rujakangkung

iklan

Kisah Si Mbah Dan Bejo 01


Kisah Si Mbah Dan Bejo 01



Yang Lagi Viral.


Baca juga: kisah-flash-fiction.


"Minum air rebusan pembalut tengah ramai. Ini fenomena apa coba?"

Bejo geleng-geleng kepala sambil memantengin layar ponselnya.

"Di sisi lain, anak - anak muda tengah menciptakan kreatifitas, mempersembahkan karya - karya terbaik untuk negeri tercinta dan tentunya bisa menjadi kebanggaan orangtua, namun ada sebagian yang justru tengah tenggelam dengan kebiasaan yang tidak lazim, yaitu dengan mabuk memakai air rebusan pembalut wanita. Ini sungguh miris sekali, Mbah!"


Bejo kembali melanjutkan ucapannya. Si Mbah masih menyimak dengan tenang, sambil sesekali menyeruput kopi hitam yang masih panas.


"Jamane jaman apa to ya? Lha wong kopi panas saja sudah wuenak, kok ya malah minum rebusan pembalut! Nganeh-anehi tenan!"

"Lha maka dari itu, Mbah. Bejo kadang suka bingung dengan hal-hal yang demikian."

"Makanya koe jaga anak-anakmu, Le. Jangan sampai salah gaul!"

"Iya, Mbah. Bejo selalu ngawasi tole, kalau pulang main suka tak interogasi, aku ya takut kalau anakku salah gaul, Mbah."

"Kemarin dulu itu ramai diberitakan, banyak orang mabuk pakai lem, ada yang pakai obat batuk saset itu lho, Mbah!"



Bejo kembali meneruskan ceritanya, wajah Bejo tampak tergurat kecemasan, maklum saja, karena Bejo juga punya anak yang mulai menginjak remaja, masa - masa usia yang sudah membutuhkan perhatian.



"Iya, aku ya sudah dengar itu, Le. Miris tenan memang."



Bejo garuk - garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal, mungkin Bejo sedang coba untuk berpikir keras, bagaimana caranya mendidik anaknya yang tengah menginjak remaja tersebut.



"Aku semakin ngeri kalau anakku main, Mbah. Apa ya mesti dimata - matai terus?"

"Ya ndak gitu juga, Le. Yang terpenting koe memberikan pengertian, mana yang baik dan mana yang tidak. Dan koe juga harus tetap waspada jika koe menemukan hal aneh sama anakmu. Ngunu kui, Le."

"Iya, Mbah. Insya Allah aku akan lebih perhatian lagi sama anakku."

"Wes, sekarang sana ambil singkong goreng yang di meja, kita lanjut ngobrol nanti."

"Siap, Mbah. Bejo ambil dulu."



Wajar jika Bejo cemas setelah membaca berita yang baru saja dilihat di ponselnya, tentang adanya alat pembalut yang dijadikan media untuk mabuk, Bejo cemas karena anaknya baru menginjak usia remaja, Bejo tidak ingin anaknya salah gaul.




09/11/2018

Kumpulan Cerita Flash Fiction


Kumpulan Cerita Flash Fiction
Pic: ThomasWolter/pixabay

#Flash_Fiction


Mawar Bukan Nama Sebenarnya


Perempuan itu bernama Mawar, ia sesenggukkan ketika banyak media seperti, koran dan majalah menyoroti tubuhnya, bahkan berbagai media televisi juga.

Kembali ia teringat sepuluh jam yang lalu, saat kekasih yang paling dicintai datang bersua ke rumah, untuk mengajak jalan-jalan menikmati indahnya kota kami.

Berbekal restu orangtua, Mawar pun pergi bersama, Paimin. Lelaki yang bakal jadi suaminya. Itu memang sudah janji paten, yang pernah Paimin ucapkan kepadanya.

Entah kenapa, saat di suatu tempat yang paling romantis dalam sejarah berpacarannya, kekasih hatinya malah memutuskan hubungan, dengan alasan, bahwa Paimin bukan lelaki yang baik buat dirinya.

Jelas, Mawar kalap. Ia maki Paimin sepuasnya, perempuan itu kesal bukan kepalang, madu yang ia punya sudah berkali-kali di hisap, sekarang dirinya mau dicampakkan begitu saja.

Mawar yang bukan nama sebenarnya itu ngamuk bagai kerasukan setan. Entahlah, kejadian selanjutnya tak mampu diingatnya lagi.

Di depan televisi, Mawar hanya bisa menangis, melihat jasadnya begitu ramai dibicarakan orang, dengan luka-luka yang begitu mengenaskan.

"Kamu kah yang mendorongku ke jurang, Mas?" ujarnya terisak.




DBaniK 30/06 /2017


Baca juga: kumpulan-puisi.



