iklan
Cara Mengatasi Daun Cabai Yang Keriting Tanpa Bahan Kimia.
Cabai adalah tanaman yang paling sering di tanam oleh para percinta tanaman berjenis sayuran, sebab selain memiliki fungsi yang lumayan vital di dunia masak, cabai juga sangat mudah untuk di tanam, maka dari itu banyak atau seringkalinya kita mendapatkan tanaman di halaman - halaman rumah.
Cabai juga termasuk tumbuhan yang sebenarnya cukup kuat untuk bertahan, apalagi jika dirawat dengan baik dan benar, maka cabai juga akan menghasilkan buah yang lebat.
Namun terkadang kita juga di hadapkan dengan berbagai hama yang mengganggu tanaman cabai, dan yang paling sering adalah dengan menyerang dibagian daun cabai itu sendiri.
Seringkali kita mendapatkan tanaman cabai kita yang mengalami keriting pada daun, terkadang juga daun berwarna kuning sehingga menyebar ke daun yang lain, dan akhirnya pertumbuhan cabai pun menjadi kurang bagus dan akan menghambat keluarnya bunga bakal buah.
Tapi hal itu bisa di atasi, jadi tidak perlu khawatir, karena akan ada solusi untuk membuat tanaman cabai kembali segar, dan dengan cara yang tradisional, tanpa menggunakan pupuk kimia tentunya.
Cara alami yang paling mudah untuk mengatasi keriting daun adalah, kita bisa membuang semua daunnya, hingga tersisa batangnya saja, lebih bagus lagi jika kita memotong batangnya agar tidak terlalu tinggi.
Jika kita menanamnya di pot, memang sebaiknya batang kita potong saja, kurang lebih setengahnya. Karena kalau kita menggunakan pot dengan berukuran sedang, maka tumbuhan cabai yang tidak terlalu tinggi justru akan mempercantik tampilnnya.
Baik kita lanjutkan ke masalah daun cabai yang keriting, jika kita sudah menggunduli dan memangkas tinggi batang, maka selanjutnya kita bisa menempatkan di tempat yang tidak langsung terkena sinar matahari.
Kita karantina hingga keluar trubus bakal daun, dan kita cukup memberikan pupuk organik saja, selama perawatan ya, usahakan juga agar kondisi tanah dalam pot tidak terlalu basah, karena jika terlalu basah, maka bisa menyebabkan pembusukan akar maupun batang yang terkena langsung di pot, jadi alangkah baiknya jika kita memerhatikan kondisi air di dalam pot cabai tersebut.
Jika daunnya sudah terlihat banyak, kita bisa memindahkan pot tersebut di tempat yang langsung terkena sinar matahari, karena akan semakin membuat cabai kembali normal seperti sedia kala.
04/12 /2019
Belajar Menulis Prosais.
Judul: Tentang Kabar
Aku ingin mendengar kabar tentang angin yang lamat - lamat melumat tubuh, menggerakkan perlahan anak - anak rambut, dan tidak jarang menina bobokan raga yang penat.
Suara kecipak air sungai yang terpijak anak - anak pencari bahagia, dengan gaung tawanya yang mampu melupakan peradaban zaman yang sebenarnya tengah menggilas.
Aku rindu...
Bawa aku ke sana, Puan.
Ajarkan kembali rasa syukur, dan kembali berdamai dengan yang nyaris punah.
Untuk kelak kita duduk di antara belantaranya, hingga aku rebah untuk selamanya.
28/09/2018
Judul: Pagi dan Kenangan.
Pagi yang telah lalu dan seonggok kenangan bersamamu, masih rapi tersimpan di kepala dan hati ini.
Sejuk itu masih kuhirup ketika aku tengah melamunkan kamu, hingga setapak demi setapak langkahmu pun masih jelas membekas di sanubari.
Kau berikan senyuman meski rautmu terlihat kuyu, lantaran itu adalah pagi terakhirmu untuk aku, sebab kita harus meneruskan langkah - langkah kita yang belum mampu untuk tetap beriringan.
Ada airmata menggelayut di sudut matamu, laksana embun yang nyaris jatuh dari cengkeram dedaunan padi yang terhampar hijau, namun kau coba menghapus dengan kedua tangan halusmu.
Kau juga harus tahu, jika ada getar yang berbeda ketika kita mulai melangkah untuk saling menjauh, jika setiap langkah yang kau pijakan, adalah sayatan - sayatan kecil yang terasa begitu mencabikku.
Pagi itu masih kuhirup aromamu, meskipun tanpa parfum, tetapi engkau tetap meninggalkan wangi di akhir cerita yang pernah kita ukir bersama.
