rujakangkung

iklan

Yang Kutakutkan



Pernah suatu hari kita berbincang, saat bersua di satu malam yang tidak terlalu bersahabat. Di bawah langit yang mendung bergelayut, di kota tempat kita bertemu. Sesekali ada sambaran kilat yang pecah menyebar, membuat angkasa sejenak bercahaya.

Kau duduk di depanku, menghadap tepat ke wajahku yang terpapar temaram lampu kota. Aku tidak pernah bisa mengartikan senyum yang kau berikan untukku malam itu, yang kuinginkan itu bukan senyum lantaran rasa cinta. Rasanya, sudah cukup memiliki May, sebagai cinta terakhirku.

Kita memang seringkali bertemu dan aku hanya sebagai tempatmu bercerita, tentang semua keluh kesah yang kau hadapi, selepas Dion, suamimu pergi meninggalkanmu. Kemarahanmu kau lampiaskan, kekesalan demi kekesalan akan sebuah penghianatan, kau ceritakan begitu gamblang. 

Istriku tidak pernah tahu akan hal ini, bukan karena mau menghianatinya, bukan ingin menyakitinya. Akan tapi, aku lebih menjaga perasaannya, agar hubungan kami baik-baik saja. Bukankah apa yang sedang terjadi memang sebatas persahabatan semata. Aku juga menganggap perempuan itu benar-benar hanya butuh teman curhat, itu saja tidak lebih. 

Tahun kedua adalah masa-masa sulit yang kuhadapi, di mana hati ini muncul gejolak yang begitu hebatnya, rasa yang terlahir dari temu-temu yang seringkali terjadi. Tak dapat dielakkan, perempuan itu mencintaiku, dengan terang-terangan tanpa tedeng aling-aling.

"Mas, aku mencintaimu!"

Aku terdiam, mulutku kelu, ini yang aku takutkan dan akhirnya terjadi, di taman itu awal kita berjumpa sudah pernah kukatakan, agar kau tak menyimpan bara asmara untukku, berulangkali kukatakan itu kepadanya, namun apa? Malam itu kau dengan wajah memelas mengatakan seluruh isi hatimu.

"Aku sudah beristri, dan kau tahu itu!"

Ia menggeleng tanda tidak peduli dengan apa keadaanku, aku kelimpungan mendapati situasi seperti itu, kuhempaskan asap rokok setinggi mungkin. Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana, ingin rasanya berlari sejauh mungkin saat itu, jika saja perempuan itu tidak sedang berada dalam kondisi jiwa yang rapuh.

"Kita jalani saja seperti ini, Mas. Aku tidak akan menuntut lebih, aku tahu kau sayang sekali sama istrimu."

Apa aku harus berteriak menyalahkan ketololanku, jika pertemuan demi pertemuan, kenyamanan demi kenyamanan yang aku berikan kepadanya, pastilah akan melahirkan perasaan seperti apa yang sebenarnya tidak diinginkan.

"Baiklah, aku terima. Dengan catatan, kau tetap mencari pengganti Dion mantan suamimu."

"Aku setuju, Mas."

"Ingat, jangan pernah berharap lebih. Sebab, aku tidak mungkin pergi meninggalkan orang yang kucintai demi kamu."

Kau mengangguk, lalu menatapku dengan senyuman yang akhirnya aku tahu maknanya, jika kau sebenarnya sudah lama menyimpan perasaan itu, hanya saja kau masih mampu menahan untuk tidak mengatakannya kepadaku. Sekarang semuanya sudah sangat jelas, dan aku pun akhirnya mengerti.

Kita mengikrarkan diri menjadi sepasang kekasih, pada malam yang begitu larut, lewat pecahan tawa-tawa kecil yang keluar dari ponsel, hingga waktu ke waktu dan akhirnya kita pun menggila.

Aku semakin larut masuk ke dalam hubungan yang tak seharusnya terjadi, meski tidak berbuat yang tak senonoh, karena kita sepakat untuk saling menjaga itu, hingga perhatianku kepadanya, mengalahkan perhatianku terhadap istri yang setiap hari berada di dekatku, suami macam apa aku ini!

***

Aku tersentak saat kau menginginkan untuk hidup bersama, menginginkan adanya pernikahan. Katamu, aku begitu berarti untukmu. Sial! 

