Aroma Rindu
Tak jemu aku memandangmu; sekuntum rindu. Yang kerap bermekaran di waktu yang tak menentu.
Aromamu tercium dari tepian senja, hingga penghujung pagi. Meskipun kuncupnya nyaris layu dan mati.
Di kisi jiwa...
Di antara jelaga rasa...
Kau diam bermukim.
29/01/2019 DBaniK
Baca juga: Kumpulan menulis prosais
Hujan
Masih seperti sedia kala
Saat hujan terjamah netra
Dari balik kaca jendela
Ada bulir-bulir luka
Yang ikut terjatuh bersama airmata
Seperti inikah menahan rindu, Puan?
Terasa sakit bersama jatuhnya rinai hujan
Semakin deras, kian terbelenggu lamunan
Hingga aku tak lagi mampu untuk bertahan
Sampai kapan ini akan menjadi perih?
Sedangkan engkau masih berdalih
Tentang rindu yang mampu kau sapih
Hingga temu masih tersisih
Hujan...
Berhentilah!
Tangis ini telah lama pecah!
Terburai di antara resah
Tersudut pada sisi yang paling pedih
Aku rindu.
DBaniK
Tegal 29/01/2019
Januari
Januari telah menua, Puan. Engkau masih saja asik di tempatmu berada. Apa kau tengah memahat jarak?
Mungkin sekarang kau takkan kembali, menemuiku. Di tempat biasa kita mengasuh rindu. Di bawah lembayung langit sore.
Tapi lain kali...
Aku datang!
Bawakan kau sepenggal kisah
Kisah yang telah lama tertulis
Pada setiap jarak yang kita tempuh
Tunggulah
DBaniK 29/01 /2019