NB : ini hanya puisi saja, bukan kisah nyata saya, sebab kisah itu terlalu pahit jika harus di alami, seperti kisah cinta yang pada akhirnya meski terpisah dan entah waktu akan menyatukan rasa tersebut entah tidak. Memang cinta tak harus memiliki, namun akan lebih indah jika cinta itu mampu diraih, dan bisa bersama mengarungi mahligai kehidupan, hingga waktu yang akan mengakhiri semuanya.
Juli - 21 - 2018\
Judul: Malam Ini Tanpamu.
Sendiri aku mengukur jarak, di lengang waktu yang tengah kucumbu, pada gelap malam di punggung ramadan.
Kita baru saja menciptakan jarak, untuk mengukur seberapa rindu yang akan terlahir, dari rasaku juga rasamu.
Aku bersama sepi, kau bersama entah. Sebab kita tak saling berbicara perihal apa yang akan kita lakukan, setelah rindu terlahir.
Kita sama-sama belajar merasakan sunyi, tanpa ada aku juga tanpa ada kau, padahal malam begitu ingin kita dekap.
Ego telah kita letakan kepada pasrah, sebab kita sudah enyahkan itu! Dan kita telah sama-sama belajar untuk itu.
Kita mampu, lalu kita terus mencoba! Melahirkan jarak - jarak untuk membuat kita semakin kuat satu sama lain, sebab kita tahu, kelak kita pun akan terpisah waktu.
Kita hanya sedang belajar ikhlas, lewat rindu yang sengaja kita lahirkan sebelum waktunya, dan kita pun telah sama-sama tahu, bagaimana menyikapi rasa itu.
Aku kuat, kau pun begitu adanya, sebab kita tidak mau terlihat lemah saat sendiri tengah menyergap, kita bisa melewati itu semua.
Aku masih di sini, memikirkan jarak yang baru saja aku tempuh, dan aku pun berharap, jarak tak akan pernah memalingkan kita kepada rasa.
20/05/18
Judul: Risalah Hati
Aku ingin menuliskan lagi tentang bunga - bunga yang tumbuh pada musim yang tidak semestinya. Ia begitu saja merajai pada hamparan yang nyaris tandus.
Entah dari mana ia mendapat air untuk menguatkan akar - akarnya, yang kemarin menjalar menelusup masuk hingga kuat mencenkeram.
Semestinya ia mati dalam kering, sekarat dalam dahaga, tapi ia malah berkembang dan menjuntai pada ketidak nyanaanku.
Masih kupikirkan lagi bagaimana ia tumbuh, lalu merimbun meneduhkan dirinya sendiri, meski aku tidak pernah menyiapkan rindang untuknya.
Pernah aku hela ketika ia masih merupa tunas, kucampakan tanpa tetetsan embun pun agar ia jera, namun aku salah! Ia begitu kuat untuk hidup.
Sungguh aku di antara percaya dan tidak! Sebab hadirnya tidak pernah ada dalam benak yang kutenggelamkan, pada kedalaman rasa yang seharusnya tidak mampu tersentuh oleh siapapun.
Aku terlambat mengantisipasi tumbuhnya, hingga kian hari kian kuat saja seluruh akarnya mencenkeramku, lalu aku pun limbung padahal sebelumnya aku kuat.
Pergolakan menjadi begitu kuat, saling berbalas asumsi satu sama lain, antara harus melemahkan atau menumbuhkan lebih rimbun bunga - bunga kertas yang seharusnya musnah.
Hingga akhirnya aku harus dengan paksa membakar seluruhnya, agar ia tak terus menerus mendesakku, agar bunga - bunga itu tidak semakin membuat aku mabuk kepayang.
Kau kulumat hingga seluruhmu sirna, meski bekas kau tumbuh menjadi lubang yang teramat menyakitkan, saat tak sengaja aku memijaknya.
Aku ingin menuliskan lagi tentang kau, bukan untuk membuatmu kembali tumbuh, namun hanya sekadar napak tilas sebuah kisah yang begitu tidak pernah seharusnya ada dalam kisahku.
21/05/18
Kumpulan belajar menulis prosais, semoga bisa bermanfaat buat kalian yang sudah mampir di blog saya ð
03/01/2019 DBaniK
Subscribe to:
Posts (Atom)
Tamu Prosa Blog Dbanik
Judul : Masih Sanggupkah Kau Bertahan? Karya : Dian Ahmad Tatap mata yang kian meredup, menampakan duka yang sepertinya menoreh telalu dala...
-
Resep Tahini Brownies Halo sobat blogger semua, kita jumpa lagi di kesempatan ini ya, dan kali ini saya akan memberikan resep tahini ...
-
Resep Membuat Glotak Makanan Khas Tegal Kali ini saya akan membagi resep glotak, makanan khas Tegal yang tentunya sangat lezat dan ni...
-
Kumpulan Flash Fiction Contoh. Di Ruang Tunggu. Aku terdiam meskipun duduk bersebelahan dengan Ayah. Bukan karena aku tak sayang,...