"Tidak! Aku tidak mau!"

Percakapan yang cukup memanas via ponsel, pada malam yang sepi dan lengang, tanpa ada siapa pun, hanya ada percakapan antara aku dan kau, hingga telinga terasa panas akibat terlalu lama menempelkan ponsel di telinga.

"Aku tidak bisa lepas darimu, Mas!"

"Ini di luar kuasaku! Aku tidak tahu harus ngapain?!"

"Kita menikah, Mas!"

"Tidak, aku tidak mau, meski aku mencintaimu, rasanya tidak mungkin untuk meninggalkan istriku!"

***

Perdebatan demi perdebatan pun akhirnya menjadi warna yang kelam di setiap malam-malamku, aku menjadi dihantui ketakutan demi ketakutan, aku takut jika tiba-tiba istriku tahu. Ah, aku benar-benar stres dibuatnya!

"Kita selesaikan saja, aku memutuskan untuk melupakanmu!"

Kau menangis sesenggukan, suaranya begitu jelas terdengar melalui ponsel yang kubiarkan tergeletak di atas meja, dengan posisi masih menyala, hingga suara tangis itu berhenti dan ponselku mati dengan sendirinya.

Kini, aku merawat luka yang telah kau sebabkan. Meski berat, namun ini harus terjadi, aku tidak ingin membiarkan cintamu terus tumbuh dan rimbun di hatiku, tak mau jika kau menutup seluruh rasa cintaku kepada istri yang sudah kumiliki. Aku ingin tetap mencintaimu meskipun tanpa memiliki.

Tegal 29/05/18

Kumpulan Cerita Humor




Cerita Fiksi Saja.

Akhirnya Jono, lelaki beranak satu itu sekarang menjadi sopir taksi online, selain sedang marak-maraknya yang berbau online, Jono berpikiran praktis, katanya biar tidak capek-capek nyari penumpang saja, tinggal duduk manis sambil menunggu orderan lewat ponsel.

Malam ini Jono mendapatkan pesanan pertamanya, kebetulan pas jam tengah malam, mana cuaca cukup mendung lagi, sepertinya hujan akan segera turun, namun demi memenuhi tugasnya, ia segera meluncur ke lokasi di mana orderan itu berasal.

Sesampainya di lokasi, Jono clingak-clinguk mencari orang yang memesan taxi onlinenya, namun tidak beberapa lama kemudian orang tersebut keluar dari gang dekat ia memarkir mobilnya.

Mereka pun jalan menembus pekatnya malam, hujan pun mulai turun dengan derasnya, namun Jono tetapi memacu gasnya membelah jalan raya yang tidak begitu ramai tersebut, maklum ini kan bukan Ibu kota, jadi ya wajar saja kalau tidak begitu ramai.

Duapuluh menit melaju, Jono membawa mobilnya dengan diam, tanpa mengajak bicara penumpangnya untuk sekadar berbasa-basi, sebab lelaki itu memang terkenal pendiam dan sedikit pemalu, jadi kalau penumpang tidak mengajak bicara terlebih dahulu, maka tidak akan ada percakapan.

Namun dalam keheningan malam, di bawah hujan yang mengguyur, serta suasana yang begitu sepi, tiba-tiba Jono terkejut setengah mati, pundaknya di tepuk dua kali oleh penumpang yang berada di belakang, panik, Jono banting stir ke kiri dan lalu menginjak rem dan segera lari ke luar mobil, sambil berteriak; Hantu ...!

Spontan penumpang tersebut lari mengejar Jono yang kebetulan masuk ke dalam sebuah mini market yang buka 24 jam tersebut, orang - orang yang berada di mini market tersebut menatap Jono, begitu juga dengan penumpang taxi onlinenya.

"Mas, kenapa lari?" Tanya penumpang keheranan.

"Astagfirullah ...," Jono menghela napas dalam-dalam, lalu segera mendekati penumpangnya.

"Mas, kenapa lari?" Penumpang tersebut bertanya lagi.

"Maaf, Mas. Saya sebelumnya menjadi sopir mobil jenazah, jadi masih kebawa suasana saat membawa jenazah."

"Ya ampun, Mas. Sampai segitunya?"

Penumpang tersebut geli menahan tawa, ia takut menyinggung perasaan sopir taxi online tersebut.

