Mas!"

"Tidak, aku tidak mau, meski aku mencintaimu, rasanya tidak mungkin untuk meninggalkan istriku!"

***

Perdebatan demi perdebatan pun akhirnya menjadi warna yang kelam di setiap malam-malamku, aku menjadi dihantui ketakutan demi ketakutan, aku takut jika tiba-tiba istriku tahu. Ah, aku benar-benar stres dibuatnya!

"Kita selesaikan saja, aku memutuskan untuk melupakanmu!"

Kau menangis sesenggukan, suaranya begitu jelas terdengar melalui ponsel yang kubiarkan tergeletak di atas meja, dengan posisi masih menyala, hingga suara tangis itu berhenti dan ponselku mati dengan sendirinya.

Kini, aku merawat luka yang telah kau sebabkan. Meski berat, namun ini harus terjadi, aku tidak ingin membiarkan cintamu terus tumbuh dan rimbun di hatiku, tak mau jika kau menutup seluruh rasa cintaku kepada istri yang sudah kumiliki. Aku ingin tetap mencintaimu meskipun tanpa memiliki.

Tegal 29/05/18

RUJAK TEPLAK KULINER TEGAL ASLI



Rujak Teplak

Namanya rujak teplak

Memiliki bahan-bahan yang jelas banyak sekali mengandung unsur serat dan tentunya juga menyehatkan, karena tidak memiliki unsur kimia yang terkandung dalam bahan-bahan yang dihasilkan dari alam.

Rujak teplak merupakan makanan atau kudapan khas kota Tegal, seperti halnya rujak kangkung. Tetapi rujak teplak memiliki keunikan tersendiri karena kudapan tersebut disajikan dengan sambal yang dicampur dengan singkong.

Adapun apa-apa yang terkandung dalam sambalnya, adalah:

Singkong rebus dan bumbu sambal seperti biasanya, sehingga perpaduan keduanya menjadi sangat padat dan cara penyajiannya pun harus dicampur terlebih dahulu dengan menggunakan air secukupnya.

Untuk sayurannya juga sangat komplit sekali dan jelas semuanya jenis sayuran yang sehat, seperti:

Kacang panjang, pare, daun kangkung, tauge, kecipir ada juga yang menambahkan dengan kembang turi dan masih banyak lagi.

Harga jual juga lumayan ramah di kantong, jadi buat kalian yang mau mencoba jangan takut tekor, karena dengan uang sepuluh ribu saja mungkin anda akan mendapatkan empat pincuk rujak teplak bahkan bisa saja sudah mendapatkan kerupuk antor atau sejenisnya.

Bagi kalian yang ke Tegal, saya sarankan untuk coba mencicipi kuliner tersebut, setidaknya akan ada sensasi tersendiri dan jangan heran kalau nanti bakal ketagihan sama rujak teplak tersebut ya.

Tegal memiliki banyak wisata alam karena tempatnya masih asri dan banyak perbukitan, anda akan dimanjakan jika berpariwisata ke Tegal, apalagi dengan kulinernya.

11/06/2019 ☕ 👈 DBaniK

Kumpulan Cerita Humor




Cerita Fiksi Saja.

Akhirnya Jono, lelaki beranak satu itu sekarang menjadi sopir taksi online, selain sedang marak-maraknya yang berbau online, Jono berpikiran praktis, katanya biar tidak capek-capek nyari penumpang saja, tinggal duduk manis sambil menunggu orderan lewat ponsel.

Malam ini Jono mendapatkan pesanan pertamanya, kebetulan pas jam tengah malam, mana cuaca cukup mendung lagi, sepertinya hujan akan segera turun, namun demi memenuhi tugasnya, ia segera meluncur ke lokasi di mana orderan itu berasal.

Sesampainya di lokasi, Jono clingak-clinguk mencari orang yang memesan taxi onlinenya, namun tidak beberapa lama kemudian orang tersebut keluar dari gang dekat ia memarkir mobilnya.

Mereka pun jalan menembus pekatnya malam, hujan pun mulai turun dengan derasnya, namun Jono tetapi memacu gasnya membelah jalan raya yang tidak begitu ramai tersebut, maklum ini kan bukan Ibu kota, jadi ya wajar saja kalau tidak begitu ramai.

Duapuluh menit melaju, Jono membawa mobilnya dengan diam, tanpa mengajak bicara penumpangnya untuk sekadar berbasa-basi, sebab lelaki itu memang terkenal pendiam dan sedikit pemalu, jadi kalau penumpang tidak mengajak bicara terlebih dahulu, maka tidak akan ada percakapan.

Namun dalam keheningan malam, di bawah hujan yang mengguyur, serta suasana yang begitu sepi, tiba-tiba Jono terkejut setengah mati, pundaknya di tepuk dua kali oleh penumpang yang berada di belakang, panik, Jono banting stir ke kiri dan lalu menginjak rem dan segera lari ke luar mobil, sambil berteriak; Hantu ...!

Spontan penumpang tersebut lari mengejar Jono yang kebetulan masuk ke dalam sebuah mini market yang buka 24 jam tersebut, orang - orang yang berada di mini market tersebut menatap Jono, begitu juga dengan penumpang taxi onlinenya.

"Mas, kenapa lari?" Tanya penumpang keheranan.

"Astagfirullah ...," Jono menghela napas dalam-dalam, lalu segera mendekati penumpangnya.

"Mas, kenapa lari?" Penumpang tersebut bertanya lagi.

"Maaf, Mas. Saya sebelumnya menjadi sopir mobil jenazah, jadi masih kebawa suasana saat membawa jenazah."

"Ya ampun, Mas. Sampai segitunya?"

Penumpang tersebut geli menahan tawa, ia takut menyinggung perasaan sopir taxi online tersebut.

"Lah kamu kenapa tiba-tiba menepuk pundak saya, Mas?" Tanya Joni penasaran.

"Maaf, Mas. Tadi saya ingin minta berhenti sebentar di mini market ini, karena ada sesuatu yang harus saya beli." Penumpang itu menjelaskan.

Jono kembali menghela napas, kali ini iya terasa sangat lega sekali, tapi juga malu, karena apa yang ia lakukan barusan memang memalukan sekali bagi dirinya.


                        Selesai


NB : ini hanya cerita fiktif belaka dan jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat, ini benar-benar tidak disengaja.


Juli - 21 - 2018



Harga Telur


"Mak. Kata orang, telur sekarang mahal, yak?"

"Kamu napa, tumben tanya-tanya harga telur, Tong?"

"Yealah, Mak. Bener, kagak?"

"Iya. Emang napa, Tong?"

"Lah, Mak gak tau penyebabnya?"

"Ya gaklah. Kan mak tinggal minta duit sama bapak lu, Tong."

"Tong yang kece ini, tau kenapa harga telur naik, Mak!"

"Oh, ya?! Emang napa coba?"

"Ayam sekarang, kagak mo ngeden, Mak. Jadinya musti operasi sesar buat bertelur!"

"Dih, pinter amat yak anak mak ini."

"Ya iyalah, Tong gitu loh!"

Pletak ...!

Pala si Entong kena timpuk sendal sama Mak.

"Kezel mak ma elu, Tong! Pinter dikit napa?!"

Just fiksi.

190419 ☕ 👈 DBaniK





#Joke

Ada orang yang memiliki indra ke 6, suatu hari ketemu ane.

"Bang, di deket lu ada anak kecil!" bisik si pemilik indra ke 6.

"Oh, ntu anak tetangga ane, biasa disuruh nuyul dia!"

Si pemilik indra ke 6 itu diem.