Kumpulan Cerita Flash Fiction

#Flash_Fiction

PINTU PUN TERBUKA

Pintu pun kubuka perlahan, aku tak ingin membuat seisi rumah terbangun.

Aku lanjut masuk ke dalam kamar, semua masih sama, hanya ada sedikit yang berubah saja, yaitu letak tempat tidur yang berpindah posisi.

Ada apa ini, kenapa rumahku sepi, apa seluruh penghuninya lagi pada keluar?

Kurebahkan tubuhku, rasa capek tak mampu kubendung, iya, aku lelah. Perjalanan dengan seseorang yang baru kukenal itu benar-benar membuatku lelah.

Kutatap langit-langit kamarku, entah kenapa mataku susah terpejam, padahal lelah sekali hari ini.

Deg!

Tiba-tiba aku teringat sesuatu, iya, aku teringat sesuatu yang membuatku terperangah.

"Apa aku masih hidup? Bukankah rumah ini beserta seisinya telah musnah terbakar!"

Just fiction



Tegal 08/03 /2018



Kumpulan Cerita Flash Fiction


#Flash_Fiction

Di Pinggiran Kota

Di sebuah restoran mewah, seorang anak kecil berbadan kurus, berbaju dekil, tengah asik mengamati orang-orang yang dibilang berduit, sedang bersantap ria.

Matanya tak pernah lepas menatap, di salah satu meja paling dekat dengan tempat ia duduk, di sebuah pot bunga besar, yang terbuat dari semen dan pasir. Dan kebetulan berada di antara pintu masuk.

Sesekali ia menelan ludah, lalu kembali melanjutkan untuk memperhatikan keluarga yang terlihat kaya itu. Mereka memesan begitu banyak makanan, hingga meja terlihat penuh, padahal di meja itu cuma ada empat orang, namun porsi yang dipesan sepertinya cukup untuk enam orang.

Anak kecil itu begitu tabah, tak sedikit pun beranjak. Ia tak menengadahkan tangan, padahal banyak orang berlalu lalang di depan tempatnya duduk, ada karung plastik juga gancu kecil, mungkin saja anak itu hanya seorang pemulung.

Tak lama kemudian, keluarga itu selesai menyantap makanan yang ada di meja, namun masih terlihat jelas, jika masih banyak sisa-sisa lauk yang ada, tidak mungkin juga habis, kan memang sudah terlihat sekali, porsi yang dipesan itu melebihi jumlah keluarganya.

Anak kecil berbaju lusuh itu pun beranjak dari duduknya, lalu ia pergi meninggalkan restoran mewah tersebut, sesekali ia usap perut tipisnya, mungkin dia menahan lapar, karena seharian berjalan mencari barang yang bisa ia jual kembali di pengepul barang bekas.

"Nak, berhenti!"

Dia menoleh, panggilan itu datang dari seorang pedagang kaki lima, yang kebetulan mangkal dekat dengan restoran itu.

"Kamu lapar, Nak?" tanya lelaki setengah baya itu. Mungkin saja beliau memperhatikan tingkah bocah itu.

"Tidak, Pak." jawabnya lirih.

"Tadi kulihat kau mengelus perutmu, ayo makan bersamaku, biar aku yang bayar," ujarnya.

"Terima kasih, Pak. Biar saya makan bersama keluarga di rumah, biar kami sama-sama makan nasi dan lauk yang sama dengan adikku," jawabnya tanpa ekspresi.

"Tapi, Nak. Kau tampak ingin sekali makan di tempat itu, tadi bapak memperhatikanmu." timpal pedagang kaki lima itu lagi.

"Iya, tapi dengan menelan ludah, saya sudah cukup kenyang, Pak." kata anak kecil itu.

Bapak penjual kaki lima itu melongo, jawaban yang tak pernah ia duga, keluar dari anak sekecil itu, yang sudah jelas-jelas ia tak mampu untuk masuk ke restoran itu, Bapak itu cuma bisa terdiam. Begitu hebatnya didikan orangtua anak tersebut, meski dalam keterbatasan hidup, namun tangannya tetap tak mau menengadah demi mencari belas kasihan.

"Maaf, kok bapak bisa melihatku?" ujar anak itu, sesaat kemudian tubuhnya lenyap. Betapa semakin terperanjatnya lelaki pedagang kaki lima tersebut.



Tegal 10/01/2018

NB: ini hanya cerita fiktif belaka, dan jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat, ini benar-benar tidak disengaja.


DBaniK

RUJAK TEPLAK KULINER TEGAL ASLI

Namanya rujak teplak Memiliki bahan-bahan yang jelas banyak sekali mengandung unsur serat dan tentunya juga menyehatkan, karena tidak ...