"Lah kamu kenapa tiba-tiba menepuk pundak saya, Mas?" Tanya Joni penasaran.

"Maaf, Mas. Tadi saya ingin minta berhenti sebentar di mini market ini, karena ada sesuatu yang harus saya beli." Penumpang itu menjelaskan.

Jono kembali menghela napas, kali ini iya terasa sangat lega sekali, tapi juga malu, karena apa yang ia lakukan barusan memang memalukan sekali bagi dirinya.


                        Selesai


NB : ini hanya cerita fiktif belaka dan jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat, ini benar-benar tidak disengaja.


Juli - 21 - 2018



Harga Telur


"Mak. Kata orang, telur sekarang mahal, yak?"

"Kamu napa, tumben tanya-tanya harga telur, Tong?"

"Yealah, Mak. Bener, kagak?"

"Iya. Emang napa, Tong?"

"Lah, Mak gak tau penyebabnya?"

"Ya gaklah. Kan mak tinggal minta duit sama bapak lu, Tong."

"Tong yang kece ini, tau kenapa harga telur naik, Mak!"

"Oh, ya?! Emang napa coba?"

"Ayam sekarang, kagak mo ngeden, Mak. Jadinya musti operasi sesar buat bertelur!"

"Dih, pinter amat yak anak mak ini."

"Ya iyalah, Tong gitu loh!"

Pletak ...!

Pala si Entong kena timpuk sendal sama Mak.

"Kezel mak ma elu, Tong! Pinter dikit napa?!"

Just fiksi.

190419 ☕ 👈 DBaniK





#Joke

Ada orang yang memiliki indra ke 6, suatu hari ketemu ane.

"Bang, di deket lu ada anak kecil!" bisik si pemilik indra ke 6.

"Oh, ntu anak tetangga ane, biasa disuruh nuyul dia!"

Si pemilik indra ke 6 itu diem.

"Eh, Bang. Ntu di sebelah lu ada perempuan, rambutnya kek kagak pernah pakai sampo!"

"Oh, ntu tetangga ane. Mungkin mo ngamen di lampu merah, nyari uang buat beli sampo."

Dih, ntu orang pemilik indra ke 6 makin keki ma gue! Dari mukanya keliatan sinis gitu. Mungkin karena kesel, nah gue kagak keliatan takut sama sekali.

"Bang, ada gondoruwo tu!"

Ujar dia negesin, kali aja dengan nyebut merk setan, terus gue jadi ngeri gitu.

"Oh, ntu bapaknya bocah kecil tadi, mo ngapelin mbak-mbak yang tadi beli sampo!"

"Serius? Ente kagak jiper ma apa yang ane liat dan sampaikan tadi?"

"Ekspresi gue emang datar, Mblo. Tapi lihat noh. Celana gue basah!"

Si pemilik indera ke 6 otomatis melihat ke bawah. Betulkan? Celana gue udah basah.

"Besok gue pake pampers kalau ketemu elu!"

Lari mo cari air buat cebok.

#Just_fiksi

12/04 /2019 ☕ 👈 DBaniK





#Joke

"Kita putus!"

"Loh! Kenapa, Yang?"

"Kamu terlalu baik buat aku, aku gak pantes buat kamu, Mas!"

"Oh, ngunu ya?!"

"Hu um!"

Itu adegan drama, putus gara-gara cowoknya terlalu baik buat dia.

Lalu, harusnya diapain tu cewek, biar pacarannya awet?

Cowok mah gitu, suka salah tingkah ngadepin cewek model gituan.

Apa iya kudu diajak malak orang dulu?

Ah, sudahlah! Itu hanya drama.

😄 😄 😄 17/03/2019





#Joke

"Kasian si Amir, Ma! Gara-gara makan ikan, sekarang mukanya lebam-lebam, bibirnya pecah sebelah! Dan masih mengeluarkan darah pula!"

"Duh, makanya kalau mau makan ikan, liat dulu ya, Nak. Barangkali ikannya beracun!"

"Tadi udah dibawa ke rumah sakit, kasian kan, Ma?"

"Iya. Memangnya, Amir makan ikan apa, Nak? Kok sampai separah itu racunnya?"

"Amir mamam ikan arwana, Ma. Yang kata bapaknya, ikan itu sudah ditawar duapuluh juta!"