"Eh, Bang. Ntu di sebelah lu ada perempuan, rambutnya kek kagak pernah pakai sampo!"

"Oh, ntu tetangga ane. Mungkin mo ngamen di lampu merah, nyari uang buat beli sampo."

Dih, ntu orang pemilik indra ke 6 makin keki ma gue! Dari mukanya keliatan sinis gitu. Mungkin karena kesel, nah gue kagak keliatan takut sama sekali.

"Bang, ada gondoruwo tu!"

Ujar dia negesin, kali aja dengan nyebut merk setan, terus gue jadi ngeri gitu.

"Oh, ntu bapaknya bocah kecil tadi, mo ngapelin mbak-mbak yang tadi beli sampo!"

"Serius? Ente kagak jiper ma apa yang ane liat dan sampaikan tadi?"

"Ekspresi gue emang datar, Mblo. Tapi lihat noh. Celana gue basah!"

Si pemilik indera ke 6 otomatis melihat ke bawah. Betulkan? Celana gue udah basah.

"Besok gue pake pampers kalau ketemu elu!"

Lari mo cari air buat cebok.

#Just_fiksi

12/04 /2019 ☕ 👈 DBaniK





#Joke

"Kita putus!"

"Loh! Kenapa, Yang?"

"Kamu terlalu baik buat aku, aku gak pantes buat kamu, Mas!"

"Oh, ngunu ya?!"

"Hu um!"

Itu adegan drama, putus gara-gara cowoknya terlalu baik buat dia.

Lalu, harusnya diapain tu cewek, biar pacarannya awet?

Cowok mah gitu, suka salah tingkah ngadepin cewek model gituan.

Apa iya kudu diajak malak orang dulu?

Ah, sudahlah! Itu hanya drama.

😄 😄 😄 17/03/2019





#Joke

"Kasian si Amir, Ma! Gara-gara makan ikan, sekarang mukanya lebam-lebam, bibirnya pecah sebelah! Dan masih mengeluarkan darah pula!"

"Duh, makanya kalau mau makan ikan, liat dulu ya, Nak. Barangkali ikannya beracun!"

"Tadi udah dibawa ke rumah sakit, kasian kan, Ma?"

"Iya. Memangnya, Amir makan ikan apa, Nak? Kok sampai separah itu racunnya?"

"Amir mamam ikan arwana, Ma. Yang kata bapaknya, ikan itu sudah ditawar duapuluh juta!"

"Yaelah! Itu mah si Amir di hajar bapaknya! Bukan keracunan!"

"Kan, aku gak bilang kalau Amir keracunan, Ma!"

"Ente mau, mama bikin seperti Amir temenmu, Nak?!"

"Lari, ah!"

Krompyang!? #**!!? #@%!?

Dapur Mama mendadak pecah. Duh, Mama darah tinggi, ya?

100319 ☕👈😊 DBaniK





Nyaris Tak Terdengar



Udara siang ini cukup lumayan panas, Ario tengah asik memanen keringat dengan sapu tangan dekilnya.

"Aduh, nih angkot lama amat ya?!" gerutu Ario, seorang pemuda tanggung, berbadan kerempeng.

"Sabar, Mase!" sela perempuan yang sedari tadi duduk bersebelahan, sambil sesekali mengibaskan rambutnya.

"Eh, sapa kamu? Nyambung-nyambung aja, huh!" balas Ario sewot.

Tak lama kemudian angkutan tiba, dan berhenti tepat di depan mereka, yah walau kondisinya cukup lumayan sesak. Namun mau tidak mau, Ario dan orang yang sama-sama menunggu angkutan pun naik.

"Maaf, numpang lewat, Bu!"

"Ita, gak usah basa-basi, lewat saja sana!" gumam Ibu setengah baya, yang berdandan menor ala-ala artis ketoprak itu.

Angkot melaju dengan cepat, berzig zag ria, di antara ramainya jalan raya. Namun di tengah suasana dalam angkutan umum yang pengap, dan tentunya berbaur bau keringat, tiba-tiba ...

"Oaek!"

"Huek!"

"Cuih!"

Suara-suara itu riuh, memecah emosi penumpang angkot di siang yang panas itu.

"Woi! Siapa yang kentut!" teriak supir yang ikut mau muntah.

Penumpang saling tatap, mencari jawaban, pada sudut mata para penumpang lainnya, berharap mata itu mau berbicara, untuk mengakui perbuatan tuannya.

Hening, tidak ada yang berani ngaku. Ya, mungkin saja takut lah, ya! Secara di dalam angkot sudah pada mendidih darahnya, akibat bau kentut yang kelewat parah seperti bau comberan.

Akhirnya penumpang sampai juga di terminal pemberhentian terakhir, mereka bergegas turun, ada yang muntah, ada yang berludah, komplit pokoknya. Dih, jijik ya!

"Woi, itu yang kentut belum bayar!" teriak supir angkutan umum itu tiba-tiba.

"Eh, bang! Tadi aku bayar pakai uang limapuluhan!" refleks, Ario nyeletuk, untuk ngebantah tuduhan supir.

"Oh, jadi kamu pemilik bau kentut ajaib itu!" ucap sopir sambil melotot.

"Loh, abang njebak saya?" eh, Ario malah nyolot tuh.

"Tidak, saya penasaran saja, siapa sih pelaku pengentutan di angkot saya, dan ternyata kamu!"

Ario beranjak pergi, meninggalkan beberapa pasang mata, yang seolah menguliti dirinya.

"Sial! Pinter juga tuh sopir angkot!" gerutu Ario, sambil pergi berlalu, menahan malu.




230219 DBaniK ☕ 👈


#Joke

Lelaki kekar itu menghentikan mobilnya, yang berwarna hitam mengkilap. Di depan sebuah kedai kopi yang memang ramai, meskipun siang hari.

Lelaki itu clingak-clinguk untuk memastikan keadaan sekitar, mungkin ia butuh waktu yang pas untuk turun dari mobil. Ya, memang harus begitu, kalau mau turun dari mobil, jangan asal nylonong saja buka pintu, siapa tahu ada kendaraan dari arah belakang, kan bisa repot juga.

Setelah memastikan keadaan aman, lelaki dengan jaket kulit hitam itu mengenakan kacamata hitam. Wih, keren abis! Mungkin kalau di kedai kopi itu banyak cewek, maka akan ada yel-yel untuk memujanya. Sayang, di kedai isinya cowok semua.

Akhirnya, lelaki itu segera turun dari mobil. Setelah semua dirasakan sudah aman dan sudah komplit dengan kacamata hitamnya.

Pintu mobil pun dibukanya, dan ...


"Aih, cint! Panas bingit ternyata!"


Mendadak, lelaki itu menjadi kemayu, setelah sang surya memandikan tubuh kekarnya.


Just joke


260219 DBaniK ☕ 👈 😊



#Joke

Juminten dan Abang Ganteng


Saking kangennya, Juminten sudah main aja ke rumah Abang ganteng, sebenarnya sih gak ganteng-ganteng amat, namun kekasih hatinya memilih sebutan itu, sebagai panggilan sayangnya. Duh, bikin ngiri ya, bukan nganan. 😄



"Eh, ada Juminten rupanya, makin kece badai aja kamu. "

"Eh, abang ganteng, bisa aja ikh. Cubit nih pake tang."

Duh, Juminten aya-aya wae, eta teh tang mau buat nyubit aja, saking gemesnya, mungkin.

"Aw ... aww, atit au."

Padahal sih, gak beneran dicubit, ganteng udah ngeluarin gaya alaynya.

"Dih, kaga jadi cubit deh. Eh, abang ganteng puasa kagak nih?"

