Kumpulan Flash Fiction.

iklan

Kumpulan Flash Fiction.


Kumpulan Flash Fiction.
Pic. Kellepics/pixabay

Kumpulan Flash Fiction.

PINTU PUN TERBUKA

Pintu pun kubuka perlahan, aku tak ingin membuat seisi rumah terbangun.

Aku lanjut masuk ke dalam kamar, semua masih sama, hanya ada sedikit yang berubah saja, yaitu letak tempat tidur yang berpindah posisi.

Ada apa ini, kenapa rumahku sepi, apa seluruh penghuninya lagi pada keluar?

Kurebahkan tubuhku, rasa capek tak mampu kubendung, iya, aku lelah. Perjalanan dengan seseorang yang baru kukenal itu benar-benar membuatku lelah.

Kutatap langit-langit kamarku, entah kenapa mataku susah terpejam, padahal lelah sekali hari ini.

Deg!

Tiba-tiba aku teringat sesuatu, iya, aku teringat sesuatu yang membuatku terperangah.

"Apa aku masih hidup? Bukankah rumah ini beserta seisinya telah musnah terbakar!"

NB: ini hanya cerita fiktif belaka, dan jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat, ini benar-benar tidak disengaja.

08/03 /2018

==============================


Kumpulan Flash Fiction.

Judul : RINDU

Dua kali lebaran sudah aku lewati tanpa senyum istri dan anak-anakku, kesalahan fatal memang pernah aku lakukan, dengan menelantarkan mereka selama bertahun-tahun.

Anak-anakku bahkan hampir tak mengenali aku, begitu pun istri yang pernah kugauli sebelumnya, "Ada apa, ini?" desahku tak berujung.

Ini lebaran ketigaku, ingin rasanya ada pelukan hangat dari orang-orang yang kusayangi, ada canda tawa pecah untuk mengusir sepikku.

Pada puncaknya, malam itu aku marah sejadinya, kuhantam kaca lemari tua di kamar yang pernah kutiduri, kamar yang pernah kujadikan tempat bersendau gurau dengan Rianti istriku, "Prang!!!!"

Aku kaget setengah mati, cermin itu pecah terburai, Rianti sontak terbangun, wajah kuyunya masih terlihat cantik seperti sepuluh tahun yang lalu, saat aku berpamitan hendak merantau ke Ibu Kota.

"Ani! Sini, Nak!" istriku berteriak histeri, tak lama kemudian anak tertuaku sampai di kamarku.

"Iya, Mak! Ada apa?" ujar anakku sambil menatap pecahan kaca di lantai.

Rianti langsung beranjak dan memeluk Ani, ia menangis sejadinya.

"Apa, ini pertanda jika bapakmu telah tiada, Nak?" pekik Rianti sambil mendekap Ani sekuatnya.

Aku terdiam, aku tatap satu-persatu wajah penuh kesedihan di depanku, tak terasa air mataku mengalir.

"Pantas, ternyata tubuhku belum di temukan." ujarku menahan kelu yang teramat dalam.

Sepuluh tahun yang lalu, aku memang di Jakarta, namun lima tahun kemudian aku terjerat dunia hitam, hingga pada akhirnya aku mati terbunuh dan mayatku di buang ke laut.

Aku tak menyangka, jika tubuhku belum di temukan juga, pantas istri dan anak-anakku tak pernah menyapaku lewat doa-doa yang selalu aku rindukan.


NB: ini hanya cerita fiktif belaka, dan jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat, ini benar-benar tidak disengaja.

 26/02/2017

=============================


Kumpulan Flash Fiction.

Flash_Fiction

Judul: Lima Sekawan

Menjelang magrib. Hiruk pikuk sudah mulai terasa, jalanan begitu ramai lalu lalang kendaraan bermotor. Seperti biasa, tahun baru adalah momen yang paling ditunggu hampir semua orang, apalagi ketika detik-detik pergantian tahun berlangsung, sungguh sesuatu yang punya rasa tersendiri.

Almira sudah siap dengan segala sesuatunya, janji berkumpul dengan keempat kawannya, memang sudah disepakati jauh-jauh hari, raut wajahnya tampak semringah, rindunya kepada Erlyna, Hasna, Jay, dan Egi, sudah tak mampu dibendung.

Di sebuah taman di pusat kota, mereka akhirnya berkumpul, canda tawa tak terelakan lagi, segala rindu mereka tumpahkan. Malam kian larut, detik-detik pergantian tahun pun tiba, seluruh pengunjung yang berada di taman itu mulai menghitung mundur.

