iklan
(Esai) Apa Penyebab Dari Kegagalan Usaha Kita?
(Esai) Apa Penyebab Dari Kegagalan Usaha Kita?
Sobat blogger semua pecinta kuliner, pecinta literasi dan pecinta kedamaian, selamat bertemu lagi dengan saya.
Kali ini saya tidak akan membahas tentang kuliner seperti biasanya, meskipun menggunakan gambar utama bumbu dapur, namun gambar tersebut memang memiliki kaitan dengan apa yang akan saya sampaikan tentunya.
Sobat blogger semua, seperti halnya kita tahu, jika sebuah usaha, atau sebuah perjuangan tentu belum pasti mendapatkan hasil yang sama, hasil yang setimpal dengan apa yang sudah kita kerahkan. Bahkan antara diri sendiri dengan orang lain, juga demikian pula.
Seringkali kita beranggapan, jika apa yang kita lakukan sudah maksimal, seperti apa yang orang lain lakukan, orang yang kita anggap berhasil dengan cara yang kita ikuti, namun pada kenyataannya kita tidak seberhasil orang tersebut, orang yang sudah kita contoh. Kemudian kita beranggapan jika kita memang lemah, kita memang tidak bakat atau anggapan-anggapan yang justru melemahkan diri kita sendiri.
Kita tidak boleh menghakimi diri kita sendiri dengan hal-hal yang demikian, karena itu akan semakin melemahkan, dan justru menjadikan sebuah bumerang yang akan melumpuhkan. Kemudian kita akan semakin terpuruk di antara keluh kesah, bukan malah mencari penyebabnya. Tentu sangat disayangkan bukan?
Seperti halnya bumbu sebuah sambal, yang terdiri dari cabe merah, bawang merah, terasi garam, gula merah dan lain sebagainya. Kita bisa saja menggunakan bahan baku yang sama persis, namun pada hasil akhirnya, antara sambal buatan kita dengan sambal buatan orang lain, seringkali memiliki rasa yang berbeda. Kenapa bisa demikian? Itu memang sudah sangat wajar, karena kita memiliki rasa yang berbeda, maka apa yang kita hasilkan pun seringkali berbeda rasa.
Seperti halnya juga sebuah usaha, ketika kita melihat teman kita yang memiliki usaha yang maju pesat, meskipun teman kita hanya berjualan ayam goreng misalnya, dan dengan bumbu yang mungkin saja tidak terlalu istimewa, namun teman kita bisa berhasil dengan usahanya, sedangkan kita yang berusaha mengikuti jejaknya, yaitu sama-sama menjual ayam goreng, namun hasilnya tidak seperti usaha teman kita. Itu sudah seringkali terjadi sobat semua, karena setiap orang memiliki hoki, memiliki rezeki yang berbeda - beda, meskipun apa yang dilakukan itu sama.
Lantas apa yang harus dilakukan jika hal seperti itu menimpa kepada kita?
Kita hanya perlu bersabar, tawakal, berupaya lebih giat lagi, dan berdoa tentunya. Atau bisa juga memang rezeki kita bukan dibidang yang tengah kita tekuni, maka banyak sekali orang yang memiliki beberapa kegiatan, atau pekerjaan, atau usaha untuk mencari titik yang tepat, seperti halnya mencari batu loncatan untuk memilih mana yang lebih sesuai dengan kita, mana yang lebih memberikan kita keuntungan.
Kita hidup memang diwajibkan untuk mencari penghidupan, karena kita memiliki kewajiban untuk menafkahi, setidaknya menafkahi diri kita sendiri, agar tidak menjadi beban buat orang lain, apalagi buat kita yang memang menjadi tulang punggung, maka kewajiban mencari nafkah adalah wajib hukumnya.
Kita boleh melihat kesuksesan orang lain, kita boleh meniru atau mengikuti jejaknya, karena kita memiliki hak yang sama. Namun ketika kita tidak seberhasil orang tersebut, maka sebaiknya kita menggali ke dalam diri kita sendiri, mungkin saja kita kurang maksimal, mungkin saja belum rezeki kita, atau bisa juga itu memang bukan jalan rezeki kita.
Rezeki mutlak urusan Tuhan, namun kita wajib bergerak untuk mendapatkannya, kita tidak bisa hanya berpangku tangan, sebab rezeki memang harus dijemput. Dan Tuhan juga sudah memberikan banyak sekali pintu-pintu rezeki, jadi ketika kita tidak bisa seberhasil teman kita, teman yang kita ikuti jalannya, mungkin itu memang bukan pintu masuk untuk kita mengambil rezeki, tetapi kita memiliki pintu rezeki yang lainnya.
Tuhan selalu memberikan kita hak yang sama, meskipun dengan jalan yang berbeda.
Pic: esudroff/pixbay.com
02/12 /2018
Apa Yang Akan Kita Lakukan Jika Berteman Dengan Pedagang Kecil?
