Sebuah Prosa - Dengan Judul :Tidurlah
Tidurlah, Puan. Masih ada esok untuk mengukir hari, rebahkan penat raga pada hening malam, lantunkan doa terbaikmu sebelum kau jamah mimpimu.
Buang resah yang telah memungut bahagaimu, bukankah otak juga butuh rehat, untuk kembali mengais berbagai problema yang mungkin esok hadir dan kau hadapi.
Peluklah malam dengan tenang jiwamu, cumbu saja hal-hal yang mampu menina bobokanmu, jangan kau cumbu resah yang hanya akan menyisakan nestapa.
Selamat malam, Puan. Datanglah lagi esok kepada aku yang merindukan kau, kita riuhkan lagi hari-hari. Kita isi penuh makna, mengukir waktu, dengan hal-hal yang selalu membuat kita bahagia, bukan lara ataupun kepedihan.
Terlelaplah, Puan. Kepada mimpi aku berharap, kita bersua di taman yang sama, lalu bersama kita arungi bersama impian di punggung malam.
~©~
Judul : Puan.
Perempuan yang menemuiku, di saat harapan tinggal menunggu sirna, ialah kamu.
Perlahan luka ini kau basuh dengan segenap kerelaanmu, tanpa keluh meski terasa tak seimbang, karena aku mulai kehilangan rasa.
Kau tetap tegar meski hadirmu kuanggap lalunya angin, kau tersenyum walau lengkung bibirku ialah amarah.
Kau perempuan yang tegar, meski hantaman itu telak mengarah ke jantungmu, tersebab semula aku tak pernah menganggap kau ada.
Kau sembunyikan di mana airmatamu, karena aku tak pernah berjumpa dengannya, meskipun seharusnya ia luruh dari sudut - sudut matamu.
Kau yakinkan aku jika semua akan baik-baik saja, lalu segalanya akan menjadi indah walau harus ia bayar dengan perasaan, karena aku begitu tak memperdulikan kamu.
Perempuan yang menemuiku, ia telah usai membasuh luka - luka hati yang nyaris padam, tersebab terhunus sebilah cinta, melimbungkan aku ke jurang yang paling gelap, hingga waktu seakan berhenti.
Kau tulus, Puan.
Aku bahagia...
Hati kembali terang
Jalan tak lagi sunyi
Karena kamu selalu ada
Di setiap waktu yang bergulir.
Juli - 23 - 2018.
Terima kasih sudah berkunjung ya sobat.
02/10/18
No comments:
Post a Comment