"Ya jelas dong, Jum. Abang ganteng gitu loh! "

"Kagak usah pake monyong, Bang. Tambah ganteng tau," hoek, cuih uhuk.

Jum membuang muka, entahlah. Mungkin cuma akting, biar terlihat cute, atau memang beneran membuang ludah. 😄

"Dih, abang gemes deh, liat kamu seperti itu." ujar ganteng sok imut.

"Tadi sahur kagak, Bang?"

"Iya, pake hatimu, Jum." tuing tuing tuing.

"Aih, ihihihi ..., terus udah pakpung belum si abang gantengku nih?"

"Masa sih, kamu gak bisa mencium wanginya sabun colek, eh sabun D**E di tubuh abang, "

"Udah lama mandinya? Apa baru tadi?"

"Sepuluh menit sebelum kamu datang, Ayank."

"Ayank? Kemarin panggilnya cinta." Juminten pukul-pukul pintu manja.

"Hhhhhhhh, iyaa deh cinta. Terus, hubungannya ama mandi apaan?"

"Tadi bilangnya puasa, bilangnya udah mandi juga. Nah, terus itu ada nasi nempel di kumis abang, kerjaan siapa yak?" Muehehehe

"Dih, cius? Abang kudu apa nih, malu apa gimana? "

"Au ah gelap, abang mbelgedes. Kita putus!"

Huaaaaaaaaaa ...!

Abang ganteng tumbang dan menangis guling-guling, cintanya kandas lagi.

Makanya jangan bohong, lagian sudah gede juga, gak puasa! Malu woi, malu!





Tegal 23/06 /2017



#Joke

Rejeki Dipatok Ayam.

Kemarin tetanggaku lari-lari ngejar ayam tetanggaku yang satunya lagi. His ...! Ada apa to yaa ...?

Terus aku hentikan saja larinya, saya pecahkan saja siang yang hening kemarin, biar ramai!

"Woi, kamu!"

"Sapa? Aku?"

"Iya to ya, kamu!"

"Ada apa kau hentikan lariku, Kisanak?!"

Aku sebenarnya mau embuh saja, ngeliat dia lari ke sana ke mari ngejar ayam tetanggaku, tapi mau gimana lagi, lha wong ayamnya itu tulung-tulungan minta bantuan, ya aku harus bertindak, yaa to?

"Kamu ini kenapa to? Ayamnya orang kok kamu kejar-kejar sampai kecapean gitu?!"

"Ya salah ayamnya to! Bukan salahku tau!"

 "Emang ayamnya pup di rumah kamu?"

"Lha ya ndak to yaa!"

"Terus salahnya apaan dia?!"

Aku balesnya rada kesal, sambil nunjuk ayam yang lagi megap-megap di bawah pohon kangkung, duh pohon kangkung? Jadi keinget rujak kangkungnya mbok Tumini kae lho!

"Wes to, kamu ndak tau permasalahannya, ya diem-diem bae napa!"

"Weladalah, mbelgedes tenan kamu, Kisanak! Yo kasian ayamnya to yaa!"

"Begini, Im! Itu ayam udah matok rejeki saya! Jadi harus saya tangkap untuk balikin rejeki saya!"

"Ngahahahaha ..., koe aneh! Lha mana rejekinya? Perasaan ayam itu gak bawa apa-apa!"

"Duh, Im. Capek deh! Tadi Emak bilang, kalau bangun kesiangan itu rejeki bakal dipatok ayam. Nah kebetulan tiga hari ini saya kesiangan, dan kebetulan juga saya gak dapat tarikan waktu ngojek! Kebetulan juga, tiga hari ini ya ayam itu yang mondar-mandir di rumah saya, brati dia dong yang matok!"

"Udah ya, Baim mau pulang. Baim mau bobok aja, pusing ini mah pala Baim. Serah elu aja deh!"

Tak beberapa lama kemudian, terjadi kembali kejar-kejaran antara ayam dan temen Baim, semoga ayamnya tidak habis begadang, jadi bisa kuat lari-larian.




DBaniK ☕ 👈 😄



#Warna_Fiktif

Apa kalian tahu?

Betapa menderitanya sebuah balon berwarna hijau!

Gara-gara lagu 'Balonku' dengan lirik yang menyatakan, jika balon warna hijaulah yang meletus, akhirnya balon warna hijau menjadi terasing, di antara balon warna lainnya!

Kemarin, saat Adik ulang tahun, dia memohon, agar aku tak membelikannya balon berwarna hijau! Duh, begitu traumanya kah?

Ya sudah, akhirnya kami sepakat untuk tidak membeli balon dengan warna hijau. Betapa senangnya hati Adik, saat mengetahui, jika tidak ada balon berwarna hijau, di antara balon-balon yang kubeli.

Acara akhirnya berjalan dengan lancar, teman-teman Adik hampir seluruhnya datang, ada Melani, ada Anggraeni, ada Sulton, ada Jun dan masih banyak lagi. Belum lagi dengan emak-emaknya yang pada ngikut nganterin, ya sudah, alhasil rumah menjadi sangat gaduh.

Tiba-tiba ...

Dor ...! Dor ...!

Semua mendadak menjerit karena merasa kaget!

Adik segera berlari menuju ke arah suara tersebut. Yah! Balon ulang tahunnya ada lima biji yang meledak! Betapa kecewanya dia. Bukan lantaran balonnya yang meledak, namun Adik kecewa berat, gara-gara Audri, iya gara-gara Audri!

Kami semua coba untuk meminta penjelasan, kenapa sih, kok Adik jadi kecewa?

Dengan ucapan yang terisak, Adik menjawab.

"Suruh Audri pulang! Gara-gara baju Audri berwarna hijau, makanya balonku jadi meletus lima biji!"

Kecewa. Akhirnya Audri memutuskan untuk pulang. Padahal belum dikasih kue ulang tahun, sudah dibela-belain tidak makan dulu dari rumah.

NB: Ini Adik trauma balon warna hijau, atau trauma sama warna hijau ya?

270219 DBaniK



#Persaingan_Sehat

Jargon persaingan sehat sudah membahana di mana-mana. Apalagi bagi pelaku bisnis, sebab, banyak orang mengaitkannya dengan dunia tersebut. Padahal sih, gak juga ya.

Seperti halnya ketika aku bersaing ingin mendapatkan Mia. Duh, jadi ingat aja sama Mia, cewek langsing bergigi gingsul itu. Ehem ...! Ciee ...!

Yup! Aku ingat betul dengan kejadian itu. Mia memang gadis yang sangat pantas untuk diperebutkan. Makanya banyak juga pesaing yang harus kuhadapi. Satu lawan satu? Ayuk! Baim gak takut kok! Tapi ini enggak, sebab ada beberapa orang yang menyukai Mia. Jadi apa mau dikata, Baim tidaklah sekuat Superman yang selalu salah memakai CD di luar! Oopss ...!

Mengalah?

Iya! Aku mengalah saja. Sebab, sudah ada beberapa pesaing yang menggunakan cara-cara yang tidak sehat, saat berperang melawan pesaingnya, demi memperoleh cintanya Mia! Duh, hidup begitu amat ya? Orang, aku juga gak ada hubungan sama Rini, eh, si A bilang aku sedang dekat dengannya. (persaingan tak sehat tengah berlangsung, pemirsa. Ane dituduh dekat dengan tante Rini, gila gak tuh?)

Alhasil, Mia mulai coba untuk menjauhiku. Sebel kan?

Dan akhirnya pesaing-pesaing yang lainnya justru melakukan hal yang sama, untuk saling serang demi memenangkan hatinya Mia yang hanya satu biji. Tepok jidat tetangga boleh gak?