"Yaelah! Itu mah si Amir di hajar bapaknya! Bukan keracunan!"

"Kan, aku gak bilang kalau Amir keracunan, Ma!"

"Ente mau, mama bikin seperti Amir temenmu, Nak?!"

"Lari, ah!"

Krompyang!? #**!!? #@%!?

Dapur Mama mendadak pecah. Duh, Mama darah tinggi, ya?

100319 ☕👈😊 DBaniK





Nyaris Tak Terdengar



Udara siang ini cukup lumayan panas, Ario tengah asik memanen keringat dengan sapu tangan dekilnya.

"Aduh, nih angkot lama amat ya?!" gerutu Ario, seorang pemuda tanggung, berbadan kerempeng.

"Sabar, Mase!" sela perempuan yang sedari tadi duduk bersebelahan, sambil sesekali mengibaskan rambutnya.

"Eh, sapa kamu? Nyambung-nyambung aja, huh!" balas Ario sewot.

Tak lama kemudian angkutan tiba, dan berhenti tepat di depan mereka, yah walau kondisinya cukup lumayan sesak. Namun mau tidak mau, Ario dan orang yang sama-sama menunggu angkutan pun naik.

"Maaf, numpang lewat, Bu!"

"Ita, gak usah basa-basi, lewat saja sana!" gumam Ibu setengah baya, yang berdandan menor ala-ala artis ketoprak itu.

Angkot melaju dengan cepat, berzig zag ria, di antara ramainya jalan raya. Namun di tengah suasana dalam angkutan umum yang pengap, dan tentunya berbaur bau keringat, tiba-tiba ...

"Oaek!"

"Huek!"

"Cuih!"

Suara-suara itu riuh, memecah emosi penumpang angkot di siang yang panas itu.

"Woi! Siapa yang kentut!" teriak supir yang ikut mau muntah.

Penumpang saling tatap, mencari jawaban, pada sudut mata para penumpang lainnya, berharap mata itu mau berbicara, untuk mengakui perbuatan tuannya.

Hening, tidak ada yang berani ngaku. Ya, mungkin saja takut lah, ya! Secara di dalam angkot sudah pada mendidih darahnya, akibat bau kentut yang kelewat parah seperti bau comberan.

Akhirnya penumpang sampai juga di terminal pemberhentian terakhir, mereka bergegas turun, ada yang muntah, ada yang berludah, komplit pokoknya. Dih, jijik ya!

"Woi, itu yang kentut belum bayar!" teriak supir angkutan umum itu tiba-tiba.

"Eh, bang! Tadi aku bayar pakai uang limapuluhan!" refleks, Ario nyeletuk, untuk ngebantah tuduhan supir.

"Oh, jadi kamu pemilik bau kentut ajaib itu!" ucap sopir sambil melotot.

"Loh, abang njebak saya?" eh, Ario malah nyolot tuh.

"Tidak, saya penasaran saja, siapa sih pelaku pengentutan di angkot saya, dan ternyata kamu!"

Ario beranjak pergi, meninggalkan beberapa pasang mata, yang seolah menguliti dirinya.

"Sial! Pinter juga tuh sopir angkot!" gerutu Ario, sambil pergi berlalu, menahan malu.




230219 DBaniK ☕ 👈


#Joke

Lelaki kekar itu menghentikan mobilnya, yang berwarna hitam mengkilap. Di depan sebuah kedai kopi yang memang ramai, meskipun siang hari.

Lelaki itu clingak-clinguk untuk memastikan keadaan sekitar, mungkin ia butuh waktu yang pas untuk turun dari mobil. Ya, memang harus begitu, kalau mau turun dari mobil, jangan asal nylonong saja buka pintu, siapa tahu ada kendaraan dari arah belakang, kan bisa repot juga.

Setelah memastikan keadaan aman, lelaki dengan jaket kulit hitam itu mengenakan kacamata hitam. Wih, keren abis! Mungkin kalau di kedai kopi itu banyak cewek, maka akan ada yel-yel untuk memujanya. Sayang, di kedai isinya cowok semua.

Akhirnya, lelaki itu segera turun dari mobil. Setelah semua dirasakan sudah aman dan sudah komplit dengan kacamata hitamnya.

Pintu mobil pun dibukanya, dan ...


