rujakangkung: cerita pendek

iklan

Showing posts with label cerita pendek. Show all posts
Showing posts with label cerita pendek. Show all posts

Yang Kutakutkan



Pernah suatu hari kita berbincang, saat bersua di satu malam yang tidak terlalu bersahabat. Di bawah langit yang mendung bergelayut, di kota tempat kita bertemu. Sesekali ada sambaran kilat yang pecah menyebar, membuat angkasa sejenak bercahaya.

Kau duduk di depanku, menghadap tepat ke wajahku yang terpapar temaram lampu kota. Aku tidak pernah bisa mengartikan senyum yang kau berikan untukku malam itu, yang kuinginkan itu bukan senyum lantaran rasa cinta. Rasanya, sudah cukup memiliki May, sebagai cinta terakhirku.

Kita memang seringkali bertemu dan aku hanya sebagai tempatmu bercerita, tentang semua keluh kesah yang kau hadapi, selepas Dion, suamimu pergi meninggalkanmu. Kemarahanmu kau lampiaskan, kekesalan demi kekesalan akan sebuah penghianatan, kau ceritakan begitu gamblang. 

Istriku tidak pernah tahu akan hal ini, bukan karena mau menghianatinya, bukan ingin menyakitinya. Akan tapi, aku lebih menjaga perasaannya, agar hubungan kami baik-baik saja. Bukankah apa yang sedang terjadi memang sebatas persahabatan semata. Aku juga menganggap perempuan itu benar-benar hanya butuh teman curhat, itu saja tidak lebih. 

Tahun kedua adalah masa-masa sulit yang kuhadapi, di mana hati ini muncul gejolak yang begitu hebatnya, rasa yang terlahir dari temu-temu yang seringkali terjadi. Tak dapat dielakkan, perempuan itu mencintaiku, dengan terang-terangan tanpa tedeng aling-aling.

"Mas, aku mencintaimu!"

Aku terdiam, mulutku kelu, ini yang aku takutkan dan akhirnya terjadi, di taman itu awal kita berjumpa sudah pernah kukatakan, agar kau tak menyimpan bara asmara untukku, berulangkali kukatakan itu kepadanya, namun apa? Malam itu kau dengan wajah memelas mengatakan seluruh isi hatimu.

"Aku sudah beristri, dan kau tahu itu!"

Ia menggeleng tanda tidak peduli dengan apa keadaanku, aku kelimpungan mendapati situasi seperti itu, kuhempaskan asap rokok setinggi mungkin. Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana, ingin rasanya berlari sejauh mungkin saat itu, jika saja perempuan itu tidak sedang berada dalam kondisi jiwa yang rapuh.

"Kita jalani saja seperti ini, Mas. Aku tidak akan menuntut lebih, aku tahu kau sayang sekali sama istrimu."

Apa aku harus berteriak menyalahkan ketololanku, jika pertemuan demi pertemuan, kenyamanan demi kenyamanan yang aku berikan kepadanya, pastilah akan melahirkan perasaan seperti apa yang sebenarnya tidak diinginkan.

"Baiklah, aku terima. Dengan catatan, kau tetap mencari pengganti Dion mantan suamimu."

"Aku setuju, Mas."

"Ingat, jangan pernah berharap lebih. Sebab, aku tidak mungkin pergi meninggalkan orang yang kucintai demi kamu."

Kau mengangguk, lalu menatapku dengan senyuman yang akhirnya aku tahu maknanya, jika kau sebenarnya sudah lama menyimpan perasaan itu, hanya saja kau masih mampu menahan untuk tidak mengatakannya kepadaku. Sekarang semuanya sudah sangat jelas, dan aku pun akhirnya mengerti.

Kita mengikrarkan diri menjadi sepasang kekasih, pada malam yang begitu larut, lewat pecahan tawa-tawa kecil yang keluar dari ponsel, hingga waktu ke waktu dan akhirnya kita pun menggila.

Aku semakin larut masuk ke dalam hubungan yang tak seharusnya terjadi, meski tidak berbuat yang tak senonoh, karena kita sepakat untuk saling menjaga itu, hingga perhatianku kepadanya, mengalahkan perhatianku terhadap istri yang setiap hari berada di dekatku, suami macam apa aku ini!

***

Aku tersentak saat kau menginginkan untuk hidup bersama, menginginkan adanya pernikahan. Katamu, aku begitu berarti untukmu. Sial! 

"Tidak! Aku tidak mau!"

Percakapan yang cukup memanas via ponsel, pada malam yang sepi dan lengang, tanpa ada siapa pun, hanya ada percakapan antara aku dan kau, hingga telinga terasa panas akibat terlalu lama menempelkan ponsel di telinga.

"Aku tidak bisa lepas darimu, Mas!"

"Ini di luar kuasaku! Aku tidak tahu harus ngapain?!"

"Kita menikah, Mas!"

"Tidak, aku tidak mau, meski aku mencintaimu, rasanya tidak mungkin untuk meninggalkan istriku!"

***

Perdebatan demi perdebatan pun akhirnya menjadi warna yang kelam di setiap malam-malamku, aku menjadi dihantui ketakutan demi ketakutan, aku takut jika tiba-tiba istriku tahu. Ah, aku benar-benar stres dibuatnya!

"Kita selesaikan saja, aku memutuskan untuk melupakanmu!"

Kau menangis sesenggukan, suaranya begitu jelas terdengar melalui ponsel yang kubiarkan tergeletak di atas meja, dengan posisi masih menyala, hingga suara tangis itu berhenti dan ponselku mati dengan sendirinya.

Kini, aku merawat luka yang telah kau sebabkan. Meski berat, namun ini harus terjadi, aku tidak ingin membiarkan cintamu terus tumbuh dan rimbun di hatiku, tak mau jika kau menutup seluruh rasa cintaku kepada istri yang sudah kumiliki. Aku ingin tetap mencintaimu meskipun tanpa memiliki.

Tegal 29/05/18

Kumpulan Cerita Humor




Cerita Fiksi Saja.

Akhirnya Jono, lelaki beranak satu itu sekarang menjadi sopir taksi online, selain sedang marak-maraknya yang berbau online, Jono berpikiran praktis, katanya biar tidak capek-capek nyari penumpang saja, tinggal duduk manis sambil menunggu orderan lewat ponsel.

Malam ini Jono mendapatkan pesanan pertamanya, kebetulan pas jam tengah malam, mana cuaca cukup mendung lagi, sepertinya hujan akan segera turun, namun demi memenuhi tugasnya, ia segera meluncur ke lokasi di mana orderan itu berasal.

Sesampainya di lokasi, Jono clingak-clinguk mencari orang yang memesan taxi onlinenya, namun tidak beberapa lama kemudian orang tersebut keluar dari gang dekat ia memarkir mobilnya.

Mereka pun jalan menembus pekatnya malam, hujan pun mulai turun dengan derasnya, namun Jono tetapi memacu gasnya membelah jalan raya yang tidak begitu ramai tersebut, maklum ini kan bukan Ibu kota, jadi ya wajar saja kalau tidak begitu ramai.

Duapuluh menit melaju, Jono membawa mobilnya dengan diam, tanpa mengajak bicara penumpangnya untuk sekadar berbasa-basi, sebab lelaki itu memang terkenal pendiam dan sedikit pemalu, jadi kalau penumpang tidak mengajak bicara terlebih dahulu, maka tidak akan ada percakapan.

Namun dalam keheningan malam, di bawah hujan yang mengguyur, serta suasana yang begitu sepi, tiba-tiba Jono terkejut setengah mati, pundaknya di tepuk dua kali oleh penumpang yang berada di belakang, panik, Jono banting stir ke kiri dan lalu menginjak rem dan segera lari ke luar mobil, sambil berteriak; Hantu ...!

Spontan penumpang tersebut lari mengejar Jono yang kebetulan masuk ke dalam sebuah mini market yang buka 24 jam tersebut, orang - orang yang berada di mini market tersebut menatap Jono, begitu juga dengan penumpang taxi onlinenya.

"Mas, kenapa lari?" Tanya penumpang keheranan.

"Astagfirullah ...," Jono menghela napas dalam-dalam, lalu segera mendekati penumpangnya.

"Mas, kenapa lari?" Penumpang tersebut bertanya lagi.

"Maaf, Mas. Saya sebelumnya menjadi sopir mobil jenazah, jadi masih kebawa suasana saat membawa jenazah."

"Ya ampun, Mas. Sampai segitunya?"

Penumpang tersebut geli menahan tawa, ia takut menyinggung perasaan sopir taxi online tersebut.

"Lah kamu kenapa tiba-tiba menepuk pundak saya, Mas?" Tanya Joni penasaran.

"Maaf, Mas. Tadi saya ingin minta berhenti sebentar di mini market ini, karena ada sesuatu yang harus saya beli." Penumpang itu menjelaskan.

Jono kembali menghela napas, kali ini iya terasa sangat lega sekali, tapi juga malu, karena apa yang ia lakukan barusan memang memalukan sekali bagi dirinya.


                        Selesai


NB : ini hanya cerita fiktif belaka dan jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat, ini benar-benar tidak disengaja.


Juli - 21 - 2018



Harga Telur


"Mak. Kata orang, telur sekarang mahal, yak?"

"Kamu napa, tumben tanya-tanya harga telur, Tong?"

"Yealah, Mak. Bener, kagak?"

"Iya. Emang napa, Tong?"

"Lah, Mak gak tau penyebabnya?"

"Ya gaklah. Kan mak tinggal minta duit sama bapak lu, Tong."

"Tong yang kece ini, tau kenapa harga telur naik, Mak!"

"Oh, ya?! Emang napa coba?"

"Ayam sekarang, kagak mo ngeden, Mak. Jadinya musti operasi sesar buat bertelur!"

"Dih, pinter amat yak anak mak ini."

"Ya iyalah, Tong gitu loh!"

Pletak ...!

Pala si Entong kena timpuk sendal sama Mak.

"Kezel mak ma elu, Tong! Pinter dikit napa?!"

Just fiksi.

190419 ☕ 👈 DBaniK





#Joke

Ada orang yang memiliki indra ke 6, suatu hari ketemu ane.

"Bang, di deket lu ada anak kecil!" bisik si pemilik indra ke 6.

"Oh, ntu anak tetangga ane, biasa disuruh nuyul dia!"

Si pemilik indra ke 6 itu diem.

"Eh, Bang. Ntu di sebelah lu ada perempuan, rambutnya kek kagak pernah pakai sampo!"

"Oh, ntu tetangga ane. Mungkin mo ngamen di lampu merah, nyari uang buat beli sampo."

Dih, ntu orang pemilik indra ke 6 makin keki ma gue! Dari mukanya keliatan sinis gitu. Mungkin karena kesel, nah gue kagak keliatan takut sama sekali.

"Bang, ada gondoruwo tu!"

Ujar dia negesin, kali aja dengan nyebut merk setan, terus gue jadi ngeri gitu.

"Oh, ntu bapaknya bocah kecil tadi, mo ngapelin mbak-mbak yang tadi beli sampo!"

"Serius? Ente kagak jiper ma apa yang ane liat dan sampaikan tadi?"

"Ekspresi gue emang datar, Mblo. Tapi lihat noh. Celana gue basah!"

Si pemilik indera ke 6 otomatis melihat ke bawah. Betulkan? Celana gue udah basah.

"Besok gue pake pampers kalau ketemu elu!"

Lari mo cari air buat cebok.

#Just_fiksi

12/04 /2019 ☕ 👈 DBaniK





#Joke

"Kita putus!"

"Loh! Kenapa, Yang?"

"Kamu terlalu baik buat aku, aku gak pantes buat kamu, Mas!"

"Oh, ngunu ya?!"

"Hu um!"

Itu adegan drama, putus gara-gara cowoknya terlalu baik buat dia.

Lalu, harusnya diapain tu cewek, biar pacarannya awet?

Cowok mah gitu, suka salah tingkah ngadepin cewek model gituan.

