Keberadaan Warung Kecil Di Tengah Perkembangan Zaman.
Perkembangan zaman sudah begitu pesatnya, bagi yang tidak mengikuti perkembangan zaman maka akan tertinggal, karena begitu cepatnya perubahan - perubahan yang terjadi.
Dengan maraknya teknologi yang sudah dibuat oleh manusia, yang tujuannya untuk mempermudah pekerjaan pun sudah banyak yang terealisasi.
Semua bisa dilakukan dengan mudah, seperti halnya dengan keberadaan telpon genggam yang fungsinya sudah semakin sangat terasa sekali, dulu telpon genggam hanya untuk mediasi percakapan, sekarang sudah semakin banyak atau bertambah fungsinya.
Seluler atau telepon genggam sudah bisa untuk melakukan sesuatu yang sifatnya menghasilkan, seperti dengan maraknya jual beli online, dan masih banyak lagi usaha yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan telepon genggam.
Jika kita tidak pintar - pintar memanfaatkan teknologi, maka kita akan ketinggalan zaman, apalagi sekarang semuanya sudah begitu nyata, seperti adanya usaha - usaha yang sukses dengan cara melakukan sistem pesan antar dengan memanfaatkan teknologi tersebut.
Oh iya sobat, ini ada cuplikan cerita dari saya, selamat membaca.
Tahukah kamu, Bro! Dulunya warung Emak itu ramai sekali. Tiap hari ada saja pecahan tawa di serambinya, tiap hari ada saja cerita yang hilir mudik di telinga saya, sebab warung Emak banyak pelanggan yang kadang suka bercengkerama terlebih dahulu, sebelum atau sesudah membeli sesuatu di warung.
Masih teringat, saat warung Emak masih ramai, setiap malam ada aja orang yang mengetuk pintu, karena ingin membeli kebutuhan seperti kopi, rokok, camilan dan lain sebagainya, sebab desa kami memang padat penduduk, apalagi seringkali banyak orang yang pada ngeronda atau sekadar ngobrol hingga larut malam, jadi wajar saja kan?
Di desa kami memang ada banyak warung sembakau, namun warung milik Emak yang terbilang paling komplit, selain tempatnya juga lumayan lebar di samping rumah dan hanya terhubung dengan ruang tamu menggunakan pintu di samping kanan, sehingga bisa menampung banyak barang dagangang, kalau warung lainnya kebanyakan hanya memanfaatkan serambi rumah atau ruang tamu untuk berjualan.
Warung Emak pun sudah terkenal hingga desa - desa sebelah, jadi ada saja tetangga desa yang kadang ikut nimbrung belanja di warung Emak, dan dari penghasilan dari warung, Emak mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga ke jenjang perguruan tinggi, anak Emak ada empat termasuk aku, dan semuanya kuliah.
Sekarang kami semua sudah berumah tangga, hanya setahun sekali saja kami berkumpul di rumah Emak, bukan kami tak sayang Emak, namun karena kami semua kebetulan bekerja di perantauan semua, jadi wajar saja jika kami jarang pulang, karena alasan pekerjaan yang memang tidak bisa ditinggalkan.
Emak memang hidup sendiri, sebab Ayah sudah meninggal sejak kami masih kecil, namun di rumah ada Mbok Iyem yang hingga sepuh masih setia berada di rumah bersama Emak, jadi Emak tetap ada yang menjaga, dan mengurusnya, meskipun sebenarnya kasihan juga, namun mau bagaimana lagi, sebab semua itu terhalang masalah pekerjaan yang memang tidak bisa ditinggalkan.
Kebutuhan Emak kami yang menanggung semenjak kami semua bekerja, Emak tinggal duduk manis saja, karena kami tidak ingin beliau capek ngurus warung sendirian. Namun sebelum semua itu terjadi, Emak pernah mengalami masa - masa sulit, dan waktu itu kami juga belum bisa membagi rejeki kepada beliau, karena memang belum ada yang untuk berbagai kepada Emak.
Warung Emak perlahan mengalami penurunan daya beli, dari hari ke hari warung semakin sepi saja, apalagi orang - orang yang masih memiliki hutang di warung sudah pada pindah belanja, entah karena menghindari, entah karena sudah munculnya mini market dan toko modern lainnya.
Maraknya toko online yang bisa belanja dengan santai di rumah, hanya dengan memilih menu belanja di ponsel, lalu tinggal menunggu pesanan datang, itu juga sangat berpengaruh dengan Emak, sebab warung Emak juga menyediakan baju-baju muslim, kerudung atau hijab yang dulunya juga laris, namun sekarang tinggal cerita.
Banyak warung - warung kecil yang tumbang duluan, sebab orang - orang menjadi lebih suka belanja ke tempat yang lebih kekininan dan sering ada discount harga. Emak masih bertahan waktu itu, sebab stok barang Emak memang banyak, jadi masih bisa untuk bertahan, meskipun Emak kerap curhat kepada kami anak - anaknya perihal kekhawatirannya.
Bersyukur kami sebagai anak - anaknya diberikan dan dimudahkan rezekinya, sehingga kami memutuskan agar Emak menutup saja warunnya, dan kami anak - anaknya yang akan bergantian mengirim uang untuk semua keperluan Emak di kampung. Dan akhirnya warung ditutup, Emak sudah tidak memikirkan lagi tentang keadaan warung yang makin sepi pembeli, warung itu sekarang juga sudah beralih fungsi menjadi sebuah gudang, untuk menyimpan segala kenangan indah yang dulu pernah ada, dan akan diganti dengan kenangan indah yang lebih baik lagi.
NB : ini hanya cerita fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat, ini benar-benar tidak disengaja.
27/09/2018.
No comments:
Post a Comment