Setahun berlalu ...

Mia jadian sama Reno. Apakah karena Reno adalah salah satu pejuang cinta, yang menggunakan cara-cara tidak sehat? Au ah, itu sudah bukan menjadi urusanku lagi! Move on tengah sibuk untuk kuperjuangkan saat itu. Duh, miris ya ane? Hiks!

Kemudian. Aku coba untuk bersaing dengan sehat, yaitu bersaing dengan amarah dan welas asihku. Iya! Dalam dada sudah berkecamuk perang batin, saat secara tidak sengaja berpapasan dengan Mia, seseorang yang pernah ada di hatiku.

Aku coba menetralkan hati, agar akal pikiran jahat tak menguasainya. Coba deh, kalau saja kubiarkan liar! Sudah pasti aku akan ngajak gelud (berantem) sama Reno. Lelaki yang sudah berhasil menghasut Mia, dengan mengatakan hal yang sebenarnya tidak dilakukan olehku. Hiks nasib gini amat, yak?!

Ya sudah, akhirnya perang melawan batinpun menjadi hal yang patut diperbincangkan, antara aku, akal pikiran dan hati nurani. Pada akhirnya, keputusanku hanya satu.

Relakan Mia. Tuhan akan menggantikannya dengan yang jauh lebih baik!

Iya, aku menang melawan gejolak batin. Sebab, tak ada amarah lagi, saat Mia sekarang jalan bareng dengan Bram, sahabat Reno juga, dan pelaku pesaing tak sehat pula.

Mia, Aa kok jadi miris ya?

Just Joke

010319 ☕ 👈 😊 DBaniK




#Lakuna

#Joke

Pagi masihlah buta, mungkin butuh mengusap-usap mata, agar bisa terang melihat jalan.

Apalagi jika semalaman mata tertidur dalam rumahnya, hanya sesekali dikenakan, saat empunya terbangun karena kebelet pipis.

"Eh, itu ada ayam?"

"Mana, Jo?" Mail coba memastikan ucapan Bejo, temannya.

"Itu ...!"

Telunjuk Bejo, yang segede gaban coba menuntun mata Mail.

"Lah, iya ya! Itu ayam, Jo! Ayam!"

Duh, Mail kenapa seneng banget, ya? Apa, baru pertama kali melihat ayam? Gak juga sih.

"Kira-kira, ini milik siapa ya, Sob? Kan ini dekat hutan, jadi kemungkinan besar, tak ada yang memilikinya. Ya, gak?!"

Widih! Bejo sudah senang bukan kepalang tuh!

Kemudian, kedua lelaki itu coba untuk menangkap ayam betina tersebut, yang terlihat sangat montok dengan bulu-bulu berwarna putih mulus.

"Wah, ini rejeki kita, Jo! Semalaman kita berburu ndak dapat apa-apa! Nah ini, kita mau go home, eh nemu ayam!"

Bejo dan Mail terlihat tersenyum bahagia, dalam benak mereka sudah terbayang ayam goreng, opor ayam, ayam bumbu kecap manis atau dibikin sate bumbu kacang. Duh, itu pemikiran Bejo dan Mail, apa pikiran penulis ya? Ah, lupakan!

"Tunggu!"

Kedua orang yang sedang dilanda bahagia itu menghentikan langkahnya.

"Ayamku, kalau dijual lakuna sabaraha?"

Bejo dan Mail clingak-clinguk, untuk mencari arah datangnya suara, di pagi yang masih buta tersebut.

"Woi! Gue di atas!"

Sontak mereka berdua mendongak ke atas, di sebuah pohon beringin yang daunnya begitu lebat.

Selanjutnya, apa yang terjadi sama mereka, pingsan? Lari? Pipis di celana masing-masing? Atau ....

Entahlah!

040319 ☕👈😊 DBaniK

Cerita Tentang Mantan


Cerita Tentang Mantan


Cerita tentang mantan itu banyak sekali, banyak suka maupun duka yang kadang sering kita bicarakan atau menjadi topik pembicaraan saat nongkrong bersama teman-teman. Ada kisah lucunya bahkan banyak kisah sedihnya, apalagi kalau kita diputus secara sepihak, duh sakit banget rasanya. 😁

Banyak juga cerita-cerita tentang gagal move on, walau kita sudah berpisah dengan mantan, namun tetap saja mantan selalu teringat di saat kita tengah sendirian, menyedihkan memang, tapi itulah kisah suka duka dalam suatu hubungan yang bernama pacaran, makanya nikah saja dulu, pacaran setelah nikah saja hahahaha ...

Ada yang lebih sakit lagi, ketika kita belum bisa move on, tiba-tiba sang mantan mengirimi undangan pernikahannya, duh ini terasa sekali kena di hati, kan? Sontak badan terasa lemas dan tidak jarang juga menjadi tidak napsu makan, kan masih belum bisa move on ceritanya 😁

Lalu, apa yang harus kita lakukan, ketika kita sudah mendapatkan surat undangan tersebut? Ya sudah datang saja! Kita harus menunjukkan bahwa kita itu tegar! Kita bukan lelaki lemah yang harus meratapi nasib karena mantan yang masih kita sayangi memilih untuk hidup bersama orang lain.

Kita mesti sadar, jika suatu hubungan itu sudah tidak bisa disatukan, lalu untuk apa kita masih terus memikirkannya, kan belum tentu juga sang mantan masih mengingat kita juga kan? Lalu kenapa mesti harus di ratapi? Kita harus bangkit, untuk mengejar cinta yang sejatinya untuk kita. Duh, mantap tidak? 😁

Manusiawi sekali jika kita kadang sulit melupakan mantan, namun jika sang mantan sudah memutuskan untuk mengakhiri masa kesendiriannya dengan yang lain, apa iya kita mesti terus - terusan mengharapkan dia kembali? Ini harus dihentikan, sebab itu tandanya ada jodoh yang lebih baik dari mantan untuk kita.

Jadi ketika kita mendapatkan undangan pernikahan mantan, sebaiknya kita datang saja, dengan tenang dan dengan menunjukkan wajah yang terbaik, yakinkan kepada sang mantan, jika kita adalah lelaki yang cool, dan akan segera menyusul sang mantan, dengan mengirim balik undangan pernikahan kita nanti. Dih, keren kan? 😁

Hidup memang begitu, akan ada banyak cerita tentang mantan, namun jangan menjadikan kita lemah karena semua cerita cinta yang pernah kita alami.


09/04 /2019

Flash Fiction - Ulang Tahun Nia


Flash Fiction - Ulang Tahun Nia



Ulang Tahun Nia


Jam sudah menunjukkan pukul enam sore, lelaki itu terlihat gelisah, sepertinya ada yang membuatnya terburu-buru. Sudah berapa kali saja ponselnya berdering, ada panggilan masuk, maupun pesan singkat.

Sengaja lelaki itu tak membalas atau mengangkat panggil tersebut, bukankah ini juga sedang perjalanan menuju ke rumah, dan ia tak mau membuang waktu, yang dipikirkan adalah, bagaimana caranya agar cepat sampai di rumah.

"Ah, semoga ini keburu! Aku tak ingin mengecewakan anakku, seperti tahun kemarin. Gara-gara sibuk kerja, tahun lalu aku tak bisa hadir di tengah kebahagiaan Nia, di hari ulang tahunnya." Gumam lelaki berusia sekitar limapuluh tahunan tersebut.

Langit mulai terlihat remang, rupanya pergantian hari tengah berlangsung. Jalanan juga terlihat sepi. Ini jalan yang tak biasa dilewati, sebab, lelaki itu sengaja memilih jalan tersebut, selain sepi, jelas tidak akan terkena macet.