Apa iya kudu diajak malak orang dulu?

Ah, sudahlah! Itu hanya drama.

😄 😄 😄 17/03/2019





#Joke

"Kasian si Amir, Ma! Gara-gara makan ikan, sekarang mukanya lebam-lebam, bibirnya pecah sebelah! Dan masih mengeluarkan darah pula!"

"Duh, makanya kalau mau makan ikan, liat dulu ya, Nak. Barangkali ikannya beracun!"

"Tadi udah dibawa ke rumah sakit, kasian kan, Ma?"

"Iya. Memangnya, Amir makan ikan apa, Nak? Kok sampai separah itu racunnya?"

"Amir mamam ikan arwana, Ma. Yang kata bapaknya, ikan itu sudah ditawar duapuluh juta!"

"Yaelah! Itu mah si Amir di hajar bapaknya! Bukan keracunan!"

"Kan, aku gak bilang kalau Amir keracunan, Ma!"

"Ente mau, mama bikin seperti Amir temenmu, Nak?!"

"Lari, ah!"

Krompyang!? #**!!? #@%!?

Dapur Mama mendadak pecah. Duh, Mama darah tinggi, ya?

100319 ☕👈😊 DBaniK





Nyaris Tak Terdengar



Udara siang ini cukup lumayan panas, Ario tengah asik memanen keringat dengan sapu tangan dekilnya.

"Aduh, nih angkot lama amat ya?!" gerutu Ario, seorang pemuda tanggung, berbadan kerempeng.

"Sabar, Mase!" sela perempuan yang sedari tadi duduk bersebelahan, sambil sesekali mengibaskan rambutnya.

"Eh, sapa kamu? Nyambung-nyambung aja, huh!" balas Ario sewot.

Tak lama kemudian angkutan tiba, dan berhenti tepat di depan mereka, yah walau kondisinya cukup lumayan sesak. Namun mau tidak mau, Ario dan orang yang sama-sama menunggu angkutan pun naik.

"Maaf, numpang lewat, Bu!"

"Ita, gak usah basa-basi, lewat saja sana!" gumam Ibu setengah baya, yang berdandan menor ala-ala artis ketoprak itu.

Angkot melaju dengan cepat, berzig zag ria, di antara ramainya jalan raya. Namun di tengah suasana dalam angkutan umum yang pengap, dan tentunya berbaur bau keringat, tiba-tiba ...

"Oaek!"

"Huek!"

"Cuih!"

Suara-suara itu riuh, memecah emosi penumpang angkot di siang yang panas itu.

"Woi! Siapa yang kentut!" teriak supir yang ikut mau muntah.

Penumpang saling tatap, mencari jawaban, pada sudut mata para penumpang lainnya, berharap mata itu mau berbicara, untuk mengakui perbuatan tuannya.

Hening, tidak ada yang berani ngaku. Ya, mungkin saja takut lah, ya! Secara di dalam angkot sudah pada mendidih darahnya, akibat bau kentut yang kelewat parah seperti bau comberan.

Akhirnya penumpang sampai juga di terminal pemberhentian terakhir, mereka bergegas turun, ada yang muntah, ada yang berludah, komplit pokoknya. Dih, jijik ya!

"Woi, itu yang kentut belum bayar!" teriak supir angkutan umum itu tiba-tiba.

"Eh, bang! Tadi aku bayar pakai uang limapuluhan!" refleks, Ario nyeletuk, untuk ngebantah tuduhan supir.

"Oh, jadi kamu pemilik bau kentut ajaib itu!" ucap sopir sambil melotot.

"Loh, abang njebak saya?" eh, Ario malah nyolot tuh.

"Tidak, saya penasaran saja, siapa sih pelaku pengentutan di angkot saya, dan ternyata kamu!"

Ario beranjak pergi, meninggalkan beberapa pasang mata, yang seolah menguliti dirinya.

"Sial! Pinter juga tuh sopir angkot!" gerutu Ario, sambil pergi berlalu, menahan malu.




230219 DBaniK ☕ 👈


#Joke

Lelaki kekar itu menghentikan mobilnya, yang berwarna hitam mengkilap. Di depan sebuah kedai kopi yang memang ramai, meskipun siang hari.

Lelaki itu clingak-clinguk untuk memastikan keadaan sekitar, mungkin ia butuh waktu yang pas untuk turun dari mobil. Ya, memang harus begitu, kalau mau turun dari mobil, jangan asal nylonong saja buka pintu, siapa tahu ada kendaraan dari arah belakang, kan bisa repot juga.

Setelah memastikan keadaan aman, lelaki dengan jaket kulit hitam itu mengenakan kacamata hitam. Wih, keren abis! Mungkin kalau di kedai kopi itu banyak cewek, maka akan ada yel-yel untuk memujanya. Sayang, di kedai isinya cowok semua.

Akhirnya, lelaki itu segera turun dari mobil. Setelah semua dirasakan sudah aman dan sudah komplit dengan kacamata hitamnya.

Pintu mobil pun dibukanya, dan ...


"Aih, cint! Panas bingit ternyata!"


Mendadak, lelaki itu menjadi kemayu, setelah sang surya memandikan tubuh kekarnya.


Just joke


260219 DBaniK ☕ 👈 😊



#Joke

Juminten dan Abang Ganteng


Saking kangennya, Juminten sudah main aja ke rumah Abang ganteng, sebenarnya sih gak ganteng-ganteng amat, namun kekasih hatinya memilih sebutan itu, sebagai panggilan sayangnya. Duh, bikin ngiri ya, bukan nganan. 😄



"Eh, ada Juminten rupanya, makin kece badai aja kamu. "

"Eh, abang ganteng, bisa aja ikh. Cubit nih pake tang."

Duh, Juminten aya-aya wae, eta teh tang mau buat nyubit aja, saking gemesnya, mungkin.

"Aw ... aww, atit au."

Padahal sih, gak beneran dicubit, ganteng udah ngeluarin gaya alaynya.

"Dih, kaga jadi cubit deh. Eh, abang ganteng puasa kagak nih?"

"Ya jelas dong, Jum. Abang ganteng gitu loh! "

"Kagak usah pake monyong, Bang. Tambah ganteng tau," hoek, cuih uhuk.

Jum membuang muka, entahlah. Mungkin cuma akting, biar terlihat cute, atau memang beneran membuang ludah. 😄

"Dih, abang gemes deh, liat kamu seperti itu." ujar ganteng sok imut.

"Tadi sahur kagak, Bang?"

"Iya, pake hatimu, Jum." tuing tuing tuing.

"Aih, ihihihi ..., terus udah pakpung belum si abang gantengku nih?"

"Masa sih, kamu gak bisa mencium wanginya sabun colek, eh sabun D**E di tubuh abang, "

"Udah lama mandinya? Apa baru tadi?"

"Sepuluh menit sebelum kamu datang, Ayank."

"Ayank? Kemarin panggilnya cinta." Juminten pukul-pukul pintu manja.

"Hhhhhhhh, iyaa deh cinta. Terus, hubungannya ama mandi apaan?"

"Tadi bilangnya puasa, bilangnya udah mandi juga. Nah, terus itu ada nasi nempel di kumis abang, kerjaan siapa yak?" Muehehehe

"Dih, cius? Abang kudu apa nih, malu apa gimana? "

"Au ah gelap, abang mbelgedes. Kita putus!"

Huaaaaaaaaaa ...!

Abang ganteng tumbang dan menangis guling-guling, cintanya kandas lagi.

Makanya jangan bohong, lagian sudah gede juga, gak puasa! Malu woi, malu!





Tegal 23/06 /2017



#Joke

Rejeki Dipatok Ayam.

Kemarin tetanggaku lari-lari ngejar ayam tetanggaku yang satunya lagi. His ...! Ada apa to yaa ...?

Terus aku hentikan saja larinya, saya pecahkan saja siang yang hening kemarin, biar ramai!

"Woi, kamu!"

"Sapa? Aku?"

"Iya to ya, kamu!"

"Ada apa kau hentikan lariku, Kisanak?!"

Aku sebenarnya mau embuh saja, ngeliat dia lari ke sana ke mari ngejar ayam tetanggaku, tapi mau gimana lagi, lha wong ayamnya itu tulung-tulungan minta bantuan, ya aku harus bertindak, yaa to?

"Kamu ini kenapa to? Ayamnya orang kok kamu kejar-kejar sampai kecapean gitu?!"

"Ya salah ayamnya to! Bukan salahku tau!"

 "Emang ayamnya pup di rumah kamu?"

"Lha ya ndak to yaa!"

"Terus salahnya apaan dia?!"

Aku balesnya rada kesal, sambil nunjuk ayam yang lagi megap-megap di bawah pohon kangkung, duh pohon kangkung? Jadi keinget rujak kangkungnya mbok Tumini kae lho!

"Wes to, kamu ndak tau permasalahannya, ya diem-diem bae napa!"

"Weladalah, mbelgedes tenan kamu, Kisanak! Yo kasian ayamnya to yaa!"

"Begini, Im! Itu ayam udah matok rejeki saya! Jadi harus saya tangkap untuk balikin rejeki saya!"

"Ngahahahaha ..., koe aneh! Lha mana rejekinya? Perasaan ayam itu gak bawa apa-apa!"

"Duh, Im. Capek deh! Tadi Emak bilang, kalau bangun kesiangan itu rejeki bakal dipatok ayam. Nah kebetulan tiga hari ini saya kesiangan, dan kebetulan juga saya gak dapat tarikan waktu ngojek! Kebetulan juga, tiga hari ini ya ayam itu yang mondar-mandir di rumah saya, brati dia dong yang matok!"

"Udah ya, Baim mau pulang. Baim mau bobok aja, pusing ini mah pala Baim. Serah elu aja deh!"

Tak beberapa lama kemudian, terjadi kembali kejar-kejaran antara ayam dan temen Baim, semoga ayamnya tidak habis begadang, jadi bisa kuat lari-larian.




DBaniK ☕ 👈 😄



#Warna_Fiktif

Apa kalian tahu?

Betapa menderitanya sebuah balon berwarna hijau!

Gara-gara lagu 'Balonku' dengan lirik yang menyatakan, jika balon warna hijaulah yang meletus, akhirnya balon warna hijau menjadi terasing, di antara balon warna lainnya!

Kemarin, saat Adik ulang tahun, dia memohon, agar aku tak membelikannya balon berwarna hijau! Duh, begitu traumanya kah?

Ya sudah, akhirnya kami sepakat untuk tidak membeli balon dengan warna hijau. Betapa senangnya hati Adik, saat mengetahui, jika tidak ada balon berwarna hijau, di antara balon-balon yang kubeli.

Acara akhirnya berjalan dengan lancar, teman-teman Adik hampir seluruhnya datang, ada Melani, ada Anggraeni, ada Sulton, ada Jun dan masih banyak lagi. Belum lagi dengan emak-emaknya yang pada ngikut nganterin, ya sudah, alhasil rumah menjadi sangat gaduh.

Tiba-tiba ...

Dor ...! Dor ...!

Semua mendadak menjerit karena merasa kaget!

Adik segera berlari menuju ke arah suara tersebut. Yah! Balon ulang tahunnya ada lima biji yang meledak! Betapa kecewanya dia. Bukan lantaran balonnya yang meledak, namun Adik kecewa berat, gara-gara Audri, iya gara-gara Audri!

Kami semua coba untuk meminta penjelasan, kenapa sih, kok Adik jadi kecewa?

Dengan ucapan yang terisak, Adik menjawab.

"Suruh Audri pulang! Gara-gara baju Audri berwarna hijau, makanya balonku jadi meletus lima biji!"

Kecewa. Akhirnya Audri memutuskan untuk pulang. Padahal belum dikasih kue ulang tahun, sudah dibela-belain tidak makan dulu dari rumah.

NB: Ini Adik trauma balon warna hijau, atau trauma sama warna hijau ya?

