Cerpen Singkat - Dengan Judul: Sahabat.
Pertemuan dengan ketiga sahabatku itu benar-benar unik, kami yang tadinya saling tidak mengenal akhirnya menjadi akrab, dulu kami sering nongkrong di sebuah cafe yang berada di kota kami, dan ketiga temanku itu juga sama, namun kami tidak saling mengenal.
Kejadian yang begitu besar pernah terjadi di cafe tersebut, saat itu aku tengah menunggu kekasihku untuk makan malam. Aku tidak berangkat bersama, karena kekasihku kebetulan sedang berada di luar bersama teman kuliahnya, jadi aku memutuskan untuk menunggu saja kedatangannya.
Andre lelaki berpawakan sedang itu duduk berada di kursi tempat aku menunggu kekasihku, ia tengah asik menikmati malam yang begitu romantis dengan seorang perempuan bergaun pink.
Leo duduk di kursi sebelah kiriku, ia juga sama, tengah asik menikmati hidangan yang dipesan, spaghetti yang begitu menggoda perutku, kekasih Leo lumayan cantik, sepertinya sebelas duabelas dengan kekasihku.
Bily berada di sebelah kursi yang diduduki Leo, Bily sepertinya juga sedang menunggu kekasihnya, ia tampak gelisah dengan sesekali melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, wajahnya tampak tegang, mungkin saja ia resah terlalu lama menunggu kedatangan kekasihnya.
Kami betul-betul tidak mengenal satu sama lain, kami di cafe itu juga dengan perasaan yang berbeda, hingga akhirnya terjadi sesuatu yang mengejutkan, tiba-tiba cafe itu terbakar hebat! Entah kenapa api itu begitu cepat menyambar apapun yang berada di cafe.
Pengunjung cafe pun panik, kebetulan saat itu sedang ramai pengunjung, sedangkan pintu keluar cuma satu, jadi kami saling berdesak-desakan untuk keluar dari cafe tersebut. Suara teriakan pun tak terhindar, karena pengunjung wanita yang begitu paniknya menghadapi situasi seperti saat itu. Aku juga panik sekali ketika itu.
* * * * * * * * * *
"Kita sudah berapa tahun ya berteman seperti ini?" ujar Leo malam itu.
"Baru setahun, Bro! Lupa ya?" Bily pun menimpali.
"Masih saja kau ingat peristiwa itu? Aku sih sudah coba melupakannya." Andre tampak begitu tenang sekali.
Andre memang yang paling terlihat tenang, meski ia menyaksikan kematian calon mempelainya, perempuan yang hampir menjadi istrinya.
Kalau aku cenderung diam, aku memang bukan type orang yang mudah bergaul, karena aku itu pendiam, namun mereka tidak mempermasalahkan sikap diamku tersebut. Aku senang mereka tetap mau berteman denganku.
"Kita ke cafe itu yuk!" aku basa-basi mengajak mereka ke cafe yang pernah terbakar hebat itu.
"Buat apa? Toh cafe itu juga sudah dibangun kembali, terus apa yang akan kita kenang coba?"
Leo menyanggah, mungkin saja ia masih trauma meski untuk sekedar berkunjung kembali ke tempat itu.
"Iya, ngapain juga? Sudah kita nongkrong di sini saja!"
Bily pun setuju dengan keputusan Leo, aku terdiam. Aku tidak mungkin memaksa mereka, lagi pula aku kan bisa datang sendiri jika memang mau mengenang kejadian itu.
Kejadian yang begitu serasa cepat sekali, kejadian yang akhirnya merenggut nyawa kami berempat, dan beberapa nyawa korban lainnya, termasuk kekasihnya Andre.
Sekian
NB : ini hanya kisah Fiktif semata, jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat dalam cerita, ini benar-benar tidak disengaja.
14/09/2018.
No comments:
Post a Comment