Ciiit ...!

Lelaki itu menghentikan mobilnya. Di depan ada seorang perempuan setengah baya sedang berdiri, dengan melambaikan tangan, tanda jika wanita tersebut butuh tumpangan.

"Maaf, bolehkah saya menumpang sampai ke depan sana?" ujar perempuan itu sambil menunjuk ke arah yang dimaksud.

"Baiklah, Bu. Silakan! Bukankah, kita searah."

Tidak beberapa lama kemudian, mobil kembali melaju. Lelaki itu agak lega, karena ada teman bicara, setidaknya ia tidak kesepian di perjalanan tersebut.

"Maaf, ibu dari mana dan mau kemana?" lelaki itu coba membuka percakapan.

"Saya, dari rumah saudara, dan ini akan pulang ke rumah." jawab perempuan itu tanpa ekspresi.

Sepertinya lelaki itu tengah berpikir keras. Sebab, di tempat perempuan tadi menghentikan mobilnya, tak ada satupun perkampungan.

"Ah, maaf. Apa, di sekitar tempat ibu tadi naik, apa ada perkampungan?" lelaki itu coba untuk meyakinkan perasaannya sendiri.

"Tidak ada." Jawab perempuan itu dingin.

"Terus .... Ibu, kenapa bisa ada di tempat tadi?"

"Siapa sih yang berani membuat rumah di sekitar jalan ini?"

Pertanyaan Ibu tadi terdengar aneh di telinga lelaki itu, sebentar saja ia coba untuk melirik ke arah perempuan yang ada di sampingnya, wajahnya tampak tidak menyeramkan. Ia coba untuk membuang prasangka buruk, jika perempuan yang di sampingnya adalah makhluk astral.

"Maksud perkataan ibu tadi apa, ya?" lelaki itu coba untuk mengorek keterangan.

"Apa, kamu tak mendengar desas-desus tentang jalanan ini?"

"Maaf, saya baru lewat di jalan ini, karena memang sengaja, demi memburu waktu, dan tentunya tidak kena macet."

"Pantas."

Perempuan itu berbicara tanpa ada ekspresi. Menakutkan? Iya!

"Bisa sedikit saja diceritakan, Bu." Pinta lelaki itu.

"Banyak korban jiwa di jalan ini, dengan mengalami kecelakaan tunggal." Ujarnya.


cerita-pendek-kisah-cinta.


Lelaki itu menyadari, jika kecelakaan tunggal bisa saja terjadi, karena jalan ini terlihat mulus, di samping jalan juga banyak pohon-pohon besar, jadi ada kemungkinan, pengendara akan tancap gas, tersebab kondisi lengang, dan itu yang mungkin membuat mobil lepas kendali, karena sopir ngantuk, lalu mobilnya menabrak salah satu pohon besar yang ada di sepanjang jalan ini.

"Kira-kira, apa penyebabnya, Bu?" kurang puas dengan analisanya sendiri, lelaki itu pun coba untuk mencari tahu jawabannya.

"Menurut cerita orang, sih. Katanya, setelah pengendara mobil itu, menerima tawaran perempuan setengah baya, untuk ikut menumpang mobilnya."

Di rumah, tepat pukul sepuluh malam, acara ulang tahun salah seorang gadis yang tengah menginjak remaja sudah selesai.

"Ayah tak menepati janji lagi, aku benci ayah, Ma!"

"Entahlah, Nak. Tadi ponselnya bisa dihubungi. Tapi sekarang tidak."

                        Tamat


28-03-2019 ☕👈 DBaniK

Kumpulan Coretan Prosa


Kumpulan Coretan Prosa



Kleang ...

Daun kering terjatuh dan terlepas dari koloninya.

"Satu lagi saudara kita gugur, Kang."

Tak ada gaduh, bukankah berat daun yang terjatuh, tak mampu membuat gaduh. Seperti halnya jatuhnya embun di pagi hari.

"Kita memiliki arti, Kang. Sebab, kita akan memberikan banyak manfaat, bagi bumi, saat tubuh kita hancur, melebur berkalang tanah."

Alam telah merepihnya ...

Lewat waktu ...
Melalui angin ...
Pun kejadian yang tak pernah terduga ...
Seba, tak ada yang mampu mengelak, ketika kita dijatuhkan takdir.




270319 ☕ 👈 DBaniK





Anak-Anak Rindu Harus Tahu



Bawakan aku kabar tentang bahagia. Sebab, aku sudah cukup menderita, mengasuh anak-anak rindu yang kau titipkan, Nimas.

Malam menjadi hal yang paling rumit, antara rebah dan rengek. Mana yang harus terlebih dahulu kutunaikan?

Aku hanya ingin sepenggal kalimat indah, bisa berupa sebait sajak tentang kepulangan, misalnya? Saat gundah tengah menggenang di hati, dan airnya kerap jatuh melalui pelupuk.

Kapan-kapan, anak-anak rindu akan kuajak, untuk menemuimu. Bercengkerama, menghabiskan sisa malam, meskipun tanpa jamah.


Setidaknya ia bisa mengerti, betapa perihnya menahan rindu. Betapa sakitnya membayangkan seraut wajah, di antara risau yang hampir tiris, di ujung pahatan jarak, yang jejaknya nyaris sirna.



240319 ☕👈 DBaniK






Jika Kelak


Misalkan aku kembali kepada asal. Apakah masih mau, kau simpan rasa yang kutitipkan kepadamu, Nimas?

Semayamkan ia pada pusara jiwa-mu, menaburinya dengan doa-doa, yang terpanjatkan, pada simpuhmu.

Katakan kepada ia, sebagai belahan lain jiwa-mu, bahwa, aku tak akan pernah tergantikan, meskipun ia singgah pada relungmu.

Kelak ...

Kematianmu akan menjadi indah. Sebab, aku tetap menunggumu, menautkan rasa yang terjeda maut.




220319 ☕ 👈 DBaniK


Baca juga: kumpulan-prosa.

Kita

Jika secangkir kopi saja bisa menenangkan aku, apalagi denganmu, Nimas.

Seraut wajah yang jatuh di palung hati, merajai di setiap arahku melangkah.

Cuma engkau!

Bukan yang lainnya!

Sebelah jiwaku, hadir pada senja nan basah, di bawah temaram langit, yang bergegas pergi menjemput malam.

Di sanalah, pertama kita se-ia se-kata, dalam rasa. Untuk menjadi sepasang kita.




230319 ☕👈 DBaniK



Prosa Tentang Kita




Prosa Tentang Kita


Tentang Kita



Tentang kita, Nisanak. Yang kerap menyulang malam, ke dalam cawan. Lalu, melahapnya hingga separuh, bahkan tak jarang habis tidak bersisa.

Ada airmata, bahagia, pun haru. Menjadi hidangan pokok, yang kita letakkan pada punggung malam. Saat semua orang tengah menyulam mimpi, hingga pejantan mulai gaduh, membangunkan lelapnya.

Banyak kisah, yang kita lahirkan bersama. Kita namai ia 'kelakar'. Dan, kita sepakat membesarkannya, menumbuhkannya, hingga kelak ia dewasa.

Harapan kita sederhana.

Melihat ia rimbun, menjuntaikan kisah-kisah yang terpahat di antara dedaunnya. Dan terbaca sebagai, kenangan. Sebelum kita sandarkan tubuh, pada batang besarnya, untuk sejenak melepas rindu.

Kelak ...

