iklan
Belajar Menulis Prosais Tentang Cinta
Pic: Marzena7/pixabay
Aku
Seminggu sudah aku menelan getir, rasanya begitu pahit menghujam Qalbu, jangankan nyenyak, makanpun terasa hambar, bagai di paksa mengunyah pil pahit saja! Aku mengerang, namun batin masih sama, kosong!
Semilir angin, hanya mendinginkan ragaku, tapi tidak dengan hatiku, aku terpuruk saja bagai kain tak berpola, teronggok di cucian baju kotor! Ah! Aku kepayahan!
Hari ini, aku coba tafakur menunduk di hadapan Illahi, memohonkan diri sendiri, atas ketololanku! Yang sudah jauh dari kasih- Nya, aku menggila di rundung duka, padahal itu tak boleh terjadi! Ya Rabb ampuni aku.
Sudah! Aku sudah lelah, lelah dengan semua ini, telaga air mata sudah mengering, aku menunggu guyuran hujan, agar telagaku kembali teduh, tak lagi kerontang! Ku hempas saja perih ini, ku telan saja pil pahit hidupku, sekali telan saja, biar pahitnya cepat lenyap!
Aku, mau menjemput pagi, laksana katak menanti hujan, aku akan terbahak menyanyikan lagu kehidupan! Tak akan ada lagi perih, semua rasa coba ku netralkan, penawar segala racun kehidupan, adalah tetap bersyukur, bersyukur atas ketetapan- Nya.
Baca juga: kumpulan-prosais.
DBaniK 15052016
Perempuanku
Kesiur angin senja tadi, perempuanku. Ada gaduh kerinduan. Aku putuskan saja mencumbu kopi, pada heningnya hati, di depan jendela kamar kita.
Lalu ...
Berceritalah aku tentangmu kepada; rasa, meskipun tanpa singkong goreng, seperti lima hari yang lalu, saat amai menghantarkan rindu kepada bumi, supaya ia bisa menyusui arana. Agar tempatnya berdiam, tetap memberikan keteduhan.
Aku juga berkata kepada hati ...
Jika engkau perempuan terhebat, dalam sejarah aku mengenal kaummu, setelah; Ibu. Hingga pada dindingnya ada pahatan kasih sayang; Ibu, dan juga kasih sayangmu; perempuanku.
Engkau azura pengisi jiwaku, meski jauh jarak kerap mengebiri waktu yang termiliki. Kita tetap bisa mengasuh sepi, menina bobokan sahwa sangka. Sebab, kesetiaan telah terpasung satu sama lain, di hadapan ikrar suci.
Benar kata takdir ...
Sepasang debar yang dipertemukan waktu. Pada tepian senja, sepuluh tahun silam, kini telah menjelma sepasang kita; kau dan aku. Dalam genggam takdir, yang tengah kita jalani, saat ini, nanti, dan selamanya.
DBaniK 11:02/2019
Kisah Si Mbah Dan Bejo 01
Yang Lagi Viral.
Baca juga: kisah-flash-fiction.
"Minum air rebusan pembalut tengah ramai. Ini fenomena apa coba?"
Bejo geleng-geleng kepala sambil memantengin layar ponselnya.
"Di sisi lain, anak - anak muda tengah menciptakan kreatifitas, mempersembahkan karya - karya terbaik untuk negeri tercinta dan tentunya bisa menjadi kebanggaan orangtua, namun ada sebagian yang justru tengah tenggelam dengan kebiasaan yang tidak lazim, yaitu dengan mabuk memakai air rebusan pembalut wanita. Ini sungguh miris sekali, Mbah!"
Bejo kembali melanjutkan ucapannya. Si Mbah masih menyimak dengan tenang, sambil sesekali menyeruput kopi hitam yang masih panas.
"Jamane jaman apa to ya? Lha wong kopi panas saja sudah wuenak, kok ya malah minum rebusan pembalut! Nganeh-anehi tenan!"
"Lha maka dari itu, Mbah. Bejo kadang suka bingung dengan hal-hal yang demikian."
"Makanya koe jaga anak-anakmu, Le. Jangan sampai salah gaul!"
"Iya, Mbah. Bejo selalu ngawasi tole, kalau pulang main suka tak interogasi, aku ya takut kalau anakku salah gaul, Mbah."
"Kemarin dulu itu ramai diberitakan, banyak orang mabuk pakai lem, ada yang pakai obat batuk saset itu lho, Mbah!"
Bejo kembali meneruskan ceritanya, wajah Bejo tampak tergurat kecemasan, maklum saja, karena Bejo juga punya anak yang mulai menginjak remaja, masa - masa usia yang sudah membutuhkan perhatian.
"Iya, aku ya sudah dengar itu, Le. Miris tenan memang."
Bejo garuk - garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal, mungkin Bejo sedang coba untuk berpikir keras, bagaimana caranya mendidik anaknya yang tengah menginjak remaja tersebut.
"Aku semakin ngeri kalau anakku main, Mbah. Apa ya mesti dimata - matai terus?"
"Ya ndak gitu juga, Le. Yang terpenting koe memberikan pengertian, mana yang baik dan mana yang tidak. Dan koe juga harus tetap waspada jika koe menemukan hal aneh sama anakmu. Ngunu kui, Le."
"Iya, Mbah. Insya Allah aku akan lebih perhatian lagi sama anakku."
"Wes, sekarang sana ambil singkong goreng yang di meja, kita lanjut ngobrol nanti."
"Siap, Mbah. Bejo ambil dulu."
Wajar jika Bejo cemas setelah membaca berita yang baru saja dilihat di ponselnya, tentang adanya alat pembalut yang dijadikan media untuk mabuk, Bejo cemas karena anaknya baru menginjak usia remaja, Bejo tidak ingin anaknya salah gaul.
09/11/2018
Subscribe to:
Posts (Atom)
Tamu Prosa Blog Dbanik
Judul : Masih Sanggupkah Kau Bertahan? Karya : Dian Ahmad Tatap mata yang kian meredup, menampakan duka yang sepertinya menoreh telalu dala...
-
Resep Tahini Brownies Halo sobat blogger semua, kita jumpa lagi di kesempatan ini ya, dan kali ini saya akan memberikan resep tahini ...
-
Resep Membuat Glotak Makanan Khas Tegal Kali ini saya akan membagi resep glotak, makanan khas Tegal yang tentunya sangat lezat dan ni...
-
Kumpulan Flash Fiction Contoh. Di Ruang Tunggu. Aku terdiam meskipun duduk bersebelahan dengan Ayah. Bukan karena aku tak sayang,...