rujakangkung

iklan

Cerita Pendek dan Singkat.

Baca juga: kumpulan puisi



Cerita Pendek dan Singkat.


Bang Toyib Akhirnya Pulang Kampung.


Bang Toyib sudah tiga kali lebaran tidak pulang - pulang, hal itu pun sudah banyak diketahui orang, apalagi keluarga mereka tinggal di desa, maka berita ketidak pulangannya pun sudah menyebar ke seluruh penjuru kampung bahkan ke kampung sebelah juga.

Bang Toyib itu apa tidak kangen sama keluarga di rumah ya, dia kan juga sudah punya bini sama anak juga, namun kenapa sampai tega banget hingga harapan - harapan anak dan istrinya tidak terkabul hingga tiga kali lebaran. Apalagi Emaknya yang sudah tua, pasti rindu sekali sama anaknya itu.

Bapaknya Bang Toyib sih memang sudah lama meninggal dunia, malah waktu itu dia belum menikah, masih bujang. Bang Toyib masih ingat betul bagaimana Bapak menahan sakitnya, hingga pada suatu hari Bapaknya menghembuskan napas terakhirnya.

Toyib memang tergolong pemalas, ia tidak seperti teman - temannya yang mau bekerja apa saja demi mencukupi kebutuhannya sendiri, namun Bang Toyib lebih suka mancing, sebab hobinya memang mancing seperti Almarhum Bapaknya, namun Bapaknya rajin bekerja tidak seperti Bang Toyib.

Waktu menikah saja Emak harus menjual satu - satunya sepetak sawah peninggalan Bapaknya, sebab memang tidak ada uang untuk merayakan pernikahannya, akhirnya mereka jadi tidak punya apa-apa lagi untuk diandalkan.

Seminggu setelah menikah Bang Toyib ingin ikut merantau bersama teman sekampung yang katanya sudah sukses di Ibu Kota. Ia tinggalkan istri dan Emaknya, demi mencari sesuap nasi. Walaupun tidak tega, namun ia harus tetap berangkat, sebab ia tidak mau terus - terusan menjadi pemalas, ternyata ia kasihan juga sama keluarganya.

Setahun, duatahun hingga tiga tahun ia tak kunjung pulang kampung, betapa sedihnya keluarga di rumah, apalagi anaknya, sampai tidak tahu kemana Bapaknya, kan waktu dia pergi istrinya belum mengandung, namun ternyata tiga bulan kemudian istrinya mengandung, hasil buah cintanya bersama Bang Toyib, namun ia tidak tahu itu.

Jangankan berkirim kabar, keberadaannya saja entah kemana, teman sekampung yang dulu ia ikuti saja tidak tahu, sebab ternyata mereka tidak bersama setelah berada di Ibu Kota. Duh, kemana tuh Bang Toyib?

Ini sudah tiba lagi bulan Suci Ramadhan, Emak, istri dan anaknya sudah tidak berharap lagi akan kedatangannya, mereka takut kecewa seperti tahun - tahun sebelumnya, jadi mendingan tidak berharap lagi kepulangan Bang Toyib.

Puasa berjalan seperti biasanya, Emak juga seperti tahun - tahun lalu, mengajak menantunya untuk berjualan takjil, lumayan juga bisa buat beli baju untuk cucunya yang kebetulan mirip sekali sama Toyib anaknya, makanya Emak begitu menyayangi cucu satu - satunya itu.

Pertengahan puasa sudah dilalui oleh mereka, uang hasil dagangan pun lumayan sudah terkumpul, ya memang takjil buatan Emak memang sudah terkenal enak, makanya dagangannya selalu habis diburu pembeli.

"Laba kita sudah banyak sekali, untuk beli baju sih sudah lebih - lebih, untuk bayar zakat kita pun sudah kehitung!"

Ujar Emak malam itu sepulangnya dari salat tarawih, uangnya ia jejer di atas meja.

"Kamu mau baju juga?"

Ucap Emak kepada menantunya, yang sedari tadi terlihat diam.

"Engak, Mak. Saya ingin mencari Abang selepas lebaran ini."

Tatap mata menantunya begitu kosong, biar bagaimana pun juga, ia tetap ingin mencari kepastian tentang suaminya, apalagi ia sudah punya anak, ia ingin suaminya tahu.