270219 DBaniK



#Persaingan_Sehat

Jargon persaingan sehat sudah membahana di mana-mana. Apalagi bagi pelaku bisnis, sebab, banyak orang mengaitkannya dengan dunia tersebut. Padahal sih, gak juga ya.

Seperti halnya ketika aku bersaing ingin mendapatkan Mia. Duh, jadi ingat aja sama Mia, cewek langsing bergigi gingsul itu. Ehem ...! Ciee ...!

Yup! Aku ingat betul dengan kejadian itu. Mia memang gadis yang sangat pantas untuk diperebutkan. Makanya banyak juga pesaing yang harus kuhadapi. Satu lawan satu? Ayuk! Baim gak takut kok! Tapi ini enggak, sebab ada beberapa orang yang menyukai Mia. Jadi apa mau dikata, Baim tidaklah sekuat Superman yang selalu salah memakai CD di luar! Oopss ...!

Mengalah?

Iya! Aku mengalah saja. Sebab, sudah ada beberapa pesaing yang menggunakan cara-cara yang tidak sehat, saat berperang melawan pesaingnya, demi memperoleh cintanya Mia! Duh, hidup begitu amat ya? Orang, aku juga gak ada hubungan sama Rini, eh, si A bilang aku sedang dekat dengannya. (persaingan tak sehat tengah berlangsung, pemirsa. Ane dituduh dekat dengan tante Rini, gila gak tuh?)

Alhasil, Mia mulai coba untuk menjauhiku. Sebel kan?

Dan akhirnya pesaing-pesaing yang lainnya justru melakukan hal yang sama, untuk saling serang demi memenangkan hatinya Mia yang hanya satu biji. Tepok jidat tetangga boleh gak?

Setahun berlalu ...

Mia jadian sama Reno. Apakah karena Reno adalah salah satu pejuang cinta, yang menggunakan cara-cara tidak sehat? Au ah, itu sudah bukan menjadi urusanku lagi! Move on tengah sibuk untuk kuperjuangkan saat itu. Duh, miris ya ane? Hiks!

Kemudian. Aku coba untuk bersaing dengan sehat, yaitu bersaing dengan amarah dan welas asihku. Iya! Dalam dada sudah berkecamuk perang batin, saat secara tidak sengaja berpapasan dengan Mia, seseorang yang pernah ada di hatiku.

Aku coba menetralkan hati, agar akal pikiran jahat tak menguasainya. Coba deh, kalau saja kubiarkan liar! Sudah pasti aku akan ngajak gelud (berantem) sama Reno. Lelaki yang sudah berhasil menghasut Mia, dengan mengatakan hal yang sebenarnya tidak dilakukan olehku. Hiks nasib gini amat, yak?!

Ya sudah, akhirnya perang melawan batinpun menjadi hal yang patut diperbincangkan, antara aku, akal pikiran dan hati nurani. Pada akhirnya, keputusanku hanya satu.

Relakan Mia. Tuhan akan menggantikannya dengan yang jauh lebih baik!

Iya, aku menang melawan gejolak batin. Sebab, tak ada amarah lagi, saat Mia sekarang jalan bareng dengan Bram, sahabat Reno juga, dan pelaku pesaing tak sehat pula.

Mia, Aa kok jadi miris ya?

Just Joke

010319 ☕ 👈 😊 DBaniK




#Lakuna

#Joke

Pagi masihlah buta, mungkin butuh mengusap-usap mata, agar bisa terang melihat jalan.

Apalagi jika semalaman mata tertidur dalam rumahnya, hanya sesekali dikenakan, saat empunya terbangun karena kebelet pipis.

"Eh, itu ada ayam?"

"Mana, Jo?" Mail coba memastikan ucapan Bejo, temannya.

"Itu ...!"

Telunjuk Bejo, yang segede gaban coba menuntun mata Mail.

"Lah, iya ya! Itu ayam, Jo! Ayam!"

Duh, Mail kenapa seneng banget, ya? Apa, baru pertama kali melihat ayam? Gak juga sih.

"Kira-kira, ini milik siapa ya, Sob? Kan ini dekat hutan, jadi kemungkinan besar, tak ada yang memilikinya. Ya, gak?!"

Widih! Bejo sudah senang bukan kepalang tuh!

Kemudian, kedua lelaki itu coba untuk menangkap ayam betina tersebut, yang terlihat sangat montok dengan bulu-bulu berwarna putih mulus.

"Wah, ini rejeki kita, Jo! Semalaman kita berburu ndak dapat apa-apa! Nah ini, kita mau go home, eh nemu ayam!"

Bejo dan Mail terlihat tersenyum bahagia, dalam benak mereka sudah terbayang ayam goreng, opor ayam, ayam bumbu kecap manis atau dibikin sate bumbu kacang. Duh, itu pemikiran Bejo dan Mail, apa pikiran penulis ya? Ah, lupakan!

"Tunggu!"

Kedua orang yang sedang dilanda bahagia itu menghentikan langkahnya.

"Ayamku, kalau dijual lakuna sabaraha?"

Bejo dan Mail clingak-clinguk, untuk mencari arah datangnya suara, di pagi yang masih buta tersebut.

"Woi! Gue di atas!"

Sontak mereka berdua mendongak ke atas, di sebuah pohon beringin yang daunnya begitu lebat.

Selanjutnya, apa yang terjadi sama mereka, pingsan? Lari? Pipis di celana masing-masing? Atau ....

Entahlah!

040319 ☕👈😊 DBaniK

Cerita Pendek Remaja


Cerita Pendek Remaja

Judul : Andre Tumbuh Dewasa


Ini sudah memasuki minggu kedua, Andre putus dengan pacarnya. Tidak dipungkiri, ada rasa yang berbeda, awalnya sih begitu berat, kebiasaan berbagi kabar lewat pesan singkat, chat, atau sejenisnya, begitu sangat membuat anak semata wayang itu kelimpungan. Hari-hari yang dilalui seakan hampa, dan menjadikan semangatnya menurun.

Ponsel Andre pun tak seriuh dulu, mungkin bisa setiap saat ada pesan, atau telpon dari Nia, kekasihnya. Sekarang hening. Walaupun masih ada, sesekali pesan masuk dari teman sekolahnya, tetapi, tetap saja membuat hati lelaki yang mulai tumbuh dewasa itu menjadi gundah gulana, dan tentunya merasa kesepian.

Gelagat Andre rupanya terbaca oleh Mamanya, wanita berumur sekitar empat puluh tahunan dan mengenakan hijab. Perempuan yang begitu menyangi Andre, memerhatikan anak satu-satunya itu, sehingga ia teramat peka dengan kondisi yang tengah menimpa Andre.

"Akhir-akhir ini, mama lihat kamu betah di rumah, Nak?" tegur Mamanya di suatu hari.

"Mama perhatian banget sama, Andre! Sampai-sampai bisa tahu, apa saja yang menjadi kebiasaan, Andre." Ujarnya, sambil sedikit memonyongkan bibir. Dasar, anak itu memang manja sekali.

"Ya iyalah, Nak. Kan anak mama cuma kamu, masa iya, sampai melewatkan apa yang terjadi sama kamu." Jawab Mama, sambil mengusap kepala Andre, dengan sangat penuh kasih sayang.

"Ma, dulu waktu masih muda, apa Mama pacaran juga?"

Mama terhenyak, pertanyaan Andre membuat ia berhenti mengelus kepala anaknya sejenak. Ada kerut aneh di dahinya, mungkin karena Mama terkejut, mendengar pertanyaan yang baru saja ke luar dari mulut Andre.

"Emm ... iya, Nak. Tapi, pacarannya mama, tidak seperti pacaran anak-anak zaman sekarang, yang bebas ke mana saja cuma berduaan. Dulu, kalau Papamu ngapel, Eyang kamu pasti ikutan nimbrung. Jadi, kami ngobrol bertiga, tidak cuma berdua." Ucap Mamanya sambil tersenyum.

"Gak seru dong, Ma? Masa pacaran ditungguin, Eyang?"

"Duh. Sebentar deh! Kok anak mama tiba-tiba tanya soal pacaran, ya?!"

Mama terlihat menyelidik. Sedangkan Andre terlihat malu-malu, namun semuanya sudah terlanjur dibicarakan. Jadi, apa boleh buat. Tidak mungkin juga kalau Andre mengelak, memang seperti itulah anak itu, tak bisa berbohong sama Mamanya tercinta.

"Nggak apa-apa, Ma. Kan ini sekadar bertanya." Ujar Andre, sambil mengangkat kedua jari tanda piss.

Mama tersenyum geli, melihat tingkah anaknya, yang mencoba mengalihkan perhatian. Tetapi, dari mimik dan gelagat Andre, Mama bisa dengan jelas menangkap, jika ada sesuatu yang coba Andre sembunyikan. Dia paham betul gelagat anaknya, meskipun ditutupi serapat mungkin.

"Ah, Mama! Kok jadi ngeliatin Andre seperti itu?!"

Andre salah tingkah, saat tatapan mata Mamanya, terlihat sedang berusaha menyelidik. Wajah anak manja itu terlihat bersemu merah, sesekali digaruk kepalanya, meskipun rambut Andre itu bebas dari kutu maupun ketombe.

"Lanjutin yang tadi dong, Ma. Yang pacaran tapi ada, Eyang!" ujarnya segera. Ia tak ingin berlama-lama, berada di situasi seperti seorang pesakitan, yang tengah diinterogasi.

"Duh, kamu penasaran, ya?"

Mama coba bercanda, kebiasaannya memang begitu. Meskipun memberikan edukasi, namun, ia tak ingin terlihat seperti sedang memarahi, malah justru sebaliknya. Sebab, dengan cara seperti itulah, Andre menjadi tidak takut, untuk mengakui kesalahan, jika memang dia mempunyai kesalahan.

"Ayo, Ma. Ceritakan dong. Apa enaknya coba, pacaran tapi ada, Eyang?!"

Dasar Andre, ia begitu penasaran sekali, dengan kisah cinta kedua orangtuanya. Entahlah, apa yang ada di benak anak yang sudah menginjak kelas tiga, di salah satu SMA di kota tempat ia dilahirkan.

"Malah bagus dong, Nak. Mama sama Papa jadi terhindar dari zina. Tapi, tunggu! Kamu sudah punya pacar?"

Tanya Mama tiba-tiba. Kali ini perempuan itu coba mencari tahu, lewat mata anaknya, sebab, mata Andre terlihat sekali kalau sedang berbohong, dan Mamanya tahu persis akan hal itu.

Andre terperangah. Sepertinya ia jadi memberikan peluang bagi Mamanya, untuk mengetahui apa yang sedang dialami. Kini ia kembali kena interogasi lagi, dan kali ini tatapan mata Mamanya lebih tajam.

"Sudah putus, Ma. Suer!" jawab Andre, sambil menunjukkan dua jari di hadapan Mamanya.

Mama geleng-geleng kepala, kemudian perempuan itu tersenyum. Ia tak mau membuat anaknya takut, sebab, wajar juga jika anak seusia Andre, sudah memiliki rasa yang berbeda, terhadap lawan jenisya, bukankah itu manusiawi?

"Duh, kok mama sampai gak tahu, untuk soal yang satu ini? Hayo! Kamu sudah ngapain saja?!"

Mama melontarkan pertanyaan, dengan penuh kesabaran. Beruntunglah, anak semata wayang itu, ia memiliki seorang Mama yang bisa diajak bicara, layaknya seorang sahabat. Meskipun sebenarnya mereka adalah Ibu dan anak. Akan tetapi, jika anak merasa nyaman, saat berbicara dari hati ke hati, maka, anak pun akan dengan mudah terbuka, dan orangtua pun semakin enak, untuk mengontrol kelakuan si anak, saat di luar jangkauannya.

"Andre gak ngapa-ngapain kok, Ma. Andre, gak macem-macem, suer lagi!" ujarnya meyakinkan hati Mamanya.

