iklan
(Flash Fiction Contoh) Gea, Apa Yang Kau Rasa?
(Flash Fiction Contoh) Gea, Apa Yang Kau Rasa?
Wanita cantik itu ternyata Gea namanya, berperawakan sedang, berkulit kuning langsat dan bermata indah. Pribadinya begitu menyenangkan, mudah bergaul dan tidak memandang siapa mereka.
Gadis berusia sekitar 20 tahunan itu pindahan dari Ibu Kota. Namun dia cukup cepat beradaptasi dengan lingkungan, kebetulan juga di daerah itu banyak kaum remaja, jadi mereka cepat larut dan berbaur.
Ayah Gea katanya pernah bekerja di perusahaan swasta, dan Beliau juga katanya pernah menjabat sebagai kepala di sana. Itu sih menurut desas-desus yang santer di kampung tempat Gea tinggal sekarang. Mamanya dia bilang sudah lama meninggal dunia dunia, sejak Gea masih duduk di bangku SMP.
Gea katanya anak tunggal, makanya dia kesepian di rumah, dan memilih berbaur dengan teman - teman barunya. Anaknya begitu periang dan berbicara pun apa adanya.
"Gea, kamu kenapa belum punya pacar? Kan kamu cantik."
"Aku belum memikirkan hal itu, Ayah bilang aku harus bekerja terlebih dahulu."
"Kan ayah kamu kaya, kenapa kamu mesti susah payah mencari pekerjaan?"
"Ayah ingin aku tahu rasanya memeras keringat katanya."
"Oh, begitu ya?"
"Iya. Memang begitu kata Ayah."
Anak itu terlihat polos, walau dia pindahan dari Ibu Kota, namun cara bicara dan bergaul pun tidak menunjukkan jika dia anak kota. Dia rendah hati, oleh karena itu baru seminggu saja pindah, sudah banyak mendapat teman.
"Oh, iya. Kamu kenapa tidak pernah keluar kalau siang hari? Bukankah lebih panjang waktu untuk bermain dan mengobrolnya."
"Maaf, kalau siang aku sibuk sekali. Banyak pekerjaan yang harus aku lakukan."
"Apa harus setiap hari?"
"Iya. Maaf, aku harus pulang sekarang juga, nanti Ayah mencariku."
Lelaki bernama Doni ini yang sering bertemu dengan Gea, sepertinya Doni mulai menaruh hati kepada gadis baru itu. Namun dia belum berani untuk mengungkapkan, mungkin saja menunggu waktu yang pas.
Sudah berhari-hari Gea tidak keluar rumah, Doni gelisah. Namanya juga juga sedang dilanda asmara, jadi wajar jika Doni ingin selalu bersama dengan sang pujaan hati.
"Duh, kenapa tidak pernah kepikiran minta nomor ponselnya ya!"
Gerutu Doni, lelaki itu baru menyadari kenapa selama ini ia malah asik mengobrol, sampai - sampai lupa bertukar nomor.
"Aku harus kerumah Gea. Sebab siapa tahu dia sedang sakit."
Doni pun membeli buah - buahan, rasanya kurang pantas jika baru berkunjung ke rumah calon mertua tanpa buah tangan, pikirnya. Setelah membeli buah, Doni pun meluncur ke rumah Gea malam itu juga.
Rumah Gea nampak sepi, namun dari arah dalam terdengar alunan musik instrumen klasik, nada-nadanya terdengar begitu menyayat sekali. Doni merasa merinding mendengar musik itu, apalagi Doni sudah terbiasa mendengar lagu dangdut.
Setelah mengetuk pintu, keluarlah seorang Bapak yang sudah terlihat rapuh, ia berjalan seperti diseret kakinya, mungkin saja dulu pernah terserang darah tinggi.
"Kamu nyari Gea?"
Bapak itu langsung to the poin, Doni clingak-clinguk. Ia bingung kenapa bapak di depannya bisa langsung tahu dan tanpa basa-basi.
"Gea! Mau sampai kapan kau seperti ini, Nak?!"
Bapak itu berbicara rada keras, Doni pun terperanjat. Ia takut jika ternyata hubungan mereka tidak disetujui, ia khawatir jika Gea tidak keluar karena ulahnya.
"Maaf, Pak. Saya hanya berteman saja sama Gea."
Doni segera menyanggah, ia tak ingin lebih memperparah keadaan Gea.
"Ketahuilah, Nak! Bapak itu tinggal sendirian di sini, Gea memang anak bapak. Namun ia telah meninggal kecelakaan bersama Mamanya."
Bapak itu menangis sesenggukkan, Doni pun terdiam seribu bahasa.
05/12/2018
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Tamu Prosa Blog Dbanik
Judul : Masih Sanggupkah Kau Bertahan? Karya : Dian Ahmad Tatap mata yang kian meredup, menampakan duka yang sepertinya menoreh telalu dala...
-
Resep Tahini Brownies Halo sobat blogger semua, kita jumpa lagi di kesempatan ini ya, dan kali ini saya akan memberikan resep tahini ...
-
Resep Membuat Glotak Makanan Khas Tegal Kali ini saya akan membagi resep glotak, makanan khas Tegal yang tentunya sangat lezat dan ni...
-
Kumpulan Flash Fiction Contoh. Di Ruang Tunggu. Aku terdiam meskipun duduk bersebelahan dengan Ayah. Bukan karena aku tak sayang,...
No comments:
Post a Comment