Cerita Pendek (Semua Sudah Selesai)

iklan

Cerita Pendek (Semua Sudah Selesai)


Cerita Pendek (Semua Sudah Selesai)

Judul : Semua Sudah Selesai.


Lagu Selamat Ulang Tahun kini menjadi lagu yang teramat menyakitkan buat Wulan, pasalnya lagu itu mengingatkan kematian Dion pacarnya setahun yang lalu. Pacar yang hampir menikahinya, sebab mereka sudah sama-sama mencintai dan kedua belah pihak orangtua juga sudah siap secara lahir dan batin, tinggal menunggu waktu saja.

"Oh ya, Lan. Dua hari lagi kan hari jadinya ... ,"

Windi tak melanjutkan pertanyaannya. Ia takut apa yang ditanyakan malah akan mengingatkan kematian pacar dari sahabatnya tersebut.


"Kenapa, Win? Sudahlah, aku tahu maksudmu kok!" timpal Wulan dingin.

Wulan memang menjadi pendiam sejak kematian Dion kekasihnya, rasa kehilangan masih saja ia rasakan sampai saat ini, mungkin saja karena ia begitu mencintai lelaki yang bernama Dion tersebut.

"Maaf, Lan. Bukan itu maksudku, maaf yah!"

Windi merasa tidak enak sekali kepada teman baiknya, ia berkali-kali meminta maaf kepada Wulan, atas kealfaanya mengingatkan Dion.

Dua hari menjelang hari lahirnya Dion kekasihnya itu memang terasa menyakitkan, karena tepat di hari itu Dion ditemukan tewas terbunuh di cafe tempat yang seharusnya menjadi hari ulang tahun yang spesial kala itu. Wulan masih teringat dengan jelas detik-detik kematian Dion kekasihnya.

"Hmm, aku tak akan membiarkan ini berlanjut, semua harus kuakhiri!" gumamnya lirih.

Malam itu tepat malam ulang tahun Dion, dan malam itu juga Wulan sudah berada di cafe tempat ia dan Dion terakhir bertemu, Wulan duduk tenang di meja yang sama seperti setahun yang lalu. Entah apa yang sedang ia lakukan, apakah hanya untuk mengenang kepergian kekasihnya? Itu hanya Wulan yang tahu.

"Maaf, Lan. Sudah lama menunggu yah?" suara lelaki di belakangnya membuat Wulan tersentak memecahkan lamunannya.

"Ah, nggak kok, Mas. Silakan duduk!" pinta Wulan.

"Sudah pesan sesuatu?" tanya lelaki berbadan ceking di depan Wulan.

Wulan duduk tenang, ia menikmati malam itu dengan perasaan yang berbeda, seolah ada sesuatu yang membuatnya bahagia malam itu.

Sorot mata Wulan seperti menyimpan sesuatu, sudut - sudut bibirnya juga sesekali ia tarik ke atas tanda ada senyum yang sangat misterius sekali, sebab ia tak pernah seperti itu sebelumnya, menyungging senyuman semisteriis ini.

"Minum kopinya, Mas!" pinta Wulan lirih, ia mengangkat cangkir kopinya tanda ia meminta lelaki di depannya untuk segera meminumnya juga.

"Apa kau masih menunggu jawaban dariku, Mas?"

Wulan memecah lengang suasana, ia ingin sebentar berbasa - basi dengan lelaki yang ada di depannya tersebut, namun tatap matanya terlihat sangat dingin sekali, dan kosong.

"Yah, ini sudah setahun aku menunggunya, Lan!" timpalnya antusias.

Lelaki di depan Wulan mulai mengutarakan perasaannya, ternyata ia sudah lama memendam perasaan cinta kepada Wulan, perempuan cantik berbadan langsing dan memiliki lesung pipi yang sangat khas sekali saat ia tersenyum.

"Apa, kau ingat tanggal dan bulan apa sekarang, Mas?" lanjut Wulan.

"Memangnya kenapa? Apa hububangannya dengan pertanyaanku?" lelaki ceking itu mengernyitkan keningnya.

"Baiklah, aku saja yang menjelaskannya! Malam ini tepat malam terbunuhnya Dion! Pacarku juga teman baikmu, Mas!" ujar Wulan sedikit ketus.

Lelaki ceking yang bernama Bayu itu mencoba menyembunyikan rasa kagetnya, ia mencoba tetap tenang dan berusaha tampak tidak gugup di depan Wulan.

"Jujur, aku tahu siapa pembunuh Dion, sengaja tak kuberikan kesaksian pada polisi, karena aku yang akan membalasnya!" hardik Wulan.

Selang beberapa menit Wulan berbicara, Bayu tiba-tiba merasakan panas di lambungnya, tenggorokannya terasa tercekik. Bayu mulai sekarat dan hilang kendali.

"Kamu, ... ka ... mu, ... , " lelaki ceking itu benar-benar sekarat. Lelaki itu menuai apa yang dulu pernah ia lakukan terhadap Dion, padahal Dion adalah sahabatnya, namun lelaki itu begitu kejam hanya demi meraih cinta Wulan, ia merasa akan bisa memiliki Wulan setelah kematian Dion sahabatnya, namun salah, sebab cinta itu soal rasa, jadi sia - sia saja apa yang dulu ia lakukan terhadap Dion.

"Kamu harus merasakan juga, Mas! Ini yang kamu lakukan dulu sama Dion, jangan kira aku tidak tahu bahwa kau yang meracuni Dion!" Wulan tersenyun puas.

"Jika tak mampu bersaing untuk mendapatkan aku, tak perlu juga kau bunuh satu-satunya lelaki yang aku cintai!" hujat Wulan puas.

Malam itu juga Wulan menuju ke kantor polisi, ia laporkan kejahatan yang di lakukannya sendiri. Wulan sudah merasa lega dapat mengakhiri semuanya, demi Dion kekasihnya ia rela masuk bui, membalas kematian Dion adalah prioritas yang harus ia utamakan, tak peduli dirinya akan hancur.

"Semoga kau tenang di sana, Dion!" ucapnya lirih dari balik jeruji besi.

                     - Selesai -

NB: ini hanya cerita fiktif belaka, dan jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat, ini benar-benar tidak disengaja. 🙏






Baca juga: cerita pendek(vanesa bertemu pacar)


12/09/2016

No comments:

Post a Comment

Tamu Prosa Blog Dbanik

Judul : Masih Sanggupkah Kau Bertahan? Karya : Dian Ahmad  Tatap mata yang kian meredup, menampakan duka yang sepertinya menoreh telalu dala...