"Ingat ya, Nak. Dulu Papa kamu itu jomlo, hingga usianya duapuluh lima, menikah sama mama itu, di usia duapuluh delapan tahun. Tapi, Papa kamu itu keren, karena lebih memilih menyelesaikan kuliah, lalu mencari pekkerjaan, yang sesuai dengan pendidikannya, baru setelah itu berani melamar mama!" ucap Mamanya. Andre terlihat manggut-manggut, tanda ia benar-benar memahami ucapan Mama.

"Apa, Papa tidak kesepian karena jomlo, Ma?" timpal Andre penasaran.

"Ya tidak lah, karena Papamu itu selalu memanfaatkan waktu luangnya, untuk hal-hal yang positif, bukan untuk hal-hal yang tidak penting, seperti halnya pacaran, dan juga nongkrong-nongkrong yang tidak jelas."

Untuk kedua kalinya Andre manggut-manggut, sepertinya petuah itu bener-bener masuk ke hati anak itu.

"Iya deh, Ma. Semoga Andre bisa seperti Papa. Pertama kali putus sama Nia, jujur, perasaan ini sakit banget, Ma. Tapi, sekarang sudah nggak kok, Andre sudah nyaman seperti ini." Lelaki yang mulai tumbuh dewasa itu, rupanya mulai sadar.

Mata Mama terlihat sembab. Ia tidak menyangka, jika Andre bisa cepat menyadari, kalau berpacaran pada masa-masa sekolah, itu bisa menjadi bumerang bagi cita-citanya. Apalagi dengan maraknya berita tentang pergaulan bebas, tentu sebagai orangtua, hatinya menjadi sangat miris.

"Syukurlah, dan perlu kamu ingat, Nak. Jomlo itu bukan berarti kamu tidak memiliki cinta. Tetapi, kamu lagi menunda perasaan itu, demi masa depanmu. Jika semua sudah kamu raih, maka cinta itu akan hadir mengikutimu."

Suatu wejangan yang baru pertama kali di dengar oleh Andre, dari Mama yang ia sayangi, Mama yang tidak pernah marah, Mama yang selalu sabar menghadapinya. Sehingga, Andre dengan senang hati untuk mengadu, jika ada masalah-masalah yang tengah singgah dalam kehidupannya.

Kini langkahnya semakin mantap, demi masa depan, demi cita-citanya, demi Mama, Papa dan tentu demi cinta yang kelak akan Andre temui. Ia tidak ingin mengecewakan kedua orangtuanya, yang sudah memberikan pendidikan terbaik, memberikan nasihat-nasihat, serta merawatnya dengan penuh kesabaran dan tentunya juga dengan penuh kasih dan sayang.

Andre ingin seperti Papanya, kelak. Menjadi lelaki yang lebih mengedepankan cita-cita, demi orang-orang yang dicintainya.

                     ~Selesai ~

Baca juga: cerita-pendek-humor.


10/03/2019

Kisah Si Mbah Dan Bejo (13)

Kisah Si Mbah Dan Bejo (13)

Si Mbah Ke Rumah Bejo


Sore itu Mbah datang berkunjung ke rumah, Bejo. Ada hal yang membuatnya heran, saat Sumi istri Bejo memanggil cucu kesayangannya.

"Aku heran sama koe, Jo!"

"Heran gimana to, Mbah?"

Sebelum meneruskan pertanyaannya, Mbah coba untuk meneguk secangkir kopi yang sudah disiapkan oleh Bejo, cucu yang paling dicintai.

Eh, kenapa tidak cucu yang lainnya ya? Padahal Mbah kan memiliki banyak cucu? Sudahlah, lupakan!

"Heran gimana, Mbah?"

"Sik to, Jo! Biar kopinya masuk dulu ke dalam perut to, ya!"

"Sendiko, Mbah!"

Si Mbah sudah meneguk setengah isi dari cangkir kopi di hadapannya, kemudian nyomot satu singkong goreng, yang masih panas tersebut.

"Ayo, Mbah! Cepet to. Aku sudah ndak sabar, untuk mendengarkan apa yang tadi mau disampaikan."

"Ngene, Jo. Mbah itu bingung. Kenapa tadi istrimu ko manggil koe dengan sebutan, peyang?"

"Oh, nganu, Mbah. Itu sudah biasa."

"Mangsudmu biasa bagaimana? Lah wong suami istri itu ya harus saling menghargai, meskipun itu hanya sebuah panggilan."

Cleguk!

Habis deh kopi di cangkir Mbah. Sepertinya dia haus sekali, padahal sih gak habis nyangkul.

"Eta terangkan, Jo!"

Duh, Bejo terlihat kebingungan. Dia gak mau menjawab, tapi takut, kalau jawab juga takut. Bagai telur di ujung tanduk dong Jo? Kasihan!

"Kalau ndak mau jawab ya ndak apa-apa, tapi koe ngerti resikonya loh, ya?!"

"Iya, Mbah. Bejo jawab!"

"Opo?"

"Ngene, Mbah! Sumi itu kebiasaan, kalau tanggal tua, terus kehabisan uang, ya begitu. Manggilnya peyang!"

"Terus?"

"Ya nanti, tunggu kalau aku kasih uang belanja lagi, baru dia panggil sayang."

"Weladalah! Istri macam apa itu, Jo?!"

"Ya, macam Sumi, Mbah!"

"Mbelgedes! Ini ndak bisa kamu biarkan begitu saja, Jo! Kamu sebagai kepala keluarga, harus memiliki harga diri to, ya!"

"Iya, Mbah!"

"Mau tanggal muda, mau tanggal tua! Mau ada apa ndak ada uang, ya harus tetap sayang sama koe!"

"Iya, Mbah!"

"Kalau mbesok-mbesok masih dengar istrimu seperti itu, koe yang aku hajar, Jo. Sebab, koe ndak bisa ndidik istrimu!"

Si Mbah pun pamit pulang. Di dalam, istri terlihat ketakutan. Lha wong mereka itu, kalau lagi kesulitan, ya Mbah yang nolong. Makanya mereka sangat segan sama Mbah. Tapi, apa karena itu, mereka jadi segan? Seharusnya ya ndak! Sebab, yang namanya orang tua, ya harus di hormati.

Selepas Mbah pergi, Bejo manggut-manggut, entah paham, entah tidak!




Baca juga: kumpulan-cerita-humor.

060319 DBaniK

Kumpulan Cerita Humor


Kumpulan Cerita Humor

Nyaris Tak Terdengar



Udara siang ini cukup lumayan panas, Ario tengah asik memanen keringat dengan sapu tangan dekilnya.

"Aduh, nih angkot lama amat ya?!" gerutu Ario, seorang pemuda tanggung, berbadan kerempeng.

"Sabar, Mase!" sela perempuan yang sedari tadi duduk bersebelahan, sambil sesekali mengibaskan rambutnya.

"Eh, sapa kamu? Nyambung-nyambung aja, huh!" balas Ario sewot.

Tak lama kemudian angkutan tiba, dan berhenti tepat di depan mereka, yah walau kondisinya cukup lumayan sesak. Namun mau tidak mau, Ario dan orang yang sama-sama menunggu angkutan pun naik.

"Maaf, numpang lewat, Bu!"

"Ita, gak usah basa-basi, lewat saja sana!" gumam Ibu setengah baya, yang berdandan menor ala-ala artis ketoprak itu.

Angkot melaju dengan cepat, berzig zag ria, di antara ramainya jalan raya. Namun di tengah suasana dalam angkutan umum yang pengap, dan tentunya berbaur bau keringat, tiba-tiba ...

"Oaek!"

"Huek!"

"Cuih!"

Suara-suara itu riuh, memecah emosi penumpang angkot di siang yang panas itu.

"Woi! Siapa yang kentut!" teriak supir yang ikut mau muntah.

Penumpang saling tatap, mencari jawaban, pada sudut mata para penumpang lainnya, berharap mata itu mau berbicara, untuk mengakui perbuatan tuannya.

Hening, tidak ada yang berani ngaku. Ya, mungkin saja takut lah, ya! Secara di dalam angkot sudah pada mendidih darahnya, akibat bau kentut yang kelewat parah seperti bau comberan.

Akhirnya penumpang sampai juga di terminal pemberhentian terakhir, mereka bergegas turun, ada yang muntah, ada yang berludah, komplit pokoknya. Dih, jijik ya!

"Woi, itu yang kentut belum bayar!" teriak supir angkutan umum itu tiba-tiba.

"Eh, bang! Tadi aku bayar pakai uang limapuluhan!" refleks, Ario nyeletuk, untuk ngebantah tuduhan supir.

"Oh, jadi kamu pemilik bau kentut ajaib itu!" ucap sopir sambil melotot.

"Loh, abang njebak saya?" eh, Ario malah nyolot tuh.

"Tidak, saya penasaran saja, siapa sih pelaku pengentutan di angkot saya, dan ternyata kamu!"

Ario beranjak pergi, meninggalkan beberapa pasang mata, yang seolah menguliti dirinya.

"Sial! Pinter juga tuh sopir angkot!" gerutu Ario, sambil pergi berlalu, menahan malu.




230219 DBaniK ☕ 👈



Baca juga: Flash-fiction-cinta-tiga-segi.


Kumpulan Cerita Humor



#Joke

Lelaki kekar itu menghentikan mobilnya, yang berwarna hitam mengkilap. Di depan sebuah kedai kopi yang memang ramai, meskipun siang hari.

Lelaki itu clingak-clinguk untuk memastikan keadaan sekitar, mungkin ia butuh waktu yang pas untuk turun dari mobil. Ya, memang harus begitu, kalau mau turun dari mobil, jangan asal nylonong saja buka pintu, siapa tahu ada kendaraan dari arah belakang, kan bisa repot juga.

Setelah memastikan keadaan aman, lelaki dengan jaket kulit hitam itu mengenakan kacamata hitam. Wih, keren abis! Mungkin kalau di kedai kopi itu banyak cewek, maka akan ada yel-yel untuk memujanya. Sayang, di kedai isinya cowok semua.

Akhirnya, lelaki itu segera turun dari mobil. Setelah semua dirasakan sudah aman dan sudah komplit dengan kacamata hitamnya.

Pintu mobil pun dibukanya, dan ...


"Aih, cint! Panas bingit ternyata!"


Mendadak, lelaki itu menjadi kemayu, setelah sang surya memandikan tubuh kekarnya.


Just joke


260219 DBaniK ☕ 👈 😊




Kumpulan Cerita Humor

#Joke



Juminten dan Abang Ganteng


Saking kangennya, Juminten sudah main aja ke rumah Abang ganteng, sebenarnya sih gak ganteng-ganteng amat, namun kekasih hatinya memilih sebutan itu, sebagai panggilan sayangnya. Duh, bikin ngiri ya, bukan nganan. 😄



"Eh, ada Juminten rupanya, makin kece badai aja kamu. "

"Eh, abang ganteng, bisa aja ikh. Cubit nih pake tang."

Duh, Juminten aya-aya wae, eta teh tang mau buat nyubit aja, saking gemesnya, mungkin.

"Aw ... aww, atit au."

Padahal sih, gak beneran dicubit, ganteng udah ngeluarin gaya alaynya.

"Dih, kaga jadi cubit deh. Eh, abang ganteng puasa kagak nih?"

"Ya jelas dong, Jum. Abang ganteng gitu loh! "

"Kagak usah pake monyong, Bang. Tambah ganteng tau," hoek, cuih uhuk.

Jum membuang muka, entahlah. Mungkin cuma akting, biar terlihat cute, atau memang beneran membuang ludah. 😄

"Dih, abang gemes deh, liat kamu seperti itu." ujar ganteng sok imut.

"Tadi sahur kagak, Bang?"

"Iya, pake hatimu, Jum." tuing tuing tuing.

"Aih, ihihihi ..., terus udah pakpung belum si abang gantengku nih?"

"Masa sih, kamu gak bisa mencium wanginya sabun colek, eh sabun D**E di tubuh abang, "

"Udah lama mandinya? Apa baru tadi?"