"Aih, cint! Panas bingit ternyata!"


Mendadak, lelaki itu menjadi kemayu, setelah sang surya memandikan tubuh kekarnya.


Just joke


260219 DBaniK ☕ 👈 😊



#Joke

Juminten dan Abang Ganteng


Saking kangennya, Juminten sudah main aja ke rumah Abang ganteng, sebenarnya sih gak ganteng-ganteng amat, namun kekasih hatinya memilih sebutan itu, sebagai panggilan sayangnya. Duh, bikin ngiri ya, bukan nganan. 😄



"Eh, ada Juminten rupanya, makin kece badai aja kamu. "

"Eh, abang ganteng, bisa aja ikh. Cubit nih pake tang."

Duh, Juminten aya-aya wae, eta teh tang mau buat nyubit aja, saking gemesnya, mungkin.

"Aw ... aww, atit au."

Padahal sih, gak beneran dicubit, ganteng udah ngeluarin gaya alaynya.

"Dih, kaga jadi cubit deh. Eh, abang ganteng puasa kagak nih?"

"Ya jelas dong, Jum. Abang ganteng gitu loh! "

"Kagak usah pake monyong, Bang. Tambah ganteng tau," hoek, cuih uhuk.

Jum membuang muka, entahlah. Mungkin cuma akting, biar terlihat cute, atau memang beneran membuang ludah. 😄

"Dih, abang gemes deh, liat kamu seperti itu." ujar ganteng sok imut.

"Tadi sahur kagak, Bang?"

"Iya, pake hatimu, Jum." tuing tuing tuing.

"Aih, ihihihi ..., terus udah pakpung belum si abang gantengku nih?"

"Masa sih, kamu gak bisa mencium wanginya sabun colek, eh sabun D**E di tubuh abang, "

"Udah lama mandinya? Apa baru tadi?"

"Sepuluh menit sebelum kamu datang, Ayank."

"Ayank? Kemarin panggilnya cinta." Juminten pukul-pukul pintu manja.

"Hhhhhhhh, iyaa deh cinta. Terus, hubungannya ama mandi apaan?"

"Tadi bilangnya puasa, bilangnya udah mandi juga. Nah, terus itu ada nasi nempel di kumis abang, kerjaan siapa yak?" Muehehehe

"Dih, cius? Abang kudu apa nih, malu apa gimana? "

"Au ah gelap, abang mbelgedes. Kita putus!"

Huaaaaaaaaaa ...!

Abang ganteng tumbang dan menangis guling-guling, cintanya kandas lagi.

Makanya jangan bohong, lagian sudah gede juga, gak puasa! Malu woi, malu!





Tegal 23/06 /2017



#Joke

Rejeki Dipatok Ayam.

Kemarin tetanggaku lari-lari ngejar ayam tetanggaku yang satunya lagi. His ...! Ada apa to yaa ...?

Terus aku hentikan saja larinya, saya pecahkan saja siang yang hening kemarin, biar ramai!

"Woi, kamu!"

"Sapa? Aku?"

"Iya to ya, kamu!"

"Ada apa kau hentikan lariku, Kisanak?!"

Aku sebenarnya mau embuh saja, ngeliat dia lari ke sana ke mari ngejar ayam tetanggaku, tapi mau gimana lagi, lha wong ayamnya itu tulung-tulungan minta bantuan, ya aku harus bertindak, yaa to?

"Kamu ini kenapa to? Ayamnya orang kok kamu kejar-kejar sampai kecapean gitu?!"

"Ya salah ayamnya to! Bukan salahku tau!"

 "Emang ayamnya pup di rumah kamu?"

"Lha ya ndak to yaa!"

"Terus salahnya apaan dia?!"

Aku balesnya rada kesal, sambil nunjuk ayam yang lagi megap-megap di bawah pohon kangkung, duh pohon kangkung? Jadi keinget rujak kangkungnya mbok Tumini kae lho!

"Wes to, kamu ndak tau permasalahannya, ya diem-diem bae napa!"

"Weladalah, mbelgedes tenan kamu, Kisanak! Yo kasian ayamnya to yaa!"

"Begini, Im! Itu ayam udah matok rejeki saya! Jadi harus saya tangkap untuk balikin rejeki saya!"

