Semalam
Semalam ada yang datang dalam benak, menggelayut serupa embun di pucuk daun. Berayun dimainkan kantuk.
Kutepis ia enggan, katanya menunggu untuk kujamah. Padahal sudah berulang kali tak kuhiraukan, kepada hati kusampaikan agar sejenak mengajaknya bermain, sementara aku mencumbu secangkir kopi pekat tanpa susu.
Ia tetap merengek tak mau berlalu, bahkan hati menyerah jika harus terus menerus merayunya untuk tak menggangguku, aku bisa apa jika sudah demikian adanya.
Kupersilahkan saja ia duduk, di serambi rasa. Ada canggung ketika aku harus memulainya, karena kami memang sudah lama tak saling tegur sapa.
Pada sesap terakhir kopi di cangkirku, baru aku mau berujar kepadanya.
"Perempuan masa silamku. Ada apa singgah di ingatanku? Bukankah kau sudah memilih, dan itu bukan aku. Lantas untuk apa hadirmu malam ini?"
~ D.Bani Khalman ~
03/07/2017
Baca juga: kumpulan-cerita-flash-fiction.
Lain Waktu
Mungkin lain waktu saya akan kembali, senja. Membawa setumpuk kisah, akan ada yang tak biasa, karena ketiadaan resah yang sudah karam dihantam karang
Cerita yang kubawa pasti akan lebih baik, tidak seperti kemarin lalu, maaf aku sudah sembuh dari luka, waktu dengan sabar telah merawatku, hingga sedemikian adanya
Tak perlu ada lagi risau yang berlebih, karena mungkin hadirnya aku cuma sejenak saja, sekedar numpang menghabiskan sisa kopi yang belum tersentuh sejak getir mengoyak rasa
~D.Bani Khalman ~
14/07/2017
Kau Menjelma Bara
Sadarkah kau, Puan. Rintik-rintik embun yang kau jatuhkan telah mengering. Bahkan pucuk-pucuk daun tempatmu bergelayut pun nyaris mati.
Teduh mata yang pernah aku jadikan tempat berteduh pun telah kehilangan auranya. Kemana perginya apa yang dulu ada pada kau?
Kau menjelma bara, Puan. Menghanguskan teduh matamu, mengeringkan pucuk-pucuk daun tempat kau berpijak. Sadar kah kau?
Cinta memang tak selamanya harus memiliki, namun setidaknya kita bisa meninggalkan kesan yang tak akan pernah lekang oleh jaman.
@DBanik 16/04/18
No comments:
Post a Comment