"Sepuluh menit sebelum kamu datang, Ayank."

"Ayank? Kemarin panggilnya cinta." Juminten pukul-pukul pintu manja.

"Hhhhhhhh, iyaa deh cinta. Terus, hubungannya ama mandi apaan?"

"Tadi bilangnya puasa, bilangnya udah mandi juga. Nah, terus itu ada nasi nempel di kumis abang, kerjaan siapa yak?" Muehehehe

"Dih, cius? Abang kudu apa nih, malu apa gimana? "

"Au ah gelap, abang mbelgedes. Kita putus!"

Huaaaaaaaaaa ...!

Abang ganteng tumbang dan menangis guling-guling, cintanya kandas lagi.

Makanya jangan bohong, lagian sudah gede juga, gak puasa! Malu woi, malu!





Tegal 23/06 /2017



Kumpulan Cerita Humor



#Joke



Rejeki Dipatok Ayam.




Kemarin tetanggaku lari-lari ngejar ayam tetanggaku yang satunya lagi. His ...! Ada apa to yaa ...?

Terus aku hentikan saja larinya, saya pecahkan saja siang yang hening kemarin, biar ramai!

"Woi, kamu!"

"Sapa? Aku?"

"Iya to ya, kamu!"

"Ada apa kau hentikan lariku, Kisanak?!"

Aku sebenarnya mau embuh saja, ngeliat dia lari ke sana ke mari ngejar ayam tetanggaku, tapi mau gimana lagi, lha wong ayamnya itu tulung-tulungan minta bantuan, ya aku harus bertindak, yaa to?

"Kamu ini kenapa to? Ayamnya orang kok kamu kejar-kejar sampai kecapean gitu?!"

"Ya salah ayamnya to! Bukan salahku tau!"

 "Emang ayamnya pup di rumah kamu?"

"Lha ya ndak to yaa!"

"Terus salahnya apaan dia?!"

Aku balesnya rada kesal, sambil nunjuk ayam yang lagi megap-megap di bawah pohon kangkung, duh pohon kangkung? Jadi keinget rujak kangkungnya mbok Tumini kae lho!

"Wes to, kamu ndak tau permasalahannya, ya diem-diem bae napa!"

"Weladalah, mbelgedes tenan kamu, Kisanak! Yo kasian ayamnya to yaa!"

"Begini, Im! Itu ayam udah matok rejeki saya! Jadi harus saya tangkap untuk balikin rejeki saya!"

"Ngahahahaha ..., koe aneh! Lha mana rejekinya? Perasaan ayam itu gak bawa apa-apa!"

"Duh, Im. Capek deh! Tadi Emak bilang, kalau bangun kesiangan itu rejeki bakal dipatok ayam. Nah kebetulan tiga hari ini saya kesiangan, dan kebetulan juga saya gak dapat tarikan waktu ngojek! Kebetulan juga, tiga hari ini ya ayam itu yang mondar-mandir di rumah saya, brati dia dong yang matok!"

"Udah ya, Baim mau pulang. Baim mau bobok aja, pusing ini mah pala Baim. Serah elu aja deh!"

Tak beberapa lama kemudian, terjadi kembali kejar-kejaran antara ayam dan temen Baim, semoga ayamnya tidak habis begadang, jadi bisa kuat lari-larian.




DBaniK ☕ 👈 😄



Kumpulan Cerita Humor


#Warna_Fiktif



Apa kalian tahu?

Betapa menderitanya sebuah balon berwarna hijau!

Gara-gara lagu 'Balonku' dengan lirik yang menyatakan, jika balon warna hijaulah yang meletus, akhirnya balon warna hijau menjadi terasing, di antara balon warna lainnya!

Kemarin, saat Adik ulang tahun, dia memohon, agar aku tak membelikannya balon berwarna hijau! Duh, begitu traumanya kah?

Ya sudah, akhirnya kami sepakat untuk tidak membeli balon dengan warna hijau. Betapa senangnya hati Adik, saat mengetahui, jika tidak ada balon berwarna hijau, di antara balon-balon yang kubeli.

Acara akhirnya berjalan dengan lancar, teman-teman Adik hampir seluruhnya datang, ada Melani, ada Anggraeni, ada Sulton, ada Jun dan masih banyak lagi. Belum lagi dengan emak-emaknya yang pada ngikut nganterin, ya sudah, alhasil rumah menjadi sangat gaduh.

Tiba-tiba ...

Dor ...! Dor ...!

Semua mendadak menjerit karena merasa kaget!

Adik segera berlari menuju ke arah suara tersebut. Yah! Balon ulang tahunnya ada lima biji yang meledak! Betapa kecewanya dia. Bukan lantaran balonnya yang meledak, namun Adik kecewa berat, gara-gara Audri, iya gara-gara Audri!

Kami semua coba untuk meminta penjelasan, kenapa sih, kok Adik jadi kecewa?

Dengan ucapan yang terisak, Adik menjawab.

"Suruh Audri pulang! Gara-gara baju Audri berwarna hijau, makanya balonku jadi meletus lima biji!"

Kecewa. Akhirnya Audri memutuskan untuk pulang. Padahal belum dikasih kue ulang tahun, sudah dibela-belain tidak makan dulu dari rumah.

NB: Ini Adik trauma balon warna hijau, atau trauma sama warna hijau ya?

270219 DBaniK



Kumpulan Cerita Humor


#Persaingan_Sehat



Jargon persaingan sehat sudah membahana di mana-mana. Apalagi bagi pelaku bisnis, sebab, banyak orang mengaitkannya dengan dunia tersebut. Padahal sih, gak juga ya.

Seperti halnya ketika aku bersaing ingin mendapatkan Mia. Duh, jadi ingat aja sama Mia, cewek langsing bergigi gingsul itu. Ehem ...! Ciee ...!

Yup! Aku ingat betul dengan kejadian itu. Mia memang gadis yang sangat pantas untuk diperebutkan. Makanya banyak juga pesaing yang harus kuhadapi. Satu lawan satu? Ayuk! Baim gak takut kok! Tapi ini enggak, sebab ada beberapa orang yang menyukai Mia. Jadi apa mau dikata, Baim tidaklah sekuat Superman yang selalu salah memakai CD di luar! Oopss ...!

Mengalah?

Iya! Aku mengalah saja. Sebab, sudah ada beberapa pesaing yang menggunakan cara-cara yang tidak sehat, saat berperang melawan pesaingnya, demi memperoleh cintanya Mia! Duh, hidup begitu amat ya? Orang, aku juga gak ada hubungan sama Rini, eh, si A bilang aku sedang dekat dengannya. (persaingan tak sehat tengah berlangsung, pemirsa. Ane dituduh dekat dengan tante Rini, gila gak tuh?)

Alhasil, Mia mulai coba untuk menjauhiku. Sebel kan?

Dan akhirnya pesaing-pesaing yang lainnya justru melakukan hal yang sama, untuk saling serang demi memenangkan hatinya Mia yang hanya satu biji. Tepok jidat tetangga boleh gak?

Setahun berlalu ...

Mia jadian sama Reno. Apakah karena Reno adalah salah satu pejuang cinta, yang menggunakan cara-cara tidak sehat? Au ah, itu sudah bukan menjadi urusanku lagi! Move on tengah sibuk untuk kuperjuangkan saat itu. Duh, miris ya ane? Hiks!

Kemudian. Aku coba untuk bersaing dengan sehat, yaitu bersaing dengan amarah dan welas asihku. Iya! Dalam dada sudah berkecamuk perang batin, saat secara tidak sengaja berpapasan dengan Mia, seseorang yang pernah ada di hatiku.

Aku coba menetralkan hati, agar akal pikiran jahat tak menguasainya. Coba deh, kalau saja kubiarkan liar! Sudah pasti aku akan ngajak gelud (berantem) sama Reno. Lelaki yang sudah berhasil menghasut Mia, dengan mengatakan hal yang sebenarnya tidak dilakukan olehku. Hiks nasib gini amat, yak?!

Ya sudah, akhirnya perang melawan batinpun menjadi hal yang patut diperbincangkan, antara aku, akal pikiran dan hati nurani. Pada akhirnya, keputusanku hanya satu.

Relakan Mia. Tuhan akan menggantikannya dengan yang jauh lebih baik!

Iya, aku menang melawan gejolak batin. Sebab, tak ada amarah lagi, saat Mia sekarang jalan bareng dengan Bram, sahabat Reno juga, dan pelaku pesaing tak sehat pula.

Mia, Aa kok jadi miris ya?



Just Joke



010319 ☕ 👈 😊 DBaniK

Kisah Si Mbah Dan Bejo (11-12)


Kisah Si Mbah Dan Bejo (11-12)


Bejo Bertemu Hantu


Pada suatu malam yang entah, Bejo berjalan sendirian, tak ada penerang pun di jalan yang dilalui.

Kebayang gak sih, jika tiba-tiba ada yang nyapa.

"Hai ganteng, godain kita dong!"

Bejo clingak- clinguk mirip kera, tapi gak sakti sih. Sungguh, tiada manusia sebiji pun dilihatnya.

"Hai ganteng, nyariin aku ya? "

Ebujuk, suara itu nyapa dia lagi, nyari soal nih cewek, menurut hati kecil Bejo loh ya.

Lelaki yang dibilang orang si pemberantasan dan rajin menabung itu menghentikan langkah kakinya.

"Main petak umpet ya, Neng?" Widih Bejo sok berani gitu.

Aslinya ntu orang rada ngeri juga, bayangin aja, di samping ada pohon gede gitu.

"Ganteng, aku di atas! "

Suara itu ngajak bicara lagi, Bejo rada kikuk buat nengok ke atas.

"Yuhu cowo!"

Merasa tertantang, akhirnya ia menengok juga ke atas.

"Jabang bayi! Emaknya tuyul!" pekiknya.

Jelas lah ya, tanpa pikir panjang ia lari sekuat tenaga, rasa kaget, takut, laper, eh, bercampur aduk jadi satu.

"Woy, badan kamu ketinggalan!" teriak si anu ( takut nyebut merk ) 

"Buat elu aja!" balas Bejo sambil berlari meninggalkan tubuhnya.

NB: ini jelas fiktif banget

Tegal 24/09/2017



Baca juga: kisah-si-mbah-dan-bejo-07-08.


Kisah Si Mbah Dan Bejo (11-12)



Bejo Bahagia



Bejo sumringah, mulutnya tak henti - hentinya bersiul, entahlah lagu apa yang dia nyanyikan, judulnya Bejo bersiul, udah gitu aja.

Si mbah tengah santai di bawah pohon asem jawa, yang kebetulan tumbuh dengan tidak sengaja, beruntung juga si mbah, sudah tanamannya subur, buahnya juga lumayan banyak.

"Mbah, anak mbarepku meh mbojo!"

"Tenane? Opo wes mantep?"

"Ya sudah lah, la wong wis gari mbojo mosok ya ndak mantep khi piye, " ujar Bejo sumringah.

"Lah yo syukurlah nek ngunu kui, mbanjur karo wong ndi, Jo?" tanya si mbah.

"Wong sebrang, Mbah. Mantep kan, ya kan, " Bejo nampak bahagia lahir dan batin.

"Weidhan tenan, mantep kui, Jo!" timpal si mbah.

"Iya dong, anakku! " Bejo membalas dengan cepat.

"Terus ngko awakke dewe bareng - bareng numpak kapal mabur neng sebrang, Jo?" lanjut si mbah.

"Ngapain, Mbah. Lah wong tinggal nyebrang kok, " ujar Bejo dengan muka polosnya.

"Maksude kui piye jajal?" si mbah bingung.

"Duh mbah, bakal mantuku kui cah sebrang kali kae loh. " Bejo menerangkan.

"Mbeldedes tenan koe, Jo! Tinggal ngomong sebrang kali wae susah!" mbah marah, diambilnya sendal butut miliknya.

