Bang Toyib Akhirnya Pulang Kampung.
Bang Toyib sudah tiga kali lebaran tidak pulang - pulang, hal itu pun sudah banyak diketahui orang, apalagi keluarga mereka tinggal di desa, maka berita ketidak pulangannya pun sudah menyebar ke seluruh penjuru kampung bahkan ke kampung sebelah juga.
Bang Toyib itu apa tidak kangen sama keluarga di rumah ya, dia kan juga sudah punya bini sama anak juga, namun kenapa sampai tega banget hingga harapan - harapan anak dan istrinya tidak terkabul hingga tiga kali lebaran. Apalagi Emaknya yang sudah tua, pasti rindu sekali sama anaknya itu.
Bapaknya Bang Toyib sih memang sudah lama meninggal dunia, malah waktu itu dia belum menikah, masih bujang. Bang Toyib masih ingat betul bagaimana Bapak menahan sakitnya, hingga pada suatu hari Bapaknya menghembuskan napas terakhirnya.
Toyib memang tergolong pemalas, ia tidak seperti teman - temannya yang mau bekerja apa saja demi mencukupi kebutuhannya sendiri, namun Bang Toyib lebih suka mancing, sebab hobinya memang mancing seperti Almarhum Bapaknya, namun Bapaknya rajin bekerja tidak seperti Bang Toyib.
Waktu menikah saja Emak harus menjual satu - satunya sepetak sawah peninggalan Bapaknya, sebab memang tidak ada uang untuk merayakan pernikahannya, akhirnya mereka jadi tidak punya apa-apa lagi untuk diandalkan.
Seminggu setelah menikah Bang Toyib ingin ikut merantau bersama teman sekampung yang katanya sudah sukses di Ibu Kota. Ia tinggalkan istri dan Emaknya, demi mencari sesuap nasi. Walaupun tidak tega, namun ia harus tetap berangkat, sebab ia tidak mau terus - terusan menjadi pemalas, ternyata ia kasihan juga sama keluarganya.
Setahun, duatahun hingga tiga tahun ia tak kunjung pulang kampung, betapa sedihnya keluarga di rumah, apalagi anaknya, sampai tidak tahu kemana Bapaknya, kan waktu dia pergi istrinya belum mengandung, namun ternyata tiga bulan kemudian istrinya mengandung, hasil buah cintanya bersama Bang Toyib, namun ia tidak tahu itu.
Jangankan berkirim kabar, keberadaannya saja entah kemana, teman sekampung yang dulu ia ikuti saja tidak tahu, sebab ternyata mereka tidak bersama setelah berada di Ibu Kota. Duh, kemana tuh Bang Toyib?
Ini sudah tiba lagi bulan Suci Ramadhan, Emak, istri dan anaknya sudah tidak berharap lagi akan kedatangannya, mereka takut kecewa seperti tahun - tahun sebelumnya, jadi mendingan tidak berharap lagi kepulangan Bang Toyib.
Puasa berjalan seperti biasanya, Emak juga seperti tahun - tahun lalu, mengajak menantunya untuk berjualan takjil, lumayan juga bisa buat beli baju untuk cucunya yang kebetulan mirip sekali sama Toyib anaknya, makanya Emak begitu menyayangi cucu satu - satunya itu.
Pertengahan puasa sudah dilalui oleh mereka, uang hasil dagangan pun lumayan sudah terkumpul, ya memang takjil buatan Emak memang sudah terkenal enak, makanya dagangannya selalu habis diburu pembeli.
"Laba kita sudah banyak sekali, untuk beli baju sih sudah lebih - lebih, untuk bayar zakat kita pun sudah kehitung!"
Ujar Emak malam itu sepulangnya dari salat tarawih, uangnya ia jejer di atas meja.
"Kamu mau baju juga?"
Ucap Emak kepada menantunya, yang sedari tadi terlihat diam.
"Engak, Mak. Saya ingin mencari Abang selepas lebaran ini."
Tatap mata menantunya begitu kosong, biar bagaimana pun juga, ia tetap ingin mencari kepastian tentang suaminya, apalagi ia sudah punya anak, ia ingin suaminya tahu.
"Sabar dulu, ya. Kita tunggu orang yang mudik dari Jakarta, siapa tahu ada kabar tentang Toyib!"
Emak meyakinkan menantunya, agar hatinya menjadi tenang.
Hari terus berjalan, hingga lebaran pun tinggal menunggu hari saja, Emak seperti biasa berangkat tarawih bersama menantu dan cucunya. Sepulang dari tarawih mereka kaget, ada mobil bagus yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.
"Itu mobil siapa ya? Apa tetangga kita ada yang sudah pulang kampung?"
Gumam Emak kepada menantunya yang juga memerhatikan mobil tersebut.
"Emak ...! Istriku ...!"
Seseorang keluar dari dalam mobil itu dan ternyata itu Toyib! Toyib yang sudah tiga kali lebaran tidak pulang. Akhirnya mereka larut dalam haru, hingga tangisan pun pecah malam itu.
Toyib pun bercerita tentang dirinya kenapa tidak pulang, ternyata Toyib bekerja sangat keras sekali, sehingga ia bisa sukses di Ibu Kota, dan kehidupannya berubah drastis hingga berlimpah harta.
"Emak, saya ingin membeli sawah untuk menggantikan sawah Bapak yang dulu di jual untuk membiayai pernikahanku!"
Emak semakin terharu, ternyata apa yang disangka tidak benar, ternyata Toyib memiliki tanggung jawab yang sangat luar biasa kepada keluarganya.
"Ini siapa?"
Toyib menatap bocah kecil yang digendong istrinya.
"Oh iya, Bang! Ini anak kita!"
Toyib memeluk bocah kecil yang memang mirip dengan dirinya, airmatanya kembali tumpah, ea peluk erat - erat anaknya hingga anaknya pun terbangun dari tidurnya.
Bang Toyib akhirnya pulang di lebaran ke empat, kembali kepelukan keluarga yang telah lama ia tinggalkan.
NB: ini hanya cerita fiktif belaka, dan jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat, ini benar-benar tidak disengaja.
14/01 /2019