Apa Yang Akan Kita Lakukan Jika Berteman Dengan Pedagang Kecil?
Di sebuah lingkungan kita, atau bisa jadi teman kita sendiri yang berdagang, entah itu dagang sembako, entah dagang pulsa dan lain sebagainya. Apa yang mesti kita lakukan untuk ikut membuat usahanya berjalan?
Sebenarnya masalah jalan atau tidaknya suatu usaha yang dijalankan oleh orang lain, atau oleh teman kita, itu menjadi tanggung jawab mereka, bagaimana cara agar usaha yang tengah digeluti bisa berkembang, dan tentunya bisa mendatangkan keuntungan.
Namun kita sebagai konsumen juga punya andil yang tak kalah penting, dalam maju atau tidaknya sebuah usaha yang tengah dijalankan oleh teman atau tetangga kita. Lalu apa sih peran atau andil kita tersebut? Ini yang seringkali tidak kita sadari sobat plukers.
Di sekitar rumah kita seringkali terdapat warung kecil, bisa jadi itu sebagai usaha sampingan, dan bisa jadi pula usaha warung miliknya tersebut adalah sarana untuk menopang perekonomian hidupnya. Dengan modal yang tidak terlalu besar, si pemilik warung berharap untuk bisa memperoleh keuntungan, agar bisa memiliki uang untuk kebutuhan lainnya.
Namun kadang kita sering lupa akan hal itu, kita seringkali berhutang di warung yang sebenarnya memiliki modal yang mungkin saja tidak banyak. Kalau tidak, kita seringkali menawar barang dagangannya, padahal keuntungan berjualan sembako itu tidak terlalu besar. Namun kita masih saja menawar.
Seringkali kita beranggapan, jika berhutang itu sangat wajar, menawar juga wajar. Betul, tidak ada yang salah! Namun setidaknya kita bisa mengukur keuntungan yang didapatkan si penjual. Misalnya kita berhutang dengan nominal 100 ribu, dan kita membayarnya sebulan kemudian, meskipun lunas. Namun si penjual sudah dirugikan secara waktu.
Keuntungan sembako tersebut kisaran 10 persen, bisa kita bayangkan. Kita hutang kepada pemilik warung sebesar 100 ribu, jika dihitung laba dari apa yang sudah kita hutang, dengan prosentase keuntungan laba 10 persen, maka pedagang itu hanya untung sepuluh ribu. Dan itu si pemilik warung masih harus menunggu hingga kita membayarnya. Bisa dibayangkan bukan, betapa kasihannya si pemilik warung tersebut.
Dan tidak jarang pula si pemilik warung yang merelakan pelanggannya yang sengaja maupun tidak sengaja untuk tidak membayar hutangnnya, maka modal dan laba pun bablas, yang akhirnya membuat si pemilik warung harus mengurangi jatah belanjanya ke tengkulak, karena dia harus selalu chas saat kulak sembako. Dan jika itu terus terjadi, maka tidak jarang kita seringkali mendapatkan warung-warung kecil yang gulung tikar.
Kita sebagai konsumen yang seringkali dibilang jika pembeli adalah raja, maka jadilah raja yang bijak, raja yang bisa memakmurkan. Dengan jalan tidak berhutang pada warung-warung, maupun berhentilah menawar, karena soal harga tentunya kita sebenarnya juga sudah tahu, meskipun seringkali tidak ada bandrol. Sebab dengan memakmurkan usaha kecil yang dijalankan tetangga, teman, maupun saudara, maka sama saja kita menolongnya, dan tentunya mendapatkan ganjarannya.
Dengan memajukan usaha kecil milik teman, saudara atau tetangga, maka sama saja kita telah ikut membantu usaha yang sedang dijalankannya, dan setidaknya kita juga ikut memperbaiki perekonomian hidupnya, bukankah itu suatu tindakan yang sangat baik sekali sobat. Karena menolong sesama itu sama saja kita menolong diri sendiri, jadi apa yang kita lakukan sama sekali tidak ada ruginya, justru kita akan mendapatkan pahala, dan tentunya juga demi kebaikan usaha milik mereka.
01/12/2018
Subscribe to:
Posts (Atom)
Tamu Prosa Blog Dbanik
Judul : Masih Sanggupkah Kau Bertahan? Karya : Dian Ahmad Tatap mata yang kian meredup, menampakan duka yang sepertinya menoreh telalu dala...
-
Resep Tahini Brownies Halo sobat blogger semua, kita jumpa lagi di kesempatan ini ya, dan kali ini saya akan memberikan resep tahini ...
-
Resep Membuat Glotak Makanan Khas Tegal Kali ini saya akan membagi resep glotak, makanan khas Tegal yang tentunya sangat lezat dan ni...
-
Kumpulan Flash Fiction Contoh. Di Ruang Tunggu. Aku terdiam meskipun duduk bersebelahan dengan Ayah. Bukan karena aku tak sayang,...