Flash Fiction - Ulang Tahun Nia

iklan

Flash Fiction - Ulang Tahun Nia


Flash Fiction - Ulang Tahun Nia



Ulang Tahun Nia


Jam sudah menunjukkan pukul enam sore, lelaki itu terlihat gelisah, sepertinya ada yang membuatnya terburu-buru. Sudah berapa kali saja ponselnya berdering, ada panggilan masuk, maupun pesan singkat.

Sengaja lelaki itu tak membalas atau mengangkat panggil tersebut, bukankah ini juga sedang perjalanan menuju ke rumah, dan ia tak mau membuang waktu, yang dipikirkan adalah, bagaimana caranya agar cepat sampai di rumah.

"Ah, semoga ini keburu! Aku tak ingin mengecewakan anakku, seperti tahun kemarin. Gara-gara sibuk kerja, tahun lalu aku tak bisa hadir di tengah kebahagiaan Nia, di hari ulang tahunnya." Gumam lelaki berusia sekitar limapuluh tahunan tersebut.

Langit mulai terlihat remang, rupanya pergantian hari tengah berlangsung. Jalanan juga terlihat sepi. Ini jalan yang tak biasa dilewati, sebab, lelaki itu sengaja memilih jalan tersebut, selain sepi, jelas tidak akan terkena macet.

Ciiit ...!

Lelaki itu menghentikan mobilnya. Di depan ada seorang perempuan setengah baya sedang berdiri, dengan melambaikan tangan, tanda jika wanita tersebut butuh tumpangan.

"Maaf, bolehkah saya menumpang sampai ke depan sana?" ujar perempuan itu sambil menunjuk ke arah yang dimaksud.

"Baiklah, Bu. Silakan! Bukankah, kita searah."

Tidak beberapa lama kemudian, mobil kembali melaju. Lelaki itu agak lega, karena ada teman bicara, setidaknya ia tidak kesepian di perjalanan tersebut.

"Maaf, ibu dari mana dan mau kemana?" lelaki itu coba membuka percakapan.

"Saya, dari rumah saudara, dan ini akan pulang ke rumah." jawab perempuan itu tanpa ekspresi.

Sepertinya lelaki itu tengah berpikir keras. Sebab, di tempat perempuan tadi menghentikan mobilnya, tak ada satupun perkampungan.

"Ah, maaf. Apa, di sekitar tempat ibu tadi naik, apa ada perkampungan?" lelaki itu coba untuk meyakinkan perasaannya sendiri.

"Tidak ada." Jawab perempuan itu dingin.

"Terus .... Ibu, kenapa bisa ada di tempat tadi?"

"Siapa sih yang berani membuat rumah di sekitar jalan ini?"

Pertanyaan Ibu tadi terdengar aneh di telinga lelaki itu, sebentar saja ia coba untuk melirik ke arah perempuan yang ada di sampingnya, wajahnya tampak tidak menyeramkan. Ia coba untuk membuang prasangka buruk, jika perempuan yang di sampingnya adalah makhluk astral.

"Maksud perkataan ibu tadi apa, ya?" lelaki itu coba untuk mengorek keterangan.

"Apa, kamu tak mendengar desas-desus tentang jalanan ini?"

"Maaf, saya baru lewat di jalan ini, karena memang sengaja, demi memburu waktu, dan tentunya tidak kena macet."

"Pantas."

Perempuan itu berbicara tanpa ada ekspresi. Menakutkan? Iya!

"Bisa sedikit saja diceritakan, Bu." Pinta lelaki itu.

"Banyak korban jiwa di jalan ini, dengan mengalami kecelakaan tunggal." Ujarnya.


cerita-pendek-kisah-cinta.


Lelaki itu menyadari, jika kecelakaan tunggal bisa saja terjadi, karena jalan ini terlihat mulus, di samping jalan juga banyak pohon-pohon besar, jadi ada kemungkinan, pengendara akan tancap gas, tersebab kondisi lengang, dan itu yang mungkin membuat mobil lepas kendali, karena sopir ngantuk, lalu mobilnya menabrak salah satu pohon besar yang ada di sepanjang jalan ini.

"Kira-kira, apa penyebabnya, Bu?" kurang puas dengan analisanya sendiri, lelaki itu pun coba untuk mencari tahu jawabannya.

"Menurut cerita orang, sih. Katanya, setelah pengendara mobil itu, menerima tawaran perempuan setengah baya, untuk ikut menumpang mobilnya."

Di rumah, tepat pukul sepuluh malam, acara ulang tahun salah seorang gadis yang tengah menginjak remaja sudah selesai.

"Ayah tak menepati janji lagi, aku benci ayah, Ma!"

"Entahlah, Nak. Tadi ponselnya bisa dihubungi. Tapi sekarang tidak."

                        Tamat


28-03-2019 ☕👈 DBaniK

No comments:

Post a Comment

Tamu Prosa Blog Dbanik

Judul : Masih Sanggupkah Kau Bertahan? Karya : Dian Ahmad  Tatap mata yang kian meredup, menampakan duka yang sepertinya menoreh telalu dala...