Melihat gelagat si mbah, Bejo melayu sekuat tenaga, takut kena jitak si mbah.

"Ojo lali datang ya, Mbah! Hari minggu wae! " teriak Bejo sambil berlari.

"Mboh! Urak urusan!" jawab si mbah kesal.

                              ~Selesai ~




Tegal 17/08/2017

Cerita Pendek Humor.


Cerita Pendek Humor.

Nyaris Tak Terdengar



Udara siang ini cukup lumayan panas, Ario tengah asik memanen keringat dengan sapu tangan dekilnya.

"Aduh, nih angkot lama amat ya?!" gerutu Ario, seorang pemuda tanggung, berbadan kerempeng.

"Sabar, Mase!" sela perempuan yang sedari tadi duduk bersebelahan, sambil sesekali mengibaskan rambutnya.

"Eh, sapa kamu? Nyambung-nyambung aja, huh!" balas Ario sewot.

Tak lama kemudian angkutan tiba, dan berhenti tepat di depan mereka, yah walau kondisinya cukup lumayan sesak. Namun mau tidak mau, Ario dan orang yang sama-sama menunggu angkutan pun naik.

"Maaf, numpang lewat, Bu!"

"Ita, gak usah basa-basi, lewat saja sana!" gumam Ibu setengah baya, yang berdandan menor ala-ala artis ketoprak itu.

Angkot melaju dengan cepat, berzig zag ria, di antara ramainya jalan raya. Namun di tengah suasana dalam angkutan umum yang pengap, dan tentunya berbaur bau keringat, tiba-tiba ...

"Oaek!"

"Huek!"

"Cuih!"

Suara-suara itu riuh, memecah emosi penumpang angkot di siang yang panas itu.

"Woi! Siapa yang kentut!" teriak supir yang ikut mau muntah.

Penumpang saling tatap, mencari jawaban, pada sudut mata para penumpang lainnya, berharap mata itu mau berbicara, untuk mengakui perbuatan tuannya.

Hening, tidak ada yang berani ngaku. Ya, mungkin saja takut lah, ya! Secara di dalam angkot sudah pada mendidih darahnya, akibat bau kentut yang kelewat parah seperti bau comberan.

Akhirnya penumpang sampai juga di terminal pemberhentian terakhir, mereka bergegas turun, ada yang muntah, ada yang berludah, komplit pokoknya. Dih, jijik ya!

"Woi, itu yang kentut belum bayar!" teriak supir angkutan umum itu tiba-tiba.

"Eh, bang! Tadi aku bayar pakai uang limapuluhan!" refleks, Ario nyeletuk, untuk ngebantah tuduhan supir.

"Oh, jadi kamu pemilik bau kentut ajaib itu!" ucap sopir sambil melotot.

"Loh, abang njebak saya?" eh, Ario malah nyolot tuh.

"Tidak, saya penasaran saja, siapa sih pelaku pengentutan di angkot saya, dan ternyata kamu!"

Ario beranjak pergi, meninggalkan beberapa pasang mata, yang seolah menguliti dirinya.

"Sial! Pinter juga tuh sopir angkot!" gerutu Ario, sambil pergi berlalu, menahan malu.


Baca juga: cerita-pendek-kisah-cinta.

230219 DBaniK ☕ 👈

Kisah Si Mbah dan Bejo (09-10)

Kisah Si Mbah dan Bejo (09-10)


Bejo Pagi Ini

Weladalah, bangun tidur kok pengennya nanak nasi, rebus air. Ya sudah aku lakukan saja, kan malah bagus ini.

Bergegaslah Bejo ke dapur, melakukan apa yang ada di dalam pikirannya. Selesai memasak, ia juga cuci baju, ngepel dan apa saja tugas yang biasa dilakukan oleh istrinya.

Kopi sudah disiapkan di meja, juga sepiring singkong yang tadi digoreng, wah Bejo hebat pagi ini. Pagi yang sangat luar biasa buat lelaki gembul itu, biasanya jam segini sih dia masih molor, masih asik di dunianya, dunia mimpi.

"Mana kopinya!"

Surti istrinya sudah bangun ternyata, lalu ia pergi ke meja, duduk sambil ngucek mata, lalu nyomot singkong goreng.

"Enak ini singkong! Nagmbil di kebun mbah ya?"

"Iya!"

Bejo duduk di samping istrinya, sambil memijit pundaknya.

"Nanti belikan pembalut ya." ucap Bejo pelan.

"What! Pembalut?!" Surti kaget.

"Kenapa to ya? Ada yang aneh?" tangkis Bejo.

"Sepertinya kita ketukar deh kang! Duh iki ndak bisa dibiarkan, lha nanti aku yang nyangkul di kebun dong!" Surti panik.

"Apa iya sih? We ladalah, sepertinya benar ini, kan aku ndak bisa masak, kok ujuk-ujuk pintar masak!" Bejo kelimpungan.

Mereka berdua sepakat kembali tidur pagi ini, mereka berharap bangun dalam keadaan seperti sedia kala.



Tegal 18/02/2018



Baca juga: kisah-si-mbah-dan-bejo-06-07.
Kisah Si Mbah dan Bejo (09-10)


Si Mbah Sakit

Sudah tiga hari si mbah terbaring sakit, mungkin saja memang sudah sepuh, jadi wajar saja kalau tubuhnya kian mudah terserang sakit. Bejo memang cucu yang paling setia dibandingkan dengan yang lainnya. Pagi itu Bejo membawa serantam bubur yang dibuat istrinya, dan serantam lagi olahan daging ayam yang di opor, hmm ... baunya sangat menggugah selera tentunya. Kebetulan sekali rumah si mbah tidak dikunci, jadi Bejo bisa nyelonong masuk dengan mudah.

Di depan pintu.

"Mbah, kata Sumi, mbah lapar ya?" tanya Bejo memastikan.

"Hoak!"

Hening.

Bejo clingak-clinguk, entah apa maksudnya, hanya dia yang tahu bahasa tubuhnya.

"Mbah, sudah lapar belum? Ini Sumi masak bubur sama opor kesukaanmu lho, Mbah!" ulang Bejo lagi.

"Hoak! Hoak!"

Cucu kesayangan si Mbah yang satu itu tersenyum, dia segera menghampiri meja makan yang sudah tampak lusuh tak terurus itu, diambilnya sendok, kemudian opor ayam itu dicampur sama bubur buatan Sumi istrinya.

Sejam kemudahan si mbah keluar kamar, dia mencari - cari sesuatu, namun sepertinya apa yang dicari tak ketemu. Langkahnya sekarang menuju bale tempat ia bisa nongkrong kalau lagi suntuk, biasa di bawah pohon asem jawa di depan rumah.

Bejo tampak tertidur dengan lelap, kaos butut yang dipakainya tampak menyingkap ke atas, sehingga perut besarnya tampak menyembul. Si mbah geleng-geleng kepala, cucunya itu memang hobi sekali tidur.

"Le, bangun!" bentaknya untuk membangunkan Bejo.

Bejo kaget dan terbangun, matanya masih terlihat merah, mungkin saja aliran darah yang di kepalanya belum stabil.

"Ada apa to, Mbah? Bikin kaget saja?!" Bejo sedikit merajuk.

"Mana bubur sama opor yang kamu bawa, kok dicari tidak ada?" ujar si mbah.

"Ya tak makan to, Mbah." muka Bejo biasa saja, seperti tak berdosa.

"Lho, katanya buat saya, kok kamu yang makan itu gimana?" si mbah tak habis pikir.

"Lho, kan tadi mbah sendiri yang bilang hoak, hoak, waktu ditanya lapar apa enggak." jawab Bejo polos atau sok polos.

"Mangsudmu apa to?" Mbah rada naik darah.

"Hoak itu kan hoax to? Yang orang bilang isu, atau tidak benar, iya to?" Bejo coba menerangkan.

"Oalah, Jo. Yang tadi si mbah hoak, hoak di kamar itu karena mau muntah! Perutku memang lagi mual-mual karena masuk angin, Jo!" Mbah melotot.

"Waduh, lha terus gimana ini, wong Sumi masaknya cuma segitu - gitunya saja, kan memang sebenarnya itu khusus buat si mbah," ujar Bejo sambil garuk-garuk kepala, padahal gak gatal.

"Dasar .... "

Belum sempat si mbah meneruskan ucapannya, Bejo sudah duluan lari terbirit-birit meninggalkannya.



Tegal 11/12/2017

Kisah Si Mbah dan Bejo (07-08)

Kisah Si Mbah dan Bejo (07-08)

Judul : Bejo Nesu.

Iki Si Mbah ndukani Bejo, ingkang rewel mawon amargi dereng kagungan ugeman kangge Riyaya.

"Rumangsamu mung koe to, sing uripe nelongso? Mbanjur koe ngomongmu ora penak, Jo!"

"Lha, kan pancen aku sing lagi bingung, Mbah! Klambi rung due! Roti mbarang urung tuku! Opo meneh arep gawe opor ayam, coba!"

"Terus Si Mbah kon piye? Kon peduli ngunu karo koe?"

"Iya to ya! Kan aku putumu, Mbah!"

"Mbelgedes tenan koe, Jo! Rumangsamu duitku metu soko tuk banyu opo piye?"

"Tapi, Mbah ...,"

"Kono usaha! Ojo ming karepe njaluk pitulungan ngunu kui! Usaha sing temen, mbanjur berdoa men di ijabah!"

"Mbah ko pelit bingit?"

"Ora ngunu kui! Marai tuman koe!"

"Ojo ngono, Mbah. Paringi kene!"

"Lah kae opo koe ora weruh! Telone urung panen iks!"

Si Mbah nerangke marang Bejo sing isih ngeyel wae, tumben ini cucunya maksa banget, biasanya aja ndak gitu, ini lagi meh njaluk manja karo Si Mbah opo piye?

Eladalah, Bejo nangis karo mulih numpak pit ontele kae, Si Mbah malah ngguyu to.

Ekekekekek ....




DBaniK<<< 03/06/18


Baca juga: kisah-si-mbah-dan-bejo 05-06





Kisah Si Mbah dan Bejo (07-08)


Meh Mbojo Maneh



"Lingguh kene, Le!"
"Nggeh, Mbah!"

Aku lenggah cedake simbah sing yuswanipun sampun 75 tahun, nanging taksih bregas akas.

"Wonten menopo to, Mbah?"

"Listen-listen koe meh mbojo meneh, Le?"

"Sinten ingkang sanjang to, Mbah?"

"Alah, koe ora usah pura-pura ngono kui, mbelgedes!"

"Nganu mbah ... Ora ngono kui!"

"Semprul koe, Le! Gek penak sithik njur dadi mbabrah! Golek bojo maneh, opo ora mesakno Paiyem bojomu!" mbah menteleng ketoke nesu.

"Mbah, kan ora popo nek aku rabi meneh!"

"Kowe iso adil opo ora! Ojo dumeh koe sugih terus sak kepenake koyo ngono kui!"

"Tapi mbah ... "

"Hus! Meneng, simbah tak rampungke sik!"

"Nggeh, nggeh!"

"Jaman koe meh entuk Paiyem, koyo ngopo perjuanganmu, panas perih koe lakoni, sampe koe meh stres gara-gara Paiyem nolak cintamu. Tapi akhire deweke gelem karo koe mergo melas karo koe! Eling to, Le!"

"Iyo, Mbah."

"Jaman bar mbojo, uripmu susah. Paiyem melu susahe, di lawani melu njungkel-njungkel nggedekno anakmu kui, saiki koe wis sugih mbanjur koe meh lali, meh mbagi senengmu karo wedokan lio! Pikiranmu nang ndi, Le!"

"Iya, Mbah!"

"Paiyem kui setia, gelem kok jak sengsoro, di lawani mbiyen gelem muter dodol gorengan mbarang, opo koe ora melas nek mikir jaman semono, Le?!"

"Ojo gemagus, ojo dumeh! Nek mikir mbok yang jauh, ojo ngikuti napsumu, Le!"