Iya, kelak ...
Saat jarak kian dekat
Hingga kita tak berjarak


Baca juga: kumpulan-prosa.

210319 ☕ 👈 DBaniK


Resep Tahini Brownis


Resep Tahini Brownis



Resep Tahini Brownies

Halo sobat blogger semua, kita jumpa lagi di kesempatan ini ya, dan kali ini saya akan memberikan resep tahini brownis, semoga kita bisa mencoba di dapur kita masing-masing tentunya.

Baiklah sobat blogger semua, sebelum kita mulai, alangkah baiknya kita siapkan terlebih dahulu apa saja bahan-bahannya. Dan adapun bahan-bahannya adalah:


Ini adalah bahan pertamanya

- 150 gram Greek yogurt

- 100 gram castor sugar

- 250 gram tahini

- 1 butir telur

- 30 ml susu cair

Dan ini bahan kedua:

- 225 gram butter (microwave lelehkan)

- 300 gram sugar (castor + brown sugar)

- 3 butir telur

 Dan ini adalah bahan kering :

- 150 gram tepung segitiga biru

- 65 gram cocoa powder

- 1/2 sdt cinnamon powder

- 1/2 sdt baking powder

- 1/4 sdt garam halus

- Topping : white chip dan peanut chip


Yuk kita action ya sobat

Pertama:

Panaskan oven dengan suhu kurang lebih 180.

Siapkan wadah untuk Bahan yang pertama, aduk rata dengan whisk. Lelehkan butter tambah kan gula dan telur aduk rata dgn whisk,

Selanjutnya

Campur kan Bahan pertama ke bahan yang kedua, aduklah sampai merata, terakhir ayak bahan kering dan aduk semua dengan spatula.

Kemudian

Siapkan kertas baking dan tuang adonan kedalamnya, beri topping dan panggang selama kurang lebih 40 menit, dengan suhu 180 C / 350 F.


Setelah matang, kita bisa menyiapkannya di piring saji, untuk camilan bersama keluarga di rumah.

Baca juga: resep-mudah-membuat-cilok.

Selamat mencoba ya.

Cerita Pendek Remaja


Cerita Pendek Remaja

Judul : Andre Tumbuh Dewasa


Ini sudah memasuki minggu kedua, Andre putus dengan pacarnya. Tidak dipungkiri, ada rasa yang berbeda, awalnya sih begitu berat, kebiasaan berbagi kabar lewat pesan singkat, chat, atau sejenisnya, begitu sangat membuat anak semata wayang itu kelimpungan. Hari-hari yang dilalui seakan hampa, dan menjadikan semangatnya menurun.

Ponsel Andre pun tak seriuh dulu, mungkin bisa setiap saat ada pesan, atau telpon dari Nia, kekasihnya. Sekarang hening. Walaupun masih ada, sesekali pesan masuk dari teman sekolahnya, tetapi, tetap saja membuat hati lelaki yang mulai tumbuh dewasa itu menjadi gundah gulana, dan tentunya merasa kesepian.

Gelagat Andre rupanya terbaca oleh Mamanya, wanita berumur sekitar empat puluh tahunan dan mengenakan hijab. Perempuan yang begitu menyangi Andre, memerhatikan anak satu-satunya itu, sehingga ia teramat peka dengan kondisi yang tengah menimpa Andre.

"Akhir-akhir ini, mama lihat kamu betah di rumah, Nak?" tegur Mamanya di suatu hari.

"Mama perhatian banget sama, Andre! Sampai-sampai bisa tahu, apa saja yang menjadi kebiasaan, Andre." Ujarnya, sambil sedikit memonyongkan bibir. Dasar, anak itu memang manja sekali.

"Ya iyalah, Nak. Kan anak mama cuma kamu, masa iya, sampai melewatkan apa yang terjadi sama kamu." Jawab Mama, sambil mengusap kepala Andre, dengan sangat penuh kasih sayang.

"Ma, dulu waktu masih muda, apa Mama pacaran juga?"

Mama terhenyak, pertanyaan Andre membuat ia berhenti mengelus kepala anaknya sejenak. Ada kerut aneh di dahinya, mungkin karena Mama terkejut, mendengar pertanyaan yang baru saja ke luar dari mulut Andre.

"Emm ... iya, Nak. Tapi, pacarannya mama, tidak seperti pacaran anak-anak zaman sekarang, yang bebas ke mana saja cuma berduaan. Dulu, kalau Papamu ngapel, Eyang kamu pasti ikutan nimbrung. Jadi, kami ngobrol bertiga, tidak cuma berdua." Ucap Mamanya sambil tersenyum.

"Gak seru dong, Ma? Masa pacaran ditungguin, Eyang?"

"Duh. Sebentar deh! Kok anak mama tiba-tiba tanya soal pacaran, ya?!"

Mama terlihat menyelidik. Sedangkan Andre terlihat malu-malu, namun semuanya sudah terlanjur dibicarakan. Jadi, apa boleh buat. Tidak mungkin juga kalau Andre mengelak, memang seperti itulah anak itu, tak bisa berbohong sama Mamanya tercinta.

"Nggak apa-apa, Ma. Kan ini sekadar bertanya." Ujar Andre, sambil mengangkat kedua jari tanda piss.

Mama tersenyum geli, melihat tingkah anaknya, yang mencoba mengalihkan perhatian. Tetapi, dari mimik dan gelagat Andre, Mama bisa dengan jelas menangkap, jika ada sesuatu yang coba Andre sembunyikan. Dia paham betul gelagat anaknya, meskipun ditutupi serapat mungkin.

"Ah, Mama! Kok jadi ngeliatin Andre seperti itu?!"

Andre salah tingkah, saat tatapan mata Mamanya, terlihat sedang berusaha menyelidik. Wajah anak manja itu terlihat bersemu merah, sesekali digaruk kepalanya, meskipun rambut Andre itu bebas dari kutu maupun ketombe.

"Lanjutin yang tadi dong, Ma. Yang pacaran tapi ada, Eyang!" ujarnya segera. Ia tak ingin berlama-lama, berada di situasi seperti seorang pesakitan, yang tengah diinterogasi.

"Duh, kamu penasaran, ya?"

Mama coba bercanda, kebiasaannya memang begitu. Meskipun memberikan edukasi, namun, ia tak ingin terlihat seperti sedang memarahi, malah justru sebaliknya. Sebab, dengan cara seperti itulah, Andre menjadi tidak takut, untuk mengakui kesalahan, jika memang dia mempunyai kesalahan.

"Ayo, Ma. Ceritakan dong. Apa enaknya coba, pacaran tapi ada, Eyang?!"

Dasar Andre, ia begitu penasaran sekali, dengan kisah cinta kedua orangtuanya. Entahlah, apa yang ada di benak anak yang sudah menginjak kelas tiga, di salah satu SMA di kota tempat ia dilahirkan.

"Malah bagus dong, Nak. Mama sama Papa jadi terhindar dari zina. Tapi, tunggu! Kamu sudah punya pacar?"

Tanya Mama tiba-tiba. Kali ini perempuan itu coba mencari tahu, lewat mata anaknya, sebab, mata Andre terlihat sekali kalau sedang berbohong, dan Mamanya tahu persis akan hal itu.

Andre terperangah. Sepertinya ia jadi memberikan peluang bagi Mamanya, untuk mengetahui apa yang sedang dialami. Kini ia kembali kena interogasi lagi, dan kali ini tatapan mata Mamanya lebih tajam.

"Sudah putus, Ma. Suer!" jawab Andre, sambil menunjukkan dua jari di hadapan Mamanya.

