Flash Fiction Contoh - Dengan Judul: Kepulangan.

iklan

Flash Fiction Contoh - Dengan Judul: Kepulangan.

Flash Fiction Contoh - Dengan Judul: Kepulangan.

Flash Fiction Contoh - Dengan Judul: Kepulangan.


Maunya sih aku menghibur kesedihan Ibu dengan bernyanyi, agar ada senyum tersungging di bibirnya, bibir yang sudah tidak pernah lagi mengenakan pewarna, hingga tampak pucat saat kami kelelahan karena harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk menuju rumah dari tempat kami menggelar dagangan.


Ibu selalu mengajak aku untuk turut ke pasar, sebab memang tidak ada yang menjagaku jika Ibu pergi menjual daun singkong, Ayah sudah lama pergi meninggalkan kami karena sakit keras dan tidak mampu untuk pergi berobat ke rumah sakit. Untung saja ada pekarangan di belakang rumah, jadi kami bisa menanam singkong dan tumbuhan lainnya yang bisa dijual untuk kelangsungan hidup kami.


"Malam ini kita makan lauk daun singkong lagi ya, Nak? Kamu tidak apa-apa kan?"


Aku menggeleng tanda tidak ada masalah, sebab walaupun sebenarnya bosan namun dengan tidak merengek minta yang macam - macam setidaknya aku bisa membuat Ibu tersenyum.


"Ibu sebenarnya ingin membelikan kamu ikan, atau telor, Nak. Namun dagangan kita tidak habis, malah ini masih banyak, daun singkong pun sudah pada layu."


Aku sedih, kutatap wajah Ibu yang nampak sekali oleh gurat - gurat kepedihan, wajah yang terlihat tulus melakukan apa saja untuk aku.


"Sudahlah, Nak. Jangan tatap Ibu seperti itu."


Ibu mengelus rambutku, rambut yang jarang terkena sisir, karena kami selalu berangkat di pagi buta dan pulang pun tergantung barang yang kami jual, jadi kami jarang sekali memerhatikan penampilan, yang terpenting mandi lalu bergegas untuk mengais rezeki.


Aku sebenarnya tidak tega melihat Ibu terus - terusan menderita, makanya aku tidak pernah menuntut Ibu untuk mencari sekolahan untukku, aku tak ingin Ibu semakin berat menjalani hidup yang memang sudah teramat berat ini.


"Nak, kelak kau harus sekolah. Ibu tidak mau kau terus - terusan seperti ini, kamu harus pintar agar kelak bisa mudah mencari pekerjaan."


Langkah Ibu terhenti, ia jongkok dan memegang pundakku. Aku menunduk dan menggeleng, itu tandanya aku tidak mau, tidak setuju dengan usulan Ibu.


"Kelak Ibu harus pergi meninggalkan kamu, Nak. Sebab takdir tidak ada yang tahu, Ibu ingin kau bisa mandiri nanti, jika Ibu meninggal."


Ibu menangis, ia memeluk erat tubuhku, aku tak kuasa menahan semua ini. Dadaku begitu bergemuruh, aku ingin berteriak mengeluarkan kepedihan yang sudah menumpuk di dadaku.


"Semoga Tuhan tetap memberikan Ibu kesehatan, agar bisa menjaga dan merawatmu sampai kau dewasa."


Usiaku sudah sebelas tahun, namun aku tetap tidak ingin sekolah, sebab kepedihan hidup kami pun tidak tahu kapan berakhirnya, jadi lebih baik aku seperti ini, tetap bersama Ibu, tetap berada di dekat perempuan yang sudah begitu menyayangi aku, hingga kelak aku yang akan gantian mencari uang untuk kehidupan kami sehari-hari, aku ingin Ibu kelak hanya akan berada di rumah untuk menunggu aku pulang, dengan membawa apa - apa yang mampu membuat perempuan yang kucintai itu bahagia dan bangga memiliki anak seperti aku, walau aku tidak bisa bicara.



18/09/2018.

No comments:

Post a Comment

RUJAK TEPLAK KULINER TEGAL ASLI

Namanya rujak teplak Memiliki bahan-bahan yang jelas banyak sekali mengandung unsur serat dan tentunya juga menyehatkan, karena tidak ...