"Iya, mbah!"

"Wes kono mulih, njaluk ngapuro karo Paiyem! Awas nek sampe mbah krungu koe mbojo meneh! Tak sunat pindo kapok, kowe!"

"Nggeh, nggeh mbah. Kulo pamit!"

Paijo gejlek mulih tanpo wani lingak-linguk memburi, si mbah ngawasi kanti Paijo ilang neng pengkolan. Karo ngecungi golok luandepe pol.




Tegal 16/09/2016

Cerita Humor


Cerita Humor


Di Tempat Tukang Sayur.

Ada sekitar tiga ibu-ibu tengah asik memilih-milih sayuran. Ada yang lagi megang terong, ada yang lagi mengamati kangkung, ada yang lagi menimang-nimang ayam potong dalam kemasan plastik kresek. Duh, padahal sih sama saja, Bu. Kan sudah ditimbang juga! Ih, lebay.

"Eh, Jeng! Aku ini yo kesel tenan sama bapaknya anak-anak!"

Tiba-tiba salah satu pembeli itu nyeletuk.

"Kesel gimana, Bu?"

Ibu yang sedang pegang terong menimpali ucapan Ibu yang ada di depannya.

"Jan, kebuwangeten pol wes pokoknya! Aku sampai malu, Jeng!" jawab si Ibu yang sedang curhat, sambil menutupi mukanya dengan kangkung.

"Duh, Ibu. Itu teh, kangkungnya jangan ditelen atuh!" seloroh tukang sayur.

"Yo ndak to, Kang! Wes tenang saja!" timpal Ibu yang sedang curhat.

"Memangnya ada apa, Bu? Kok sampean sampai malu?" rupanya, Ibu yang sedang menimang-nimang ayam potong dalam kresek itu mulai ikut nimbrung.

"Oalah, Jeng! Sebenarnya saya ini malu loh mau cerita! Tapi ya mau bagaimana lagi, ini gara-gara saking muangkelnya!"

"Ya sudah, Bu. Ceritain saja!"

Ibu yang dari tadi tetap masih memegang terong itu, coba untuk memberikan dukungan.

"Gini loh, Jeng! Tadi pagi kan Baim rewel. Terus diajaklah nonton DVD, film Superman itu loh, Jeng!"

"Iya, Bu. Paham. Terus?"

"Lah itu, Jeng. Yang jadi masalahnya!"

"Kan film Superman memang sudah biasa di tonton sama anak-anak, Bu." timpal Ibu yang di sebelahnya.

"Oalah, Jeng! Filmnya memang ndak masalah! Baimnya juga jadi diem ndak rewel lagi!"

"Terus, naon masalahnya, Ibu?" eh, tukang sayur ikut nimpalin juga.

"Lah iki, iki masalahnya! Setelah selesai nonton, suamiku mandi, sarapan, terus bersiap-siap mau berangkat ngantor, ee ladalah! Mosok dia memakai celana dalamnya diluar seperti Superman!"

"Aooow ...! Masa sih, Jeng!" tanya Ibu yang sudah memilih satu kantong ayam potong.

"Eta, suaminya latah?" sela tukang sayur.

"Hu'um. Untungnya dia pamitan, Jeng! Lah, kan biasanya dia lupa pamitan! Coba kalau pas lupa pamitan, terus nyampai kantor, apa yo ndak dikira somplak to, Jeng!"

Hening ...

Ibu-Ibu dan tukang sayur terdiam. Sepertinya mereka nahan pipis, soalnya mau tertawa tapi takut dosa.



DBaniK 12/02/2019.


Baca juga: cerita-humor.



Cerita Humor




"Ternyata orang jutek, sama orang baik, beda ya, Jo!"

"Beda apanya to, Mbah? Perasaan sama deh!"

"Beda, Jo! Beda!"

"Iyo, beda apanya, Mbah?!"

"Tuh, yang jutek karetnya dua! Yang nggak jutek, karetnya satu!"

"Au ah, Mbah! Bejo mumet ngobrol karo Si Mbah!"


DBaniK 16/02/2019 ☕ 👈 😄






Cerita Humor


Judul : Rejeki Dipatok Ayam.



Kemarin tetanggaku lari - lari ngejar ayam tetanggaku yang satunya lagi. His...! Ada apa to yaa...?

Terus tak hentikan saja larinya, saya pecahkan saja siang yang hening kemarin, biar ramai!

"Woi, kamu!"

"Sapa? Aku?"

"Iya to ya, kamu!"

"Ada apa kau hentikan lariku, Kisanak?!"

Aku sebenarnya mau embuh aja ngeliat dia lari ke sana ke mari ngejar ayam tetanggaku, tapi mau gimana lagi, lha wong ayamnya itu tulung-tulungan minta bantuan, ya aku harus bertindak to, yaa to?

"Kamu ini kenapa to? Ayamnya orang kok kamu kejar - kejar sampai kecapean gitu?!"

"Ya salah ayamnya to! Bukan salahku tau!"

 "Emang ayamnya pup di rumah kamu?"

"Lha ya ndak to yaa!"

"Terus salahnya apaan dia?!"

Aku balesnya rada kesal, sambil nunjuk ayam yang lagi megap-megap di bawah pohon kangkung, duh pohon kangkung? Jadi keinget rujak kangkungnya mbok Tumini kae lho!

"Wes to, kamu ndak tau permasalahannya ya diem - diem bae napa!"

"Weladalah, mbelgedes tenan kamu, Kisanak! Yo kasian ayamnya to yaa!"

"Begini, Im! Itu ayam udah matok rejeki saya! Jadi harus saya tangkap untuk balikin rejeki saya!"

"Ngahahahaha..., koe aneh! Lha mana rejekinya? Perasaan ayam itu gak bawa apa-apa!"

"Duh, Im. Capek deh! Tadi Emak bilang, kalau bangun kesiangan itu rejeki bakal dipatok ayam. Nah kebetulan tiga hari ini saya kesiangan, dan kebetulan juga saya gak dapat tarikan waktu ngojek! Kebetulan juga, tiga hari ini ya ayam itu yang mondar-mandir di rumah saya, brati dia dong yang matok!"

"Udah ya, Baim mau pulang. Baim mau bobok aja, pusing ini mah pala Baim!"

Tak beberapa lama kemudian terjadi kembali kejar - kejaran antara ayam dan temen Baim, semoga ayamnya tidak habis begadang, jadi bisa kuat lari - larian.



DBaniK 07/10/2018




Cerita Humor


Juminten dan Abang Ganteng



Saking kangennya, Juminten sudah main aja ke rumah Abang ganteng, sebenarnya sih gak ganteng-ganteng amat, namun kekasih hatinya memilih sebutan itu, sebagai panggilan sayangnya. Duh, bikin ngiri ya, bukan nganan. 😄

"Eh, ada Juminten rupanya, makin kece badai aja kamu. "

"Eh, abang ganteng, bisa aja ikh. Cubit nih pake tang."

Duh, Juminten aya-aya wae, eta teh tang mau buat nyubit aja, saking gemesnya, mungkin.

"Aw ... aww, atit au."

Padahal sih, gak beneran dicubit, ganteng udah ngeluarin gaya alaynya.

"Dih, kaga jadi cubit deh. Eh, abang ganteng puasa kagak nih?"

"Ya jelas dong, Jum. Abang ganteng gitu loh! "

"Kagak usah pake monyong, Bang. Tambah ganteng tau," hoek, cuih uhuk.

Jum membuang muka, entahlah. Mungkin cuma akting, biar terlihat cute, atau memang beneran membuang ludah. 😄

"Dih, abang gemes deh, liat kamu seperti itu." ujar ganteng sok imut.

"Tadi sahur kagak, Bang?"

"Iya, pake hatimu, Jum." tuing tuing tuing.

"Aih, ihihihi ..., terus udah pakpung belum si abang gantengku nih?"

"Masa sih, kamu gak bisa mencium wanginya sabun colek, eh sabun D**E di tubuh abang, "

"Udah lama mandinya? Apa baru tadi?"

"Sepuluh menit sebelum kamu datang, Ayank."

"Ayank? Kemarin panggilnya cinta." Juminten pukul-pukul pintu manja.

"Hhhhhhhh, iyaa deh cinta. Terus, hubungannya ama mandi apaan?"

"Tadi bilangnya puasa, bilangnya udah mandi juga. Nah, terus itu ada nasi nempel di kumis abang, kerjaan siapa yak?" Muehehehe

"Dih, cius? Abang kudu apa nih, malu apa gimana? "

"Au ah gelap, abang mbelgedes. Kita putus!"

Huaaaaaaaaaa ...!

Abang ganteng tumbang dan menangis guling-guling, cintanya kandas lagi.

Makanya jangan bohong, lagian sudah gede juga, gak puasa! Malu woi, malu!



DBaniK





Cerita Humor


"Anaknya usia berapa, Bu?"

"Tahun ini sih jalan 4 tahun, Jeng!"

"Duh, udah pinter apa aja, Bu?"

"Banyak, Jeng! Tapi yang paling membanggakan, dia pinter berhitung!"

"Oh, ya? Bisa dicoba, Bu?"

"Bisa dong, Jeng!"

Ibu itu mulai mengajak anaknya untuk mulai berhitung.

"Satu ditambah dua berapa, Nak?"

"Tiga!"

"Sembilan dikurangi enam berapa, Nak?"

"Tiga!"

"Sebelas dikurangi delapan berapa, Nak?"

"Tiga!"

"Stop, stop, Bu! Cukup, biar saya yang coba kasih soal sekarang!"

Tetangganya merasa ada yang aneh.

"Dua ditambah empat berapa, Dek?"

"Tiga!"



Tetangganya pun akhirnya kesal, tanpa berpamitan ia pulang sambil memegang keningnya sendiri.



😄 😄 😄




DBaniK 04/02/2019

Kisah Si Mbah Dan Bejo (05-06)

Kisah Si Mbah Dan Bejo (05-06)


Lebaran sudah di ambang pintu, Bejo sibuk menghitung hari dengan jarinya. Sesekali kepalanya mendongak ke atas seperti sedang berpikir.

"Sedang apa koe, Le? Dari tadi tak liat seperti orang sibuk. Lah opo sih yang kamu hitung?" tanya si mbah penasaran.

"Nganu, lagi menghitung kapan lebaran tiba, Mbah, " ujar Bejo sok sibuk.

"Gayamu, Le. Puasa kamu aja banyak yang bolong, dih malu tau sama Asep Sudrajat anaknya simbok Rumi," ujar simbah terkekeh.

"Simbah kenapa sih, aku cucumu. Malah dibandingkan sama si Asep. "Bejo nesu.

"Pulang sana, Sumi nanti nyari kamu, Le. Lah ini juga sudah jam 5 sore, meh waktune buka puasa," ucap si mbah serius.

"Simbah mau kemana to, tumben rapi? Jangan bilang mau ketemu Dewi Senja Sekali, co cuit ..., " ujar Bejo meledek.

Simbah tumben gak marah, mungkin karena sudah lelah sekali ngadepin cucu mbelgedesnya.

"Simbah mau buka puasa di rumah adikmu, pulangnya besok, Le. Bar salat subuh," ujar si mbah menerangkan.

"Nyoh kunci rumah simbah, koe jaga rumah si mbah, saiki kono balik disik, meh magrib loh. " simbah pun berlalu meninggalkan Bejo.


Baca juga: kisah-si-mbah-dan-bejo-03-04.


Jam lima pagi lebih si mbah pulang ke rumah, sesampainya di halaman, ia mendapati Bejo tertidur di bawah pohon asem, Bejo memang begitu, kalau sudah tidur, seperti orang mati suri, tak perduli badannya habis digigit nyamuk.

"Tangi woi ...!" Si mbah coba membangunkan Bejo.

Bejo kaget bukan main, ia coba menenangkan diri, lalu ia mengamati lelaki tua di depannya.

"Oalah, Mbah. Kenapa belum berangkat to ya? " tanya Bejo.