"Sabar dulu, ya. Kita tunggu orang yang mudik dari Jakarta, siapa tahu ada kabar tentang Toyib!"

Emak meyakinkan menantunya, agar hatinya menjadi tenang.


Hari terus berjalan, hingga lebaran pun tinggal menunggu hari saja, Emak seperti biasa berangkat tarawih bersama menantu dan cucunya. Sepulang dari tarawih mereka kaget, ada mobil bagus yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.

"Itu mobil siapa ya? Apa tetangga kita ada yang sudah pulang kampung?"

Gumam Emak kepada menantunya yang juga memerhatikan mobil tersebut.

"Emak ...! Istriku ...!"

Seseorang keluar dari dalam mobil itu dan ternyata itu Toyib! Toyib yang sudah tiga kali lebaran tidak pulang. Akhirnya mereka larut dalam haru, hingga tangisan pun pecah malam itu.

Toyib pun bercerita tentang dirinya kenapa tidak pulang, ternyata Toyib bekerja sangat keras sekali, sehingga ia bisa sukses di Ibu Kota, dan kehidupannya berubah drastis hingga berlimpah harta.

"Emak, saya ingin membeli sawah untuk menggantikan sawah Bapak yang dulu di jual untuk membiayai pernikahanku!"

Emak semakin terharu, ternyata apa yang disangka tidak benar, ternyata Toyib memiliki tanggung jawab yang sangat luar biasa kepada keluarganya.

"Ini siapa?"

Toyib menatap bocah kecil yang digendong istrinya.

"Oh iya, Bang! Ini anak kita!"

Toyib memeluk bocah kecil yang memang mirip dengan dirinya, airmatanya kembali tumpah, ea peluk erat - erat anaknya hingga anaknya pun terbangun dari tidurnya.

Bang Toyib akhirnya pulang di lebaran ke empat, kembali kepelukan keluarga yang telah lama ia tinggalkan.


NB: ini hanya cerita fiktif belaka, dan jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat, ini benar-benar tidak disengaja.


14/01 /2019 

Kumpulan Belajar Menulis Prosais.

Kumpulan Belajar Menulis Prosais.


Kepada Puan



Kepada puan yang pernah memanggilku sayang, apa kabarmu?

Sudah birukah langit yang memayungi kelam hatimu? Menebarkan kembali gemintang, memancarkan lagi cahaya rembulan?

Katamu jelaga adalah langitmu, sejak aku berlalu meninggalkan semuanya tentangmu, melenyapkan jejak - jejak kita yang pernah ada, dan menyisakan isak yang paling miris di sepanjang kisah yang pernah ada.

Airmata menggenang adalah akhir semua, dari perjalanan yang pernah aku dan kamu susuri bersama, menyoretkan cerita pada lembar - lembar hari yang seharusnya putih, jika pertemuan itu tak pernah ada.

Kita pernah mimpi bersama, melawan kerasnya mahligai, melintas waktu yang akan datang silih berganti. Langit jiwa kita pun riuh atas asa - asa yang datang susul menyusul, dan kita tak peduli itu.

Sudahlah, aku tidak akan memungut kembali semua itu, aku membiarkan semua lenyap pada waktu yang belum menemui klimaknya, sebab kita memang tidak harus bersama, seperti apa kata hati aku dan kamu.




Juli - 07 - 18




Kumpulan Belajar Menulis Prosais. 

AIRMATA PUAN 



Ada gemericik air pada teduh matamu, mengalir melalui rasa yang kutumpahkan, hingga puan hanya mengenal bahagia, bukan kepedihan.

Gelisah itu sudah berlalu, tak lagi memayungi kalutnya jiwa, merepihlah ia sebelum bertahta, dan layu di tengah ladang jiwa yang tersirami doa - doa suci.

Airmata puan hanya untuk bahagia, bukan kepedihan. Di hati hamba tempatmu bersarang, menenggelamkan sejatinya rasa yang tak mungkin terbantahkan, jika puan "sebelah jiwaku"

Di rebah dadaku tangis puan telah jatuh, menembus ke dalam qalbu, bercerita tentang laut jiwa dengan semburat ranum jingga, kecipak camar bermain ombak kecil, menyiratkan tenangnya apa yang kaurasa.

Pemecah sunyi itu telah jauh berlayar, menyusuri geliat riak untuk pulang, mencari bahtera suwung, sebagai labuhan. Hingga jaman tak mengirim ia pulang.

