Kisah Si Mbah Dan Bejo (13)

iklan

Kisah Si Mbah Dan Bejo (13)

Kisah Si Mbah Dan Bejo (13)

Si Mbah Ke Rumah Bejo


Sore itu Mbah datang berkunjung ke rumah, Bejo. Ada hal yang membuatnya heran, saat Sumi istri Bejo memanggil cucu kesayangannya.

"Aku heran sama koe, Jo!"

"Heran gimana to, Mbah?"

Sebelum meneruskan pertanyaannya, Mbah coba untuk meneguk secangkir kopi yang sudah disiapkan oleh Bejo, cucu yang paling dicintai.

Eh, kenapa tidak cucu yang lainnya ya? Padahal Mbah kan memiliki banyak cucu? Sudahlah, lupakan!

"Heran gimana, Mbah?"

"Sik to, Jo! Biar kopinya masuk dulu ke dalam perut to, ya!"

"Sendiko, Mbah!"

Si Mbah sudah meneguk setengah isi dari cangkir kopi di hadapannya, kemudian nyomot satu singkong goreng, yang masih panas tersebut.

"Ayo, Mbah! Cepet to. Aku sudah ndak sabar, untuk mendengarkan apa yang tadi mau disampaikan."

"Ngene, Jo. Mbah itu bingung. Kenapa tadi istrimu ko manggil koe dengan sebutan, peyang?"

"Oh, nganu, Mbah. Itu sudah biasa."

"Mangsudmu biasa bagaimana? Lah wong suami istri itu ya harus saling menghargai, meskipun itu hanya sebuah panggilan."

Cleguk!

Habis deh kopi di cangkir Mbah. Sepertinya dia haus sekali, padahal sih gak habis nyangkul.

"Eta terangkan, Jo!"

Duh, Bejo terlihat kebingungan. Dia gak mau menjawab, tapi takut, kalau jawab juga takut. Bagai telur di ujung tanduk dong Jo? Kasihan!

"Kalau ndak mau jawab ya ndak apa-apa, tapi koe ngerti resikonya loh, ya?!"

"Iya, Mbah. Bejo jawab!"

"Opo?"

"Ngene, Mbah! Sumi itu kebiasaan, kalau tanggal tua, terus kehabisan uang, ya begitu. Manggilnya peyang!"

"Terus?"

"Ya nanti, tunggu kalau aku kasih uang belanja lagi, baru dia panggil sayang."

"Weladalah! Istri macam apa itu, Jo?!"

"Ya, macam Sumi, Mbah!"

"Mbelgedes! Ini ndak bisa kamu biarkan begitu saja, Jo! Kamu sebagai kepala keluarga, harus memiliki harga diri to, ya!"

"Iya, Mbah!"

"Mau tanggal muda, mau tanggal tua! Mau ada apa ndak ada uang, ya harus tetap sayang sama koe!"

"Iya, Mbah!"

"Kalau mbesok-mbesok masih dengar istrimu seperti itu, koe yang aku hajar, Jo. Sebab, koe ndak bisa ndidik istrimu!"

Si Mbah pun pamit pulang. Di dalam, istri terlihat ketakutan. Lha wong mereka itu, kalau lagi kesulitan, ya Mbah yang nolong. Makanya mereka sangat segan sama Mbah. Tapi, apa karena itu, mereka jadi segan? Seharusnya ya ndak! Sebab, yang namanya orang tua, ya harus di hormati.

Selepas Mbah pergi, Bejo manggut-manggut, entah paham, entah tidak!




Baca juga: kumpulan-cerita-humor.

060319 DBaniK

No comments:

Post a Comment

Tamu Prosa Blog Dbanik

Judul : Masih Sanggupkah Kau Bertahan? Karya : Dian Ahmad  Tatap mata yang kian meredup, menampakan duka yang sepertinya menoreh telalu dala...