"Ngahahahaha ..., koe aneh! Lha mana rejekinya? Perasaan ayam itu gak bawa apa-apa!"

"Duh, Im. Capek deh! Tadi Emak bilang, kalau bangun kesiangan itu rejeki bakal dipatok ayam. Nah kebetulan tiga hari ini saya kesiangan, dan kebetulan juga saya gak dapat tarikan waktu ngojek! Kebetulan juga, tiga hari ini ya ayam itu yang mondar-mandir di rumah saya, brati dia dong yang matok!"

"Udah ya, Baim mau pulang. Baim mau bobok aja, pusing ini mah pala Baim. Serah elu aja deh!"

Tak beberapa lama kemudian, terjadi kembali kejar-kejaran antara ayam dan temen Baim, semoga ayamnya tidak habis begadang, jadi bisa kuat lari-larian.




DBaniK ☕ 👈 😄



#Warna_Fiktif

Apa kalian tahu?

Betapa menderitanya sebuah balon berwarna hijau!

Gara-gara lagu 'Balonku' dengan lirik yang menyatakan, jika balon warna hijaulah yang meletus, akhirnya balon warna hijau menjadi terasing, di antara balon warna lainnya!

Kemarin, saat Adik ulang tahun, dia memohon, agar aku tak membelikannya balon berwarna hijau! Duh, begitu traumanya kah?

Ya sudah, akhirnya kami sepakat untuk tidak membeli balon dengan warna hijau. Betapa senangnya hati Adik, saat mengetahui, jika tidak ada balon berwarna hijau, di antara balon-balon yang kubeli.

Acara akhirnya berjalan dengan lancar, teman-teman Adik hampir seluruhnya datang, ada Melani, ada Anggraeni, ada Sulton, ada Jun dan masih banyak lagi. Belum lagi dengan emak-emaknya yang pada ngikut nganterin, ya sudah, alhasil rumah menjadi sangat gaduh.

Tiba-tiba ...

Dor ...! Dor ...!

Semua mendadak menjerit karena merasa kaget!

Adik segera berlari menuju ke arah suara tersebut. Yah! Balon ulang tahunnya ada lima biji yang meledak! Betapa kecewanya dia. Bukan lantaran balonnya yang meledak, namun Adik kecewa berat, gara-gara Audri, iya gara-gara Audri!

Kami semua coba untuk meminta penjelasan, kenapa sih, kok Adik jadi kecewa?

Dengan ucapan yang terisak, Adik menjawab.

"Suruh Audri pulang! Gara-gara baju Audri berwarna hijau, makanya balonku jadi meletus lima biji!"

Kecewa. Akhirnya Audri memutuskan untuk pulang. Padahal belum dikasih kue ulang tahun, sudah dibela-belain tidak makan dulu dari rumah.

NB: Ini Adik trauma balon warna hijau, atau trauma sama warna hijau ya?

270219 DBaniK



#Persaingan_Sehat

Jargon persaingan sehat sudah membahana di mana-mana. Apalagi bagi pelaku bisnis, sebab, banyak orang mengaitkannya dengan dunia tersebut. Padahal sih, gak juga ya.

Seperti halnya ketika aku bersaing ingin mendapatkan Mia. Duh, jadi ingat aja sama Mia, cewek langsing bergigi gingsul itu. Ehem ...! Ciee ...!

Yup! Aku ingat betul dengan kejadian itu. Mia memang gadis yang sangat pantas untuk diperebutkan. Makanya banyak juga pesaing yang harus kuhadapi. Satu lawan satu? Ayuk! Baim gak takut kok! Tapi ini enggak, sebab ada beberapa orang yang menyukai Mia. Jadi apa mau dikata, Baim tidaklah sekuat Superman yang selalu salah memakai CD di luar! Oopss ...!

Mengalah?

Iya! Aku mengalah saja. Sebab, sudah ada beberapa pesaing yang menggunakan cara-cara yang tidak sehat, saat berperang melawan pesaingnya, demi memperoleh cintanya Mia! Duh, hidup begitu amat ya? Orang, aku juga gak ada hubungan sama Rini, eh, si A bilang aku sedang dekat dengannya. (persaingan tak sehat tengah berlangsung, pemirsa. Ane dituduh dekat dengan tante Rini, gila gak tuh?)

