iklan
Cerita Pendek (Tumini)
Judul: Tumini
Namanya Tumini, gadis polos dengan rambut bergelombang laksana buih di lautan. Berpenampilan biasa saja, karena ia tidak terlahir cantik seperti sepupunya, Marpuah.
Tumini namanya, bukan tumhiho. Seperti orang-orang sekampung meledeknya, sejak lagu India tersebut sempat booming di tanah air. Namun gadis itu tidak merasa risih, sebab ia memang bukan tipe orang yang gampang marah saat menjadi bahan bullyan.
Baca juga: cerita pendek misteri
Akhir-akhir ini gadis itu tengah rajin menabung, bukan lantaran sedang demam pepatah jika menabung sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, namun Tumini sedang memiliki misi lain. Tak ada yang tahu apa misinya, sebab itu sudah menjadi rahasia yang sangat rapi tersimpan dalam benaknya.
"Hari ini kamu pulang sore lagi, Nduk?"
"Iya, Mbok."
Tumini harus pulang sore, karena sengaja menambah barang bawaannya, yaitu dagangan yang diambil dari orang lain, kemudian ia menjual kembali di pasar yang jaraknya lumayan jauh dari rumahnya.
"Kowe akhir-akhir ini seperti sedang mengumpulkan uang, Nduk?"
"Iya, Mbok. Tum memang sedang giat menabung."
"Memangnya ada apa? Kok ndak seperti biasanya?"
"Tum ingin banyak uang, Mbok."
Hari berganti, bulan pun berganti. Tidak terasa uang yang dikumpulkan Tumini sudah terlihat banyak. Gadis itu bahagia, ternyata selama ini ia mampu mengumpulkan uang sejumlah 4 juta rupiah, dari hasil kerja kerasnya selama ini.
"Ini sudah lebih dari cukup!"
Tumini menggumam pelan, sambil menggenggam erat uang yang baru saja dihitungnya. Wajahnya tampak semringah, senyumannya pun masih mengembang dan belum jua kuncup.
"Mbok, besok Tumini mau ke kota."
"Mau apa kamu ke kota, Nduk?"
"Tum ingin membeli kebahagiaan, Mbok."
"Maksudnya apa, Nduk?"
"Nanti Mbok juga tahu kok."
Dua jam pun berlalu, akhirnya Tumini sampai juga di rumah. Wajahnya semakin tampak semringah, kotak kecil dalam tas plastik dengan logo toko berada dalam genggamannya.
"Ini, Mbok! Kebahagiaan yang Tum maksud."
Tumini menyodorkan tas plastik yang sedari tadi dipegangnya. Si Mbok pun segera mengambil dan membukanya, karena ia juga penasaran sekali dengan apa yang dimaksud kebahagiaan buat anaknya.
"Oalah...! Ini kan ponsel, Nduk?! Terus apa istimewanya, sehingga benda ini menjadi sebanding dengan kebahagiaan yang kamu impikan?"
"Iya, Mbok. Karena dengan ponsel mahal ini, Tum bisa tampil lebih cantik saat kirim gambar di medsos."
"Maksudnya?"
"Mbok, ponsel mahal itu memiliki banyak fitur untuk edit fotonya, jadi wajah Tum bisa terlihat lebih cantik saat mejeng di medsos."
"Oalah, Nduk! Itu namanya maksa! Dan Mbok juga ndak setuju sama jalan pikiranmu."
"Tapi, Mbok! Tum juga kepengen kelihatan cantik di mata kang Paidi, seorang yang lagi deket sama Tum."
"Nduk, apa itu ndak menyakitkan buat Paidi kelak? Saat kalian bertemu di dunia yang sesungguhnya?"
Tumini terdiam.
"Si Mbok benar."
Gadis itu terlihat tertegun, matanya menatap dalam ponsel mahal yang baru saja dibelinya dan masih utuh dalam dusnya.
"Tum kembalikan saja, Mbok. Kebahagiaan Tum adalah memiliki Ibu yang sangat menyayangi Tum."
Tumini memeluk Si Mbok, orangtua yang hanya tinggal satu-satunya, Ayah Tumini sudah lama meninggal, saat Tumini masih berumur lima tahun.
NB: ini hanya cerita fiktif belaka, dan jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat, ini benar-benar tidak disengaja.
28/01/2019 DBaniK
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Tamu Prosa Blog Dbanik
Judul : Masih Sanggupkah Kau Bertahan? Karya : Dian Ahmad Tatap mata yang kian meredup, menampakan duka yang sepertinya menoreh telalu dala...
-
Resep Tahini Brownies Halo sobat blogger semua, kita jumpa lagi di kesempatan ini ya, dan kali ini saya akan memberikan resep tahini ...
-
Resep Membuat Glotak Makanan Khas Tegal Kali ini saya akan membagi resep glotak, makanan khas Tegal yang tentunya sangat lezat dan ni...
-
Kumpulan Flash Fiction Contoh. Di Ruang Tunggu. Aku terdiam meskipun duduk bersebelahan dengan Ayah. Bukan karena aku tak sayang,...
No comments:
Post a Comment