"Maksud kamu opo, Le?" Si mbah rada pusing.

"Katanya mau kerumah Martinah, kok masih di sini ki piye? " tutur Bejo.

"Mbelgedes! Berarti koe tidur dari kemarin sore, Le! Koplak tenan koe, Le!"

Bejo coba mengingat kembali, tak lama kemudian ia tersadar bahwa selepas si mbah berangkat, Bejo memang rebahan lagi di bale bawah pohon asem.

"Ya ampun, brarti aku belum buka puasa mbah, lah ini jam berapa to? " tanya Bejo bingung.

"Wis imsaaaak ...!" Teriak si mbah di telinga Bejo.

Bejo pulang tanpa kesan dan pesan, hatinya resah dan gelisah, karena ia harus tetap berpuasa.

"Hiks hiks hiks ..., " Bejo pulang dengan berlinang air mata.

"Muehehehe, rasakno. Mulane sing nurut karo si mbah!" Teriak si mbah.

Bejo terus berjalan tanpa menoleh, selera humornya hilang, jalan saja mungkin sudah tak bergairah.





Tegal 07 /06 /2017



Kisah Si Mbah Dan Bejo (05-06)


Kisah Si Mbah Dan Bejo 06

Selepas salat isa Bejo duduk-duduk nyantai di bawah pohon asem Jawa, yang letaknya tepat di depan rumah simbah, memang asik sih suasananya, hening dan syahdu ( ngomong opo koe Jo)

Dih, aroma parfum simbah begitu menyengat, padahal jarak tempat Bejo duduk ke rumah simbah itu bisa limapuluh langkah, hmmm ... Bejo mencium gelagat rancu nih.

"Mbah, mau kemana to ya?" Bejo bertanya ketika melihat simbah keluar rumah.

"Lah, ngopo tanya-tanya? Meneng ae koe, Le, " ujar simbah sambil nuntun sepeda onthel kesayangannya.

"Ditekani malah pergi, pie jal simbah kui?" Bejo merajuk.

"Meneng, Jo. Aku mau happy tau!" ealah, simbah mulai genit rupanya.

Bejo memutuskan untuk menunggu simbah, karena ia dipasrahin jaga rumah yang memang gak ada siapa-siapa lagi kalau simbah keluar, la wong simbah sudah lama jomblo iks.

Sejam menunggu akhirnya simbah pulang, raut wajahnya nampak aneh, kadang tegang kadang kendur, kadang tersipu, dih misteri apakah ini.

"Halo, Mbah. Yuhu ..., " ledek Bejo.

"Hust, jangan ganggu simbah dulu!" Mbah nesu alias marah.

"Cie ..., ada yang nesu nih muehehehe ..., " ujar Bejo ngeledek.

"Gini, Le. Simbah tak crita, tapi koe rahasiakan loh ya?" Ucap simbah sambil meletakkan bogemnya tepat ke muka Bejo.

"Iya, Mbah. Wes to ora usah ngecungi bogem, dih!" gerutunya.

"Gini nih, Le. Tadi simbah kopi darat sama Dewi Senja Sekali, waduh! Simbah isin luar biasa, Le!" Kata simbah dengan muka yang sulit digambarkan.

"Lah, malu kenapa to, Mbah? "

"Mrene, cedakno kupingmu! Aku emoh krungu wong liane." Bejo pun mendekatkan telinganya.

Tak lama kemudian mereka berdua tertawa terpingkal-pingkal. Kalau tak ingat usia, mungkin simbah sudah salto, dih jan nganeh-nganehi.

"Mbah, mbah. Seharusnya dari nama itu, simbah sudah tau siap itu Dewi Senja Sekali, " ujar Bejo dengan masih terkekeh, sesekali Bejo menengok celananya, siapa tahu ada yang rembes.

"Maksud kamu pie, Le?" muka simbah misteri sekali malam ini.

"Ngene, Mbah. Dengarkan loh ya, Dewi kui kan artinya perempuan, Senja kui iso diartikan tua, maaf loh mbah, " ujarnya sambil melirik muka lucu simbah.

"Iyo, wes lanjut maneh to!"

"Dewi Senja Sekali, nah Sekalinya itu brarti penegasan to mbah, waduh gak nyangka simbah habis ketemu sama cewek yang kenalan di kesbuk!" Bejo meledek.

"Lah itu, Le. Ketika simbah ketemuan, eh gak taunya kakak kelas mbah, jaman sekolah di SD dulu, mbelgedes tenan iks, lah wong nama aslinya itu Sumi, kok jadi Dewi Senja Sekali, mbelgedes! "

"Ya kan sama kalih simbah, namanya di ganti Lelaki Kesepian, mbelgedes!" 'ups' Bejo menutup mulutnya.

Simbah nesu, sepeda onthel kesayangannya hampir saja ia lempar ke arah Bejo, untung anak itu larinya kenceng banget, simbah duduk di bawah pohon asem, sambil sesekali tertawa terkekeh-kekeh.

"Awas mbah ngompol ...!" suara teriakan Bejo nyaring terdengar.

"Semproool ..., cucu durhaka koe, Le! "

Malam terus berjalan, meninggalkan kisah Bejo dan simbah, entahlah besok cerita apa lagi yang akan di suguhkan manusia kepada malam.

                 
                                                                   




 Tegal 04 /06 /2017

Cerita Pendek Kisah Cinta



Cerita Pendek Kisah Cinta


Apa Ini Yang Dinamakan Cinta



Pernah suatu hari kita berbincang, saat kita tengah bersua di satu malam yang tidak terlalu bersahabat, sebab ada mendung yang bergelayut resah di kelam langit kota tempat kita bertemu, sesekali ada sambaran kilat yang pecah menyebar, membuat angkasa sejenak bercahaya.

Kau duduk di depanku saat itu, menghadap tepat ke wajahku yang terpapar cahaya temaram lampu kota, aku sendiri tidak pernah bisa mengartikan apa itu senyum yang kau berikan padaku malam itu, aku selalu berharap itu bukan senyum bermuatan cinta, aku sudah cukup memiliki May, sebagai cinta terakhirku.

Baca juga: kumpulan-cerita-flash-fiction.


Kita memang seringkali bertemu, namun aku hanya sebagai tempat kau bercerita tentang semua kelu kesah yang kau hadapi, selepas suamimu pergi meninggalkanmu, kau marah! Kau lampiaskan kekesalan demi kekesalan pada waktu temu yang kita sepakati. Bukan untuk sebuah kencan, namun murni sebagai sarana kamu melampiaskan semuanya tentang Dion mantanmu.

Istriku tidak pernah tahu akan hal ini, bukan karena aku mau menghianatinya, bukan aku ingin menyakitinya, tapi aku lebih menjaga perasaannya, aku tidak akan memberi tahu sebab aku ingin hubunganku baik - baik saja, dan aku juga menganggap perempuan itu benar-benar hanya butuh teman curhat, itu saja tidak lebih. Hingga tak sadar semua berlangsung begitu cukup lama, dan semua masih dalam kondisi yang terkendali.

Tahun kedua adalah masa - masa sulit yang kuhadapi, di mana hati ini muncul gejolak yang begitu hebatnya, rasa yang terlahir dari temu - temu yang sering kami lakukan, dan akhirnya pada suatu hari, perempuan itu mencintaiku, dengan terang-terangan tanpa tedeng aling-aling.

"Mas, aku mencintaimu!"

Aku terdiam, mulutku mulai kelu, ini yang aku takutkan dan akhirnya terjadi, di taman itu awal kita berjumpa sudah kukatakan, agar ia tak menyimpan bara asmara untukku, dan aku berulangkali mengatakan itu kepadanya, namun apa? Malam itu kau dengan wajah memelas mengatakan seluruh isi hatimu.

"Aku sudah beristri, dan kau tahu itu!"

Ia menggeleng tanda tidak peduli dengan apa yang aku katakan, aku kelimpungan mendapati situasi seperti itu, kuhempaskan asap rokok setinggi mungkin, kuhirup lagi asap rokok yang ada di sela-sela jemariku. Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana, ingin rasanya aku berlari sejauh mungkin saat itu, namun ia pun tengah berada dalam kondisi jiwa yang rapuh.

"Kita jalani saja seperti ini, Mas. Aku tidak akan menuntut lebih, aku tahu kau sayang sekali sama istrimu."

Apa aku harus berteriak menyalahkan ketololanku ini, jika pertemuan demi pertemuan, kenyamanan demi kenyamanan yang aku berikan kepadanya, pastilah akan melahirkan perasaan seperti apa yang sebenarnya tidak aku inginkan.

"Baiklah, aku terima. Dengan catatan, kau tetap mencari pengganti Dion mantan suamimu."

"Aku setuju, Mas."

"Ingat, jangan pernah berharap lebih dari aku, sebab aku tidak mungkin pergi meninggalkan orang yang aku cintai demi kamu."

Kau mengangguk, lalu menatapku dengan senyuman yang akhirnya aku tahu maknanya, jika kau sebenarnya sudah lama menyimpan perasaan itu terhadapku, hanya saja kau masih mampu menahan untuk tidak mengatakannya kepadaku. Namun sekarang semuanya sudah sangat jelas, dan aku pun akhirnya mengerti.

Kita akhirnya mengikrarkan diri menjadi sepasang kekasih, pada malam yang begitu larut, lewat pecahan tawa-tawa kecil yang keluar dari ponsel, hingga waktu ke waktu dan akhirnya kita pun menggila. Sebab aku semakin larut masuk ke dalam hubungan yang tak seharusnya terjadi, meski tidak berbuat yang tak senonoh karena kita sepakat untuk saling menjaga itu, namun perhatianku kepadanya mengalahkan perhatianku terhadap istri yang setiap hari berada di dekatku, suami macam apa aku ini!

Aku tersentak saat kau menginginkan untuk hidup bersama, menginginkan adanya pernikahan, sebab katamu aku begitu berarti untukmu.

"Tidak! Aku katakan tidak!"

Percakapan yang cukup memanas via ponsel seperti biasanya, pada malam - malam yang sepi dan lengang tanpa ada siapa pun, hanya ada percakapan antara aku dan dia, hingga tak jarang telinga terasa panas akibat terlalu lama menempelkan ponsel di telinga.

"Aku tidak bisa lepas darimu, Mas!"

"Ini diluar kuasaku! Aku tidak tahu harus ngapain?!"

"Kita menikah, Mas!"

"Tidak, aku tidak mau, meski aku mencintaimu, namun rasanya tidak mungkin aku meninggalkan istriku!"

Perdebatan demi perdebatan pun akhirnya menjadi warna yang kelam pada setiap malam - malamku, aku menjadi dihantui ketakutan demi ketakutan jika tiba-tiba istriku tahu, ah aku benar-benar stres dibuatnya!

"Kita selesaikan saja, aku memutuskan untuk melupakanmu!"

Dia menangis sesenggukan, suaranya sangat begitu jelas terdengar melalui ponsel yang tengah kubiarkan tergeletak di atas meja dengan posisi masih menyala, hingga tangismu usai dan ponsel itu mati dengan sendirinya.

Sekian lama aku masih merawat luka yang telah kau sebabkan, meski berat namun ini harus terjadi, aku tidak ingin membiarkan cintamu terus tumbuh dan rimbun di hatiku, aku tak mau kau menutup seluruh rasa cintaku kepada istri yang sudah kumiliki, aku ingin tetap mencintaimu, namun bukan untuk memiliki, dan aku selalu berharap agar kau cepat menemukan seseorang yang begitu menyangimu, dan tentunya itu bukan aku.


NB: ini hanya cerita fiktif belaka, dan jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat, ini benar-benar tidak disengaja.



Tegal 29/05/18

Tamu Prosa Blog Dbanik

Judul : Masih Sanggupkah Kau Bertahan? Karya : Dian Ahmad  Tatap mata yang kian meredup, menampakan duka yang sepertinya menoreh telalu dala...