Alhasil, Mia mulai coba untuk menjauhiku. Sebel kan?

Dan akhirnya pesaing-pesaing yang lainnya justru melakukan hal yang sama, untuk saling serang demi memenangkan hatinya Mia yang hanya satu biji. Tepok jidat tetangga boleh gak?

Setahun berlalu ...

Mia jadian sama Reno. Apakah karena Reno adalah salah satu pejuang cinta, yang menggunakan cara-cara tidak sehat? Au ah, itu sudah bukan menjadi urusanku lagi! Move on tengah sibuk untuk kuperjuangkan saat itu. Duh, miris ya ane? Hiks!

Kemudian. Aku coba untuk bersaing dengan sehat, yaitu bersaing dengan amarah dan welas asihku. Iya! Dalam dada sudah berkecamuk perang batin, saat secara tidak sengaja berpapasan dengan Mia, seseorang yang pernah ada di hatiku.

Aku coba menetralkan hati, agar akal pikiran jahat tak menguasainya. Coba deh, kalau saja kubiarkan liar! Sudah pasti aku akan ngajak gelud (berantem) sama Reno. Lelaki yang sudah berhasil menghasut Mia, dengan mengatakan hal yang sebenarnya tidak dilakukan olehku. Hiks nasib gini amat, yak?!

Ya sudah, akhirnya perang melawan batinpun menjadi hal yang patut diperbincangkan, antara aku, akal pikiran dan hati nurani. Pada akhirnya, keputusanku hanya satu.

Relakan Mia. Tuhan akan menggantikannya dengan yang jauh lebih baik!

Iya, aku menang melawan gejolak batin. Sebab, tak ada amarah lagi, saat Mia sekarang jalan bareng dengan Bram, sahabat Reno juga, dan pelaku pesaing tak sehat pula.

Mia, Aa kok jadi miris ya?

Just Joke

010319 ☕ 👈 😊 DBaniK




#Lakuna

#Joke

Pagi masihlah buta, mungkin butuh mengusap-usap mata, agar bisa terang melihat jalan.

Apalagi jika semalaman mata tertidur dalam rumahnya, hanya sesekali dikenakan, saat empunya terbangun karena kebelet pipis.

"Eh, itu ada ayam?"

"Mana, Jo?" Mail coba memastikan ucapan Bejo, temannya.

"Itu ...!"

Telunjuk Bejo, yang segede gaban coba menuntun mata Mail.

"Lah, iya ya! Itu ayam, Jo! Ayam!"

Duh, Mail kenapa seneng banget, ya? Apa, baru pertama kali melihat ayam? Gak juga sih.

"Kira-kira, ini milik siapa ya, Sob? Kan ini dekat hutan, jadi kemungkinan besar, tak ada yang memilikinya. Ya, gak?!"

Widih! Bejo sudah senang bukan kepalang tuh!

Kemudian, kedua lelaki itu coba untuk menangkap ayam betina tersebut, yang terlihat sangat montok dengan bulu-bulu berwarna putih mulus.

"Wah, ini rejeki kita, Jo! Semalaman kita berburu ndak dapat apa-apa! Nah ini, kita mau go home, eh nemu ayam!"

Bejo dan Mail terlihat tersenyum bahagia, dalam benak mereka sudah terbayang ayam goreng, opor ayam, ayam bumbu kecap manis atau dibikin sate bumbu kacang. Duh, itu pemikiran Bejo dan Mail, apa pikiran penulis ya? Ah, lupakan!

"Tunggu!"

Kedua orang yang sedang dilanda bahagia itu menghentikan langkahnya.

"Ayamku, kalau dijual lakuna sabaraha?"

Bejo dan Mail clingak-clinguk, untuk mencari arah datangnya suara, di pagi yang masih buta tersebut.

"Woi! Gue di atas!"

Sontak mereka berdua mendongak ke atas, di sebuah pohon beringin yang daunnya begitu lebat.

Selanjutnya, apa yang terjadi sama mereka, pingsan? Lari? Pipis di celana masing-masing? Atau ....

Entahlah!

040319 ☕👈😊 DBaniK

RUJAK TEPLAK KULINER TEGAL ASLI

Namanya rujak teplak Memiliki bahan-bahan yang jelas banyak sekali mengandung unsur serat dan tentunya juga menyehatkan, karena tidak ...