Mama geleng-geleng kepala, kemudian perempuan itu tersenyum. Ia tak mau membuat anaknya takut, sebab, wajar juga jika anak seusia Andre, sudah memiliki rasa yang berbeda, terhadap lawan jenisya, bukankah itu manusiawi?

"Duh, kok mama sampai gak tahu, untuk soal yang satu ini? Hayo! Kamu sudah ngapain saja?!"

Mama melontarkan pertanyaan, dengan penuh kesabaran. Beruntunglah, anak semata wayang itu, ia memiliki seorang Mama yang bisa diajak bicara, layaknya seorang sahabat. Meskipun sebenarnya mereka adalah Ibu dan anak. Akan tetapi, jika anak merasa nyaman, saat berbicara dari hati ke hati, maka, anak pun akan dengan mudah terbuka, dan orangtua pun semakin enak, untuk mengontrol kelakuan si anak, saat di luar jangkauannya.

"Andre gak ngapa-ngapain kok, Ma. Andre, gak macem-macem, suer lagi!" ujarnya meyakinkan hati Mamanya.

"Ingat ya, Nak. Dulu Papa kamu itu jomlo, hingga usianya duapuluh lima, menikah sama mama itu, di usia duapuluh delapan tahun. Tapi, Papa kamu itu keren, karena lebih memilih menyelesaikan kuliah, lalu mencari pekkerjaan, yang sesuai dengan pendidikannya, baru setelah itu berani melamar mama!" ucap Mamanya. Andre terlihat manggut-manggut, tanda ia benar-benar memahami ucapan Mama.

"Apa, Papa tidak kesepian karena jomlo, Ma?" timpal Andre penasaran.

"Ya tidak lah, karena Papamu itu selalu memanfaatkan waktu luangnya, untuk hal-hal yang positif, bukan untuk hal-hal yang tidak penting, seperti halnya pacaran, dan juga nongkrong-nongkrong yang tidak jelas."

Untuk kedua kalinya Andre manggut-manggut, sepertinya petuah itu bener-bener masuk ke hati anak itu.

"Iya deh, Ma. Semoga Andre bisa seperti Papa. Pertama kali putus sama Nia, jujur, perasaan ini sakit banget, Ma. Tapi, sekarang sudah nggak kok, Andre sudah nyaman seperti ini." Lelaki yang mulai tumbuh dewasa itu, rupanya mulai sadar.

Mata Mama terlihat sembab. Ia tidak menyangka, jika Andre bisa cepat menyadari, kalau berpacaran pada masa-masa sekolah, itu bisa menjadi bumerang bagi cita-citanya. Apalagi dengan maraknya berita tentang pergaulan bebas, tentu sebagai orangtua, hatinya menjadi sangat miris.

"Syukurlah, dan perlu kamu ingat, Nak. Jomlo itu bukan berarti kamu tidak memiliki cinta. Tetapi, kamu lagi menunda perasaan itu, demi masa depanmu. Jika semua sudah kamu raih, maka cinta itu akan hadir mengikutimu."

Suatu wejangan yang baru pertama kali di dengar oleh Andre, dari Mama yang ia sayangi, Mama yang tidak pernah marah, Mama yang selalu sabar menghadapinya. Sehingga, Andre dengan senang hati untuk mengadu, jika ada masalah-masalah yang tengah singgah dalam kehidupannya.

Kini langkahnya semakin mantap, demi masa depan, demi cita-citanya, demi Mama, Papa dan tentu demi cinta yang kelak akan Andre temui. Ia tidak ingin mengecewakan kedua orangtuanya, yang sudah memberikan pendidikan terbaik, memberikan nasihat-nasihat, serta merawatnya dengan penuh kesabaran dan tentunya juga dengan penuh kasih dan sayang.

Andre ingin seperti Papanya, kelak. Menjadi lelaki yang lebih mengedepankan cita-cita, demi orang-orang yang dicintainya.

                     ~Selesai ~

Baca juga: cerita-pendek-humor.


10/03/2019

Belajar Fiksi Mini


Belajar Fiksi Mini


Belajar_FM



Membuat struktur FM itu, buatlah cerita setengah nyata, setengahnya tidak atau fiksi.

Karena sesuai dengan namanya, fiksi mini.

Akan tetapi yang perlu kalian ketahui, meskipun itu terlihat fiksi, tapi harus ada logika.

Pada bagian yang saya sebut setengahnya tidak nyata, di situlah letak puntirannya. Sebab struktur sebuah fm memang harus memiliki apa itu yang dinamakan puntiran.

Itu sebenarnya pelajaran dasar, sebelum kalian melangkah ke hal yang lebih rumit lagi.

Contoh:

MENU MAKAN. Timun pucat, saat aku menyebut acar.

Ini adalah fm yang sangat sederhana sekali, hanya memainkan atau mengeksekusi judul saja.

Lalu, di mana letak kisah fiksi-nya?

Yaitu, terletak pada kalimat:


"Timun pucat"


Yang secara otomatis itu adalah kalimat pemuntir pada struktur FM tersebut!


Apa itu masuk logika?


Iya! Itu jelas masuk logika! Sebab, ini sebenarnya hanya bercerita tentang kondisi warna dari ketimun itu sendiri, bukankah timun berwarna agak-agak pucat?


Maka, dari keseluruhan cerita, akan memberikan konflik pada ceritanya, sebab, secara tidak sengaja, kalian akan terhanyut pada kisah si timun yang pucat, saat akan dimasak.


Begitulah, sebuah FM. Karena, FM yang berhasil, adalah fm yang akan meninggalkan konflik di setiap orang yang membacanya.




Selamat belajar.


Baca juga: belajar-fiksi-mini.

110319 ☕ 👈 😄 DBaniK




         _______________________



Selamat belajar FM yaa...


Pertama-tama yang perlu kalian ketahui adalah, mengenal terlebih dahulu apa itu FM?


Sudah saya tulis di hari kemarin, tentang apa sih FM itu? Sebelum kita melangkah jauh, karena FM tidak segampang seperti kalian membuat sebuah cerita pada umumnya.


Sudah saya katakan, jika FM adalah cerita yang terlihat fiksi, namun sebenarnya tidak. Sebab FM harus memegang teguh apa itu logika! Jadi tidak membuat cerita yang ngaco, atau di luar nalar, meskipun ketika kalian membaca sebuah FM, kalian akan banyak menemukan semacam ketidak nalaran, padahal itu nalar dan masuk logika.


FM adalah seni bercerita, meskipun singkat dan padat, namun sebenarnya memiliki cerita yang bisa di cerna dan tentunya masuk akal.


Seperti contohnya FM di bawah ini.


ANGIN RIBUT. Kami sibuk menenangkannya, sedangkan puluhan rumah sudah lari tungang langgang.


Bisa dikatakan, jika FM tersebut tidak masuk akal, namun jika kita bedah satu persatu, maka semua pun akan bisa dicerna.


Baiklah kita bedah.


Dari judulnya ANGIN RIBUT.


Judul adalah sebuah jembatan dalam sebuah FM, agar sebuah cerita yang terbentuk tidak melebar ke mana-mana.


ANGIN RIBUT.


Adalah sejenis kejadian alam, seperti halnya angin puting beliung, angin topan, angin puyuh dan lain sebagainya.


Namun penggunaan yang cerdas di tempatkanlah ANGIN RIBUT sebagai sebuah judul. Lalu di sambung dengan isi, yang seperti menerangkan sebuah kejadian, atau terjadi keributan, yaitu dengan sebuah isi yang menguatkan judulnya.


Isi: Kami sibuk menenangkannya, sedangkan puluhan rumah sudah lari tunggang langgang.