Mari kita rayakan suka cita, puan. Menciptakan kembali cerita bahagia, yang dulu pernah bersimbah prahara, hingga camar - camar nyaris tak lagi bernyanyi di atas laut yang tengah kita arungi bersama.




28 / 07 / 2018




Kumpulan Belajar Menulis Prosais.

Sebelati Itukah Puisiku?



Puan, tahukah engkau? Jika aku hanya memainkan kata-kata, merangkainya sedemikian indah, lalu engkau membacanya sebagai nyata.

Aku hanya bermain kata, lalu kenapa engkau bermain rasa?

Salahku apa, jika sekarang kau terluka karenanya?

Uajrmu penaku bak belati, yang siap merobek setiap tarikan napasmu, saat diksinya mulai kaubaca, dari bait ke bait.

Puan, maafkan aku.




05/08/2018




Kumpulan Belajar Menulis Prosais.


Kupuisikan Engkau.



Entah kenapa malam ini aku ingin sekali berpuisi, memuisikan apa saja tentang kamu, kamu yang pernah singgah di hati, sebagai kekasih.

Semua memang sudah tidak seindah dulu, karena jalan kita pun sudah tak sama lagi, namun kerinduan akan kamu seringkali mengganggu di saat aku tengah sendiri memeluk sepi, seperti malam ini.

Aku pernah memanggil kamu "kekasih" dan itu teramat dalam dari hati yang paling dalam, sebab aku tidak pernah main - main kalau soal rasa, karena aku tahu rasanya patah hati, yang telah berkali-kali pernah menghantamku.

Kita memang akhirnya memilih untuk saling melupakan, karena sesuatu hal, bukan lantaran aku atau kamu saling menyakiti, namun hanya soal waktu saja yang tidak tepat atas pertemuan kita.

Jujur, hingga saat ini aku masih tidak mengerti, atas takdir yang membuat kita sampai begini? Kita bagai melukis cinta di atas air, namun sejenak hilang terbawa riak yang disebabkan gerak angin.

Aku entah, dan kamu juga entah soal rasa, kita sama-sama tidak tahu kenapa semuanya terjadi begitu saja, tanpa kita sadari semua sudah terlalu larut dan menyebar di segala penjuru hati, hingga seakan kita lupa akan apa yang ada di belakang kita.

Malam ini aku teramat rindu sapa di antara kita, di saat hening mulai hadir menyergap, lalu kita bercengkerama di kisi - kisi waktu yang ada, meski tanpa sentuh, namun kita seakan berada pada satu dimensi ruang dan waktu.

Kekasih, yang dulu pernah singgah, malam ini aku merindumu, aku tidak tahu mesti senang atau sedih, sebab itu sudah tidak penting lagi, sebab rindu ini hanya akan berlalu begitu saja, dan tak akan pernah ada jamah dari kamu.

Aku sudah melarung semua kisah yang pernah aku dan kamu ciptakan bersama, dan aku pun sebenarnya ingin sekali melupakan apa saja yang pernah terjadi, hingga rasa ini sama persis ketika aku belum mengenalmu.

Semoga kelak tidak akan pernah ada cerita seperti ini lagi, aku sudah begitu lelah. Aku telah jatuh ke dalam lautan fantasti yang cuma menghasilkan euporia sesaat saja, dan itu sungguh membuatku semakin sadar, jika aku tidak akan pernah lagi untuk mengulangi kisah yang sama.

Cukup denganmu saja aku begini, tidak dengan siapa pun juga kelak, itu yang selalu aku pinta, sebab apa - apa yang pernah kita ciptakan bersama, kini menjadi luka yang begitu membekas dalam hidupku, hingga butuh waktu lama untuk mengembalikannya seperti sedia kala.

Selamat malam buat kamu yang pernah aku panggil kekasih, aku hanya ingin kamu tidak terluka seperti aku, sebab kau butuh lelaki selain aku, dan jalanmu masih terlampau panjang, teruskan melangkah dan jangan berhenti di aku. Pergilah...

Baca juga: Belajar menulis prosais




 19/06/18

RUJAK TEPLAK KULINER TEGAL ASLI

Namanya rujak teplak Memiliki bahan-bahan yang jelas banyak sekali mengandung unsur serat dan tentunya juga menyehatkan, karena tidak ...