Duar! Kembang api pun meletus, dan pecah di langit, membiasakan beraneka warna, sungguh malam yang indah, langit bertahta percikan cahaya kembang api, dari segala penjuru. Banyak juga yang coba mengabadikan momen tersebut, dengan merekamnya melalui ponsel yang mereka bawa.

Malam pergantian tahun yang sangat meriah, suka ria tampak sekali di wajah - wajah para pengunjung, begitu juga kelima sahabat itu. Hingga mereka lupa, jika dunia mereka sudah tak sama lagi.

NB: ini hanya cerita fiktif belaka, dan jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat, ini benar-benar tidak disengaja.

12/01/2018

==============================


Kumpulan Flash Fiction.


Flash_Fiction

Judul: Di Pinggiran Kota

Di sebuah restoran mewah, seorang anak kecil berbadan kurus, berbaju dekil, tengah asik mengamati orang - orang yang dibilang berduit sedang bersantap ria. Matanya tak pernah lepas menatap di salah satu meja paling dekat dengan tempat ia duduk, di sebuah pot bunga besar, yang terbuat dari semen dan pasir. Yang kebetulan berada di antara pintu masuk. Sesekali ia menelan ludah, lalu kembali melanjutkan untuk memperhatikan keluarga yang terlihat kaya itu. Mereka memesan begitu banyak makanan, hingga meja terlihat penuh, padahal di meja itu cuma ada empat orang, namun porsi yang dipesan sepertinya cukup untuk enam orang.

Anak kecil itu begitu tabah, tak sedikit pun beranjak. Ia tak menengadahkan tangan, padahal banyak orang berlalu lalang di depan tempatnya duduk, ada karung plastik juga gancu kecil, mungkin saja anak itu pemulung.

Tak lama kemudian, keluarga itu selesai menyantap makanan yang ada di meja, namun masih terlihat jelas jika masih banyak sisa-sisa lauk yang ada, tidak mungkin juga habis, kan memang sudah terlihat sekali, porsi yang dipesan itu melebihi jumlah keluarganya.

Anak kecil berbaju lusuh itu pun beranjak dari duduknya, lalu ia pergi meninggalkan restoran mewah tersebut, sesekali ia usap perut tipisnya, mungkin dia menahan lapar, karena seharian berjalan mencari barang yang bisa ia jual kembali di pengepul barang bekas.

"Nak, berhenti!"

Dia menoleh, panggilan itu datang dari seorang penjual kaki lima yang kebetulan mangkal dekat restoran itu.

"Kamu lapar, Nak?" tanya lelaki setengah baya itu. Mungkin saja beliau memperhatikan tingkah bocah itu.

"Tidak, Pak." jawabnya lirih.

"Tadi kulihat kau mengelus perutmu, ayo makan bersama bapak, biar aku yang bayar," ujarnya.

"Terima kasih, Pak. Biar saya makan sama keluarga di rumah, biar kami sama-sama makan nasi dan lauk yang sama dengan adikku," jawabnya tanpa ekspresi.

"Tapi, Nak. Kau tampak ingin sekali makan di tempat itu, tadi bapak memperhatikanmu." timpal pedagang kaki lima.

"Iya, tapi dengan menelan ludah, saya sudah cukup kenyang, Pak." kata anak kecil itu.

Bapak penjual kaki lima itu melongo, jawaban yang tak pernah ia duga, keluar dari anak sekecil itu, yang sudah jelas-jelas ia tak mampu untuk masuk ke restauran itu, si bapak cuma bisa terdiam. Begitu hebatnya didikan orangtua anak tersebut, meski dalam keterbatasan hidup, namun tangannya tetap tak mau menengadah demi mencari belas kasihan.

"Maaf, kok bapak bisa melihatku?" ujar anak itu, sesaat kemudian tubuhnya lenyap meninggalkan pedagang kaki lima, betapa semakin terperanjatnya lelaki itu.



NB: ini hanya cerita fiktif belaka, dan jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat, ini benar-benar tidak disengaja.



10/01/2018

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Semoga cerita flash fiction di atas bisa menjadi bacaan yang menghibur buat kalian yang sedang membaca.

Sekian dan terima kasih.


27/12 /2018

No comments:

Post a Comment

RUJAK TEPLAK KULINER TEGAL ASLI

Namanya rujak teplak Memiliki bahan-bahan yang jelas banyak sekali mengandung unsur serat dan tentunya juga menyehatkan, karena tidak ...