Ini yang dinamakan isi menguatkan judul, sehingga membentuk image, bahwa seolah - olah angin sedang ribut, seperti halnya ributnya manusia, atau cekcok.


Sedang judul sebagai jembatan untuk menghasilkan apa itu yang dinamakan puntiran, sebab dalam sebuah FM harus ada puntiran untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda, yang tentunya itu sudah menjadi ciri khas dari FM.


ANGIN RIBUT. Kami seharian sibuk menenangkannya, sementara puluhan rumah sudah lari tunggang langgang.


Ini hanya bercerita tentang kejadian angin ribut yang sesungguhnya. 


"menenangkannya" adalah bentuk suatu usaha orang-orang, entah dengan jalan berdoa dan lain sebagainya. 


"Rumah lari tunggang langgang" ini adalah penggambaran ketika banyak rumah yang roboh, bahkan atapnya bertebangan.


Jadi, FM tersebut adalah menggambarkan kejadian yang nyata, namun di puntir sedemikian rupa, untuk membentuk sebuah pola bercerita dengan bergenre FM.


Sederhana kan sobat?


Selamat belajar yaa...


02/02/2019 DBaniK

Belajar Fiksi Mini


Belajar Fiksi Mini



Mari belajar fiksi mini.



Sebuah fiksi mini, adalah cerita yang diambil inti sarinya saja, atau jika dalam istilahnya adalah menyuling cerita.

Namanya juga fiksi mini, ya jelas cerita harus mini atau pendek, jika dahulu pada awal kemunculannya, fiksi mini terdiri dari 140 karakter saja, namun sekarang sudah menjadi 280 karakter, mengikuti perkembangan dari Twitter itu sendiri.

Fiksi mini adalah cerita pendek, namun padat berisi, sebab, dalam keterbatasan karakter, cerita fiksi mini harus mampu mewakili cerita utuh. Maka dari itu, dibutuhkan kejelian kita untuk mengolahnya.

Perlu kalian ingat, fiksi mini terdiri dari judul dan isi, namun alur cerita di fiksi mini itu harus kompleks, ada alur, konflik, puntiran dan tentunya ada ending.

Rumitkah?

Iya!

Namun semua itu tetap bisa kita pelajari secara pelan-pelan, dengan cara, seringlah membaca karya fiksi mini, lalu cobalah untuk menafsirkannya, apa maksud dari cerita fiksi mini tersebut, kemudian, berlatihlah!

Seperti ini contohnya:

Saya memiliki cerita mentah begini

Saya mau ke pasar, karena kebetulan adik saya mau ulang tahun, makanya saya di suruh Ibu untuk membeli balon, karena balon identik dengan perayaan ulang tahun, maka mau tidak mau, saya harus menuruti perintah adik, untuk membelinya, namun, adik tidak mau balon yang berwarna hijau, adik trauma dengan balon warna hijau, gara-gara lagu balonku ada lima.

Ini cerita mentah yang ada di kepala saya, lalu bagaimana jika ingin saya padatkan, saya suling inti sarinya saja, namun agar bisa mewakili seluruh cerita tersebut?

Mari kita eksekusi!


Baca juga: mari-mengenal-puntiran-dalam-fiksimini.


PERSIAPAN ULANG TAHUN ADIK. Di pasar. Takut meledak lagi, balon warna hijau itu bersembunyi, saat aku akan membelinya.

Namun, ini masih bisa dipadatkan lagi, menjadi seperti ini:

TAKUT MELEDAK. Balon warna hijau menggeleng, saat aku akan membelinya.

Masih bisa dieksekusi lagi seperti ini :

TRAUMA MELEDAK. Di pasar, aku tidak menemukan balon berwarna hijau.

Jadi, pentingnya kita untuk membaca ulang karya yang akan kita buat, sebab masih banyak kemungkinan cerita tersebut bisa menjadi lebih baik lagi, atau bisa menjadi lebih padat lagi, yang tentunya bisa memantik imajinasi pembaca.



DBaniK 260219 DBaniK ☕ 👈 😊

Mari Mengenal Puntiran Dalam Fiksimini


Mari Mengenal Puntiran Dalam Fiksimini

Mari mengenal apa itu puntiran!




Dalam sebuah karya fm, sangat kental sekali dengan yang namanya 'Puntiran', maka tak ayal, jika pemain baru akan merasa kelabakan, ketika ada arahan tentang kalimat puntiran tersebut!

Ya, ya, ya ...!

Saya juga sama, saat belajar membuat fm, dan tentunya juga bingung dengan istilah puntiran tersebut! Gak aneh kok. Namanya juga belum tahu. Hehehe ...

Saya akan coba untuk membuat kalian lebih mengerti apa itu sih puntiran dalam fm!

Baiklah, puntiran dalam fm adalah sebuah alat untuk menghasilkan cerita yang kalian buat agar menghasilkan sesuatu yang berbeda, dengan cerita pendek pada umumnya. Maka, diperlukan adanya puntiran tersebut ya.

Seperti kalian ketahui, jika fm memiliki struktur cerita yang sebenarnya mirip fiksi, namun kita tetap dituntut untuk menghasilkan cerita yang masuk logika, atau nalar! Jadi bukan fiksi seperti di film-film kartun ya, makanya ketika kita membuat sebuah puntiran, ya tetap harus dengan mengedepankan logika, harus bisa dipertanggungjawabkan tentunya.

Nah, untuk membuat puntiran, kalian buatlah sebuah cerita dengan unsur setengah nyata, setengah tidak, kenapa demikian? Karena dari situlah akan tercipta sebuah puntirannya!

Wah, susah ya?

Harus membuat cerita yang setengah nyata, setengah tidak, namun harus dengan logika?

Tidak!

Yuk mari kita belajar bersama, ini ada contoh fm yang akan saya bedah.

RT @AsepMuhd

TAWURAN. Polisi kewalahan menenangkan ribuan batu.

#polisi @fmrush 291017

Kita bisa menangkap kejadian apa yang ada di fm tersebut?

Sesuai dengan judulnya ya, tawuran. Jelas ini situasi di mana ada sebuah konflik yang terjadi, yaitu tawuran.

Lalu di mana sih letak puntirannya?

Penulis meletakkan puntirannya pada kalimat:

Menenangkan ribuan batu

Ini yang dimaksud dengan puntiran, dan yang perlu kalian cermati adalah, jika pada kalimat puntiranlah itu biasanya kalimat fiksinya yang seolah-olah tidak nyata itu diletakkan ya.

Maka perlu kalian ketahui, kenapa sih sebuah puntiran itu begitu sangat penting sekali dalam sebuah fm, dan tentunya memiliki struktur kalimat yang mirip dengan fiksi, namun tetap harus dengan logika.

Lalu, apakah kalimat plintiran pada fm milik Asep itu bisa dilogikakan?

Jelas bisa.

Ini yang disebut genre sureal dalam fm, yaitu menghidupkan benda mati.

Karena ini adalah sebagai bentuk penokohan benda mati dalam tanda kutip ya, sebab maksud yang sebenarnya adalah ribuan orang-orang yang mungkin saja sedang main lempar batu dalam situasi tawuran tersebut, maka untuk menghasilkan ending yang memiliki twis, maka penulis membalikkan keadaan, dengan menokohkan batu, bukan ke orangnya.

Semoga kalian bisa memahaminya ya.



Baca juga:kumpulan-fiksi-mini.


DBaniK 260219

Tamu Prosa Blog Dbanik

Judul : Masih Sanggupkah Kau Bertahan? Karya : Dian Ahmad  Tatap mata yang kian meredup, menampakan duka